Prospek Permakultur: Kasus Kecamatan Kampung Laut Kabupaten Cilacap
Rahmadhita Widya Prasanti, Prof. Ir. Bakti Setiawan, MA., Ph.D.
2024 | Tesis | S2 Magist.Prnc.Kota & Daerah
Pada awalnya, sebagian besar penduduk Kampung Laut bermatapencarian sebagai nelayan dengan memanfaatkan potensi bahari di Kawasan Laguna Segara Anakan. Namun, potensi ini kian menurun akibat laju sedimentasi di Segara Anakan yang tinggi, menjadikan munculnya tanah-tanah baru (tanah timbul) yang kemudian juga ditinggali oleh warga di Kampung Laut. Tanah-tanah timbul tersebut yang kemudian juga dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Kampung Laut sebagai area pertanian konvensional, namun dengan kondisi geografis tanah di Kecamatan Kampung Laut yang memiliki ketinggian tanah yang rendah, menjadikan lahan-lahan pertanian seringkali rusak karena kerap kali terendam air laut yang naik ke area lahan pertanian, menjadikan lahan-lahan pertanian kurang produktif. Hal ini dikarenakan tidak ada ekosistem alami yang mampu menahan air laut agar tidak masuk ke area pertanian seperti ekosistem mangrove. Permasalahan ini dirasa dapat diatasi oleh sistem pertanian permakultur atau permanen agrikultur, yang merupakan suatu sistem pertanian yang mengedepankan perbaikan alam sembari memberikan hasil bagi masyarakat yang membangun sistem tersebut, sistem pertanian permakultur bertujuan agar bagaimana sistem pertanian yang dibangun dapat berjalan secara permanen dan berkelanjutan. Permakultur terbukti mampu memberikan produktifitas terhadap lahan-lahan rusak yang terletak di daratan, namun masih sangat sedikit literatur mengenai permakultur bagi kawasan pesisir. Sebelum diterapkan di Kecamatan Kampung Laut perlu dilihat terlebih dahulu bagaimana prospek kedepannya. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan deduktif kualitatif dengan variabel penelitian diambil dari dua belas prinsip permakultur. Penyusunan prospek kemudian dilakukan dengan mengelompokkan kedua belas prinsip permakultur untuk menganalisis prospek teknis, prospek ekonomi, dan prospek sosial. Hasilnya adalah, permakultur dapat memberikan prospek yang baik apabila diterapkan sebagai alternatif kegiatan pertanian konvensional yang ada di Kecamatan Kampung Laut.
At first, most of the residents of Kampung Laut made a living as fishermen by taking advantage of the marine potential in the Segara Anakan Laguna Area. However, this potential is decreasing due to the high rate of sedimentation in Segara Anakan, making the emergence of new lands (embossed soils) which are then also inhabited by residents in Kampung Laut. The embossed lands are then also used by the people of Kampung Laut District as a conventional agricultural area, but with the geographical condition of the soil in Kampung Laut District which has a low land height, agricultural lands are often damaged because they are often submerged in seawater that rises into the agricultural land area, making agricultural lands less productive. This is because there is no natural ecosystem that is able to hold seawater from entering agricultural areas such as mangrove ecosystems. This problem is felt to be overcome by the permaculture agricultural system or permanent agriculture, which is an agricultural system that prioritizes the improvement of nature while providing results for the community that builds the system, the permaculture agricultural system aims to make the agricultural system that is built run permanently and sustainably. Permaculture has been proven to be able to provide productivity to damaged lands located on land, but there is still very little literature on permaculture for coastal areas. Before being implemented in Kampung Laut District, it is necessary to first see what the future prospects are. This research was conducted using a qualitative deductive approach with research variables taken from twelve principles of permaculture. The preparation of prospects is then carried out by grouping the twelve principles of permaculture to analyze technical prospects, economic prospects, and social prospects. The result is that permaculture can provide good prospects if applied as an alternative to conventional agricultural activities in Kampung Laut District.
Kata Kunci : Permakultur, Prospek Permakultur, Tanah Timbul, Kampung Laut, Segara Anakan