Interaksi Masyarakat Desa Pungut Mudik dengan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS)
Adi Candra, Ir. Lies Rahayu WF, MP
2007 | Skripsi | S1 KEHUTANANDibentuknya sistem pengelolaan kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), yang tujuan pengelolaannya untuk menciptakan iklim/lingkungan yang kondusif demi kelestarian sumberdaya hutan dan ekosistemnya, baik secara langsung maupun tidak langsung akan membatasi aktivitas masyarakat terhadap hutan yang sudah terjalin sejak lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk interaksi yang terjadi antara masyarakat dengan Taman Nasional Kerinci Seblat serta untuk mengetahui nilai-nilai lokal yang mengatur hubungan masyarakat dengan hutan di Desa Pungut Mudik. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yang dilakukan dengan pendekatan sosial melalui tanya jawab langsung dengan masyarakat. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa masyarakat masih melakukan aktivitas di kawasan TNKS, aktivitas yang masih dilakukan adalah pengambilan kayu bakar, kayu bangunan, dan bambu serta masih ada yang mengolah lahan perladangan di kawasan TNKS, jenis yang ditanam adalah kayu manis, kopi dan tanaman semusim lainnya. Aktivitas yang bemilai konservasi adalah adanya lubuk larangan, jika ada anggota masyarakat baik dari dalam maupun dari luar desa yang mengambil ikan dengan cara menggunakan racun, bahan peledak akan dikenakan sanksi adat yang cukup berat. Bentuk interaksi masyarakat dengan Taman Nasional Kerinci Seblat, ada yang bersifat positif dan negatif. Interaksi yang bersifat positif adanya pemberlakuan hukum adat seperti Hukum Anak Jantan, Hukum Ninik Mamak dan Hukum Tiga Lurah yang jika ditinjau secara tidak langsung bermuatan nilai konservasi dan di Desa Pungut Mudik terdapat Fasilitator Konservasi Desa (FKD), Organisator Masyarakat Lokal (OML) dan Kesepakatan Konservasi Desa (KK.D). Interaksi yang besifat negatif adanya masyarakat yang masih berladang di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, yang jika dibiarkan akan menyebabkan degradasi dan kerusakan yang fatal bagi taman nasional.
By a management system that established in the Kerinci Seblat National Parks areas in order to create a favorable climate or environment by forest resources and their ecosystems stability on both immediately and indirectly would be activities constraints the community that occupied the forest for long time ago. The research conducted to found the types of interaction that occurred among community-and Kerinci Seblat National Parks as well as the local values between community and forest relationships that ruled in the Pungut Mudik village. We used descriptive method by interviewed the community directly employing social approaches. The observed results shown that community, have been doing their activity at the Kerinci Seblat National Parks areas. The activities consisting firewood, building-woods, and bamboo exploitations and land manner activities by cultivate cinnamon, coffee species and other one-growing season plants. While, there were community members both internal and external villages that get fishing by any poisons or detonator materials, the activities with conservation values were presence "lubuk larangan" as a severe punishment from the tradition. There were two types of community interactions in Kerinci Seblat National Parks namely positive and negative relationships. The positive have a ruling the tradition law such as Anak Jantan, Ninik Mamak, and Tiga Lurah laws that implies on conservation value substances. In additions, there were rural Conservation Facilitator, Local Community Organizer, and Rural Conservation Agreement that located in Pungut Mudik village. In other hands, since negatively interactions such as cultivation that allowed in the Kerinci Seblat National Parks, fatal degradation and destruction for the national parks could be occurred .
Kata Kunci : interaksi, masyarakat, taman nasional, kelestarian sumberdaya hutan.