Prospek Keberlanjutan Penangkaran Rusa Jawa (Rusa timorensis Blainville, 1822) Skala Kecil di Jawa
SUBENO, Prof. Dr. Satyawan Pudyatmoko, S.Hut, M.Sc.; Dr. rer. silv. Muhammad Ali Imron, S.Hut, M.Sc.; Ir. Tri Satya Mastuti Widi, S.Pt. M.P., M.Sc. Ph.D.,IPM, ASEAN Eng
2024 | Disertasi | S3 Ilmu Kehutanan
Rusa jawa merupakan salah satu satwaliar yang mempunyai potensi nilai ekonomi tinggi. Populasi rusa jawa di alam mengalami penurunan karena perburuan liar yang tidak terkendali dan rusaknya habitat. Upaya menghindari kepunahan dan bisa memanfaatkan rusa secara optimal dan berkelanjutan dapat dilakukan melalui penangkaran. Sampai saat ini, perkembangan penangkaran rusa jawa yang ada belum menunjukkan hasil mengembirakan. Informasi keberhasilan penangkaran rusa jawa masih terbatas. Suatu review terhadap keberhasilan penangkaran rusa jawa yang telah ada sangat dibutuhkan dalam rangka memberikan gambaran variasi pengelolaan penangkaran rusa jawa yang sudah dilakukan serta informasi kendala dan masalah yang dihadapi dalam mengelola penangkaran rusa jawa. Selain itu, sebagian besar kepemilikan lahan oleh masyarakat pedesaan di Indonesia kurang dari 5 ha, sehingga penangkaran rusa jawa di pulau Jawa harus menghadapi tantangan terhadap kecilnya kepemilikan lahan ini. Oleh karena itu, penting untuk merancang penangkaran skala kecil, yang dapat diadopsi oleh masyarakat lokal untuk memenuhi kepentingan ekonomi mereka, dan konservasi spesies ini. Tujuan penelitian yaitu (1) review variasi pengelolaan dan problema berbagai penangkaran rusa jawa yang telah dilakukan, (2) membuat model penangkaran rusa jawa skal kecil yang dimulai dari mengkaji kelayakan lokasi yang diperuntukkan bagi penangkaran rusa jawa dengan sistem semi intensif skala kecil, menyusun perencanaan pengelolaan penangkaran rusa jawa dengan sistem semi intensif, dan melakukan evaluasi keberlanjutan penangkaran rusa jawa skala kecil.
Penelitian untuk menjawab tujuan/permasalahan 1 dilakukan di beberapa penangkaran rusa jawa yaitu penangkaran rusa jawa Maliran, KPH Blitar dan KPH Ngawi (BUMN). Penangkaran rusa jawa Bunder (BKSDA Yogyakarta) dan penangkaran rusa jawa Dawe, Margorejo, Kudus (CV. Bahtera Satwa). Metode pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan triangulasi, yaitu dengan cek dokumen (data sekunder), pengamatan di lapangan, dan wawancara. Metode triangulasi ini diterapkan pada setiap verifier sehingga informasi yang diperoleh bisa seakurat mungkin. Selanjutnya dari data-data tersebut dilakukan analisis komparatif terhadap aspek-aspek yang telah ditentukan dan dilakukan analisis deskriptif kualitatif terhadap pengelolaan yang dilakukan untuk mendapatkan kendala-kendala yang dihadapi. Sedangkan untuk tujuan 2 adalah menilai suatu lokasi yang merupakan bagian dari area PERUM PERHUTANI di Jawa Timur yang didedikasikan untuk pengembangan model penangkaran. Penilaian merupakan pertimbangan penting untuk mengeksplorasi kelayakan lokasi dan merancang alokasi ruang yang tersedia secara optimal. Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui kondisi bio-fisik kawasan dengan menggunakan metode nested sampling, circular plot, dan diagram profil. Ketersediaan pakan rusa jawa diperoleh dengan mengidentifikasi jenis rumput dan menghitung produktivitasnya. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dan dibandingkan dengan kebutuhan rusa jawa. Lokasi yang terpilih kemudian dibuat desain penangkaran untuk alokasi ruang berdasarkan kebutuhan pengelolaan dan kebutuhan dasar Rusa Jawa. Rancangan manajemen penangkaran ditujukan untuk pengaturan populasi dan pemantauan kebutuhan pakan. Evaluasi keberlanjutan penangkaran ditekankan pada aspek populasi melalui perkembangan pertambahan populasi yang terjadi, peluang untuk melakukan pelepasliaran dan kemampuan untuk melakukan pembiayaan dan profit yang diperoleh dari analisis cashflow yaitu perbandingan antara hasil penerimaan atau penjualan kotor (gross-sales) dengan jumlah biaya-biaya pengeluaran (total cost).
Hasil penelitian tujuan 1 menunjukkan bahwa rancangan penangkaran dan fasilitas penangkaran sudah mempunyai peralatan yang memadai. Pencatatan data logbook/studbook telah dilakukan. Pengelolaan populasi menunjukkan perkembangan populasi yang mengalami peningkatan dari jumlah populasi awal. Pakan yang diberikan rata-rata sudah merupakan kombinasi antara hijauan dan pakan tambahan. Hanya satu penangkaran rusa jawa yang sudah memanfaatkan hasil penangkaran. Kendala dan permasalahan yang dihadapi adalah permasalahan populasi seperti seringnya terjadi kematian, rendahnya produktivitas, dan rasio jenis kelamin yang mendekati tidak ideal. Sumber daya manusia dan sistem baru masih perlu meningkatkan upaya digitalisasi dalam pencatatan dan pelaporan. Sistem permohonan perizinan harus beradaptasi dengan One Single Submission (OSS) yang baru diperkenalkan. Biaya operasional pengelolaan masih terbatas. Terdapat variasi pengelolaan penangkaran rusa jawa yang telah dilakukan. Beberapa kendala dan permasalahan masih sering ditemui dalam pengelolaan penangkaran rusa jawa. Beberapa permasalahan kemudian dapat dicari solusinya melalui inovasi pengelolaan. Hasil penelitian tujuan 2 menunjukkan bahwa lokasi di RPH Malo dapat dinyatakan layak untuk dikembangkan sebagai kawasan penangkaran rusa jawa. Pengembangan desain penangkaran yang diusulkan adalah sistem terbuka atau mini ranching. Desain penangkaran ini terdiri dari dua blok: blok pengelolaan dan blok perkantoran. Penyeleksian asal bibit rusa dan pengaturan sex rasio sangat diperlukan untuk mengurangi terjadinya inbreeding dan meningkatkan reproduksi secara optimal. Kebutuhan pakan rusa jawa di penangkaran kurang mencukupi sehingga perlu dibuatkan lokasi pakan rusa jawa di luar area penangkaran. Evaluasi keberlanjutan penangkaran rusa jawa menunjukkan dari dimensi ekologi, pertumbuhan populasi yang cenderung meningkat. Sementara dari dimensi ekonomi, berdasarkan perhitungan NPV, BCR, PP dan BEP menunjukkan kurang layak diteruskan. Walaupun demikian penangkaran ini perlu dipertahankan karena dari aspek konservasi dapat dikatakan berhasil karena rusa jawa berhasil dikembangbiakan dan dilestarikan. Agar penangkaran rusa mencapai kelayakan secara finansial maka perlu dilakukan peningkatan penerimaan, yaitu dengan melakukan inovasi untuk mengoptimalkan sumber-sumber potensial. Sementara kalau menggunakan skema memasukkan CSR, menunjukkan penangkaran rusa jawa skala kecil di RPH Malo, KPH Parengan secara finansial sudah layak, dan dari dimensi ekologi dapat dikatakan berhasil dimana rusa jawa berhasil dikembangbiakan dan dilestarikan.
Javan deer is one of the protected wild animals and has the potential for high economic value. The population of Javan deer in nature has decreased due to uncontrolled poaching and habitat destruction. To avoid extinction and to be able to optimally and sustainably utilize deer, this can be done through captive breeding. Only now, the existing captive Javan deer development has shown encouraging results. For that, we need a review of an overview of the variations in captive management of Javan deer that have been carried out and obtain information on various obstacles and problems faced in managing captive Java deer. Most land ownership by rural communities in Indonesia is less than 5 ha, so captive breeding for Javan deer on Java island has to face the challenge of small land ownership. It is, therefore, essential to design small-scale captive breeding, which local people can adopt to fulfill their economics and the conservation of this species. The objectives of the research were: (1) to provide the variations in managing Javan deer captive breeding and to obtain various problems encountered in managing Javan deer captive breeding, (2) to assess the feasibility of locations designated for Javan deer captive breeding with a small-scale, semi-intensive system, (3) prepare management plans for Javan deer captive breeding with a semi-intensive system, and (4) evaluating the sustainability of small-scale Javan deer captive breeding.
The research of objective 1 will be carried out in several captive Javan deer, namely the Javan deer captivity KPH Blitar, and KPH Ngawi (Perhutani). Bunder Javan deer captivity (BKSDA Yogyakarta) and CV. Bahtera Satwa (Private Javan deer captivity). The data collection method used a triangulation method, which collects secondary data, interviews, and field observations. Secondary data includes documents related to deer population regulation and management. The interview was conducted using a semi-structured questionnaire. Field Observation is intended to verify and obtain more detailed information about the verifier to be assessed. Furthermore, a comparative analysis was carried out on the aspects that had been determined, and a qualitative descriptive analysis obtaining the constraints faced. Meanwhile, for objective 2, we assessed a site, part of the PERUM PERHUTANI area in East Java, dedicated to model development of captive breeding. The assessment is an essential consideration in exploring the feasibility of the location and designing the optimal allocation of available space. Data collection was carried out to determine the bio-physical conditions of the area using a nested sampling, circular plot, and profile diagram method. The availability of Javan deer food was obtained by identifying the types of grass and calculating productivity. The collected data is then analyzed and compared with the needs of Javan deer. The selected location is then made for a site design. The captive management design is focused at regulating the population and monitoring food requirements. Evaluation of the sustainability of captive breeding emphasizes the population aspect through the development of population growth, opportunities for reintroduction and the ability to carry out financing and profits obtained from cashflow analysis.
The result of objective 1 showed that there are variations in the management of Javan deer captivity that have been carried out. Some problems are often encountered in managing Javan deer captivity. Some problems can then be sought for solutions through innovations in captive management. The result of objective 2 showed that the location in RPH Malo can be declared feasible to be developed as a Javan deer captive breeding area. The proposed captive site design development is an open system or mini ranching. This ranch consists of two blocks: the management block and the office block. Selecting the origin of deer breeds and regulating the sex ratio is very necessary to reduce the occurrence of inbreeding and increase optimal reproduction. The food requirements for Javan deer in captivity are insufficient, so it is necessary to create a feeding location outside the breeding area. Evaluation of the sustainability of Javan deer captive breeding showed that from the ecological dimension, population growth tends to increase. Meanwhile, from the economic dimension, based on NPV, BCR, PP and BEP calculations, it showed that it is not feasible to continue. However, this captive breeding needs to be maintained because, from a conservation aspect, it can be successful because Javan deer have been increased and conserved. For captive breeding to achieve financial viability, it is necessary to increase revenue, namely by carrying out innovations to optimize potential sources of revenue. Meanwhile, we use the CSR inclusion scheme. In that case, small-scale Javan deer breeding at RPH Malo, KPH Parengan, is financially feasible. From an ecological dimension, it can be successful because Javan deer have been successfully bred and preserved
Kata Kunci : Rusa Jawa, Penangkaran, Keberlanjutan, Skala kecil, Jawa.; Javan deer, Captive breeding, Sustainability, Small-scale, Java