Kelayakan Finansial Agroforestri Jati Plus Perhutani pada Program Kemitraan Kehutanan Perhutani di Hutan Wengkon Desa Bago Perum Perhutani KPH Gundih
MUHAMMAD ARIEF ROHMAN AZIZ, Agus Affianto, S.Hut., M.Si.
2024 | Skripsi | KEHUTANAN
Kawasan HWD Bago di RPH Salak merupakan salah satu kawasan yang menerapkan program kehutanan sosial dengan skema Kemitraan Kehutanan Produktif (KKP) melalui agroforestri tegakan JPP SP dan jagung dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan antara Perhutani dan pesanggem sehingga kepentingan bersama untuk mewujudkan keberlanjutan fungsi dan manfaat sumber daya hutan secara optimal dan proporsional dapat terwujud. Dengan adanya hal tersebut tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola agroforestri yang telah diterapkan, menilai kelayakan finansial agroforestri, dan mengetahui besarnya kontribusi agroforestri terhadap pendapatan rumah tangga pesanggem.
Lokasi penelitian ditentukan dengan purposive sampling dan jumlah sampel sebanyak 58 responden pada populasi pesanggem LMDH Sido Mulyo yang dihitung menggunakan rumus Taro Yamane (1967). Sampel tersebut terbagi secara propotional pada 4 petak agroforestri Jati Plus Perhutani. Untuk teknik pengumpulan data dilakukan secara accidental sampling melalui metode observasi dan wawancara dengan interview guide. Identifikasi pola pertanaman agroforestri dianalisis menggunakan metode deskriptif sedangkan perhitungan kelayakan finansial agroforestri dan kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga menggunakan analisis kuantitatif. Perhitungan keuntungan dilakukan dengan pembuatan cashflow menggunakan penilaian NPV (Net Present Value), BCR (Benefit Cost Ratio), dan IRR (Internal Rate of Return)
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa 1) Pola agroforestri yang digunakan dalam kawasan HWD Bago di RPH Salak adalah tegakan JPP SP dan tanaman jagung secara alternative rows. 2) Pendapatan yang diterima Perhutani dan pesanggem dari pembangunan agroforestri JPP SP dan jagung dalam kawasan HWD Bago di RPH Salak lebih besar dari biaya yang dikeluarkan dan berdasarkan indikator keuntungan (NPV, BCR, dan IRR) secara finansial layak untuk dijalankan. 3) Kontribusi agroforestri terhadap pendapatan rumah tangga pesanggem pada petak jarak tanam 8 x 3 m strata 1 sebesar 29,99% (rendah), strata 2 sebesar 72,20% (tinggi), dan strata 3 sebesar 65,93% (sedang); sedangkan pada petak jarak tanam 3 x 3 m strata 1 sebesar 54,65% (sedang) dan strata 2 sebesar 47,14% (sedang).
The HWD Bago area in the RPH Salak is one of the regions implementing a social forestry program through the Kemitraan Kehutanan Produktif (KKP) scheme which involves agroforestry with JPP SP stands and corn cultivation. The goal is to achieve mutual benefits for Perhutani and the farmers, ensuring that joint interests are met to optimize and proportionally sustain forest resources and their benefits. The objectives of this study are to determine the agroforestry patterns applied, assess the financial feasibility of agroforestry, and understand the extent of agroforestry's contribution to farmers' household income.
The research location was determined using purposive sampling, with a total of 58 respondents from the LMDH Sido Mulyo farmer, calculated using the Taro Yamane (1967) formula. The Sample was proportionally distributed across 4 agroforestry plots of Jati Plus Perhutani. Data Collection was conducted using accidental sampling through observation and interviews with an interview guide. The identification of agroforestry planting pattern was analyzed using descriptivew methods, while the financial feasibility of agroforestry and its contribution to household income were assessed using quantitative analysis. Profit calculations were conducted through cash flow analysis, evaluating NPV (Net Present Value), BCR (Benefit-Cost Ratio), and IRR (Internal Rate of return). The household income of the farmers was analyzed using an income approach, determining the variation in income contributions from agroforestry land.
The study found that: 1) The agroforestry pattern used in the HWD Bago area in RPH Salak involves JPP SP stands and corn plants in an alternative rows system. 2) The income received by Perhutani and the farmers from developing agroforestry with JPP SP stands and corn in the HWD Bago area is greater than the cossts incurred and based on profitability indicators (NPV, BCR, and IRR) it is financially viable to implement. 3) The contribution of agroforestry to farmers' household income for plots with a planting distance of 8 x 3 meters is 29,99% (low) for stratum 1, 72,20% (high) for stratum 2, and 65,93% (medium) for stratum 3; while for land with a planting distance of 3 x 3 meters, it is 54,65% (medium) for stratum 1 and 47,14% (medium) for stratum 2.
Kata Kunci : Perhutani, Pesanggem, Kelayakan finansial, Kontribusi pendapatan