Perbedaan Putusan Hakim dalam Penetapan Pengampuan bagi Penyandang Disabilitas Psikososial
Sarasati Bianti, Dr. Taufiq El Rahman, S.H., M.Hum.
2024 | Tesis | S2 Magister Kenotariatan
Penulisan tesis ini dilakukan
karena terdapat perbedaan putusan hakim dalam menetapakan pengampuan bagi
penyandang disabilitas psikososial. Tujuan dari penulisan tesis ini adalah
untuk mendalami permasalahan, meliputi kekuatan mengikat suatu putusan
pengadilan negeri yang tidak menggunakan dasar hukum khusus dalam
mempertimbangkan penetapan pengampuan bagi penyandang disabilitas psikososial.
Selain itu juga untuk mengeksplorasi perbedaan pemahaman hakim serta implikasi
dari penetapan pengampuan itu sendiri serta membantu dalam pengidentifikasian
kebijakan dan pedoman yang diperlukan untuk membimbing hakim dalam menilai
kecapakan bertindak.
Metode penelitian dalam tesis ini
bersifat yuridis normatif dengan merujuk hukum dan perundang-undangan yang
berlaku. Penelitian ini meliputi hukum positif maupun asas-asas hukum yang
berkaitan dengan penetapan pengampuan penyandang disabilitas psikososial oleh
hakim di pengadilan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan mengikat suatu putusan pengadilan negeri yang tidak menggunakan dasar hukum khusus (UU Penyandang Disabilitas) dalam pertimbangan putusan pengampuan bagi penyandang disabilitas psikososial adalah tetap mengikat dan harus dianggap benar sepanjang tidak dibatalkan oleh pengadilan di tingkat yang lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan asas res judicata pro veritate habeteur. Kemudian, implikasi dari penetapan pengampuan penuh dan parsial bagi disabilitas psikososial yakni bahwa pengampuan penuh berdampak pada hilangnya kecakapan bertindak dalam seluruh aspek hukum, sementara pengampuan parsial yakni bahwa individu yang terkena pengampuan masih memiliki kecakapan bertindak dalam hal-hal yang tidak dicakup oleh pengampuan. Lebih lanjut, tidak adanya standar hukum beracara dalam menilai kecapakan bertindak pada penetapan pengampuan baik penuh maupun parsial berpotensi memberikan ketidakadilan bagi penyandang disabilitas psikososial.
This thesis was
written due to the differences in judges’ decisions in determining guardianship
for individuals with psychosocial disabilities. This thesis aims to delve into
the issue, including the binding force of district court decisions that do not
use a specific legal basis (Law on Persons with Disabilities) in considering
the appointment of guardianship. In addition, it seeks to explore the
differences in judges' understanding and the implications of determining
guardianship itself and to assist in identifying the necessary policies and
guidelines to guide judges in assessing the capacity to act.
This thesis involves normative yuridical
research methods, by refering to applicable laws and regulations. The research
includes positive law and legal principles related to judges' determination of
guardianship for people with psychosocial disabilitiesThe research findings
indicate that the binding force of district court decisions that do not use the
Law on Persons with Disabilities in considering the decision remains binding
and must be considered correct as long as a higher court does not overturn it.
This is in line with the principle of res judicata pro veritate habeteur. Even
though there may be judicial errors or procedural violations, they do not
invalidate the decision. Furthermore, the implications of determining full and
partial guardianship are significant. Full guardianship impacts the loss of
capacity to act in all legal aspects, while partial guardianship is that the
individual affected by guardianship still has the capacity to act in matters
not covered by the guardianship. From a notary’s perspective, the difference
between full and partial guardianship affects how they ensure the legal
capacity of the parties present while signing legal documents. Notaries must be
very cautious to ensure that the individual represented by the guardian genuinely
requires such representation and that the legal actions taken are under the
limitations set out in the guardianship determination. Moreover, the absence of
legal procedural standards in assessing the capacity to act in the
determination of full or partial guardianship has the potential to cause
injustice to people with psychosocial disabilities.
Kata Kunci : pengampuan , kecakapan , psikososial