Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Desa Seboro Terhadap Pengembangan Pariwisata Budaya dalam Kawasan Geopark Kebumen
RIZKYA FANNY RAMADHAN, Dr.Wiwik Sushartami, M.A.
2024 | Skripsi | PARIWISATA
Desa Seboro sebagai bagian dari kawasan Geopark Kebumen memiliki potensi geologi, biologi, dan budaya. Dalam upaya pengembangan pariwisata budaya di Desa Seboro agar tetap berkelanjutan, penting untuk melihat bagaimana pandangan masyarakat serta keterlibatannya sebagai aktor utama yang akan terdampak secara langsung. Hal ini juga sejalan dengan persiapan Geopark Kebumen menuju UNESCO Global Geopark (UGGp). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi dan partisipasi masyarakat Desa Seboro terhadap pengembangan pariwisata budaya dalam kawasan Geopark Kebumen. Persepsi masyarakat dilihat melalui teori dari Walgito (1991) yang mengemukakan tiga aspek utama persepsi, yakni secara kognitif, afektif, dan konatif. Sedangkan untuk melihat partisipasinya, teori dari Cohen dan Uphoff (1980) mengemukakan empat bentuk partisipasi, yakni partisipasi dalam pengambilan keputusan, partisipasi dalam implementasi, partisipasi pengambilan manfaat, serta partisipasi evaluasi. Pengumpulan data diperoleh melalui observasi, wawancara, dan studi literatur.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara kognitif yang memiliki pengetahuan terkait pengembangan pariwisata budaya masih terbatas pada pemerintah desa, Pokdarwis, kepala dusun, serta masyarakat tertentu saja misalnya yang memiliki akses dengan pemangku kepentingan tertentu, memiliki akses dengan pusat kegiatan pariwisata, serta karena terlibat langsung dalam kegiatan. Secara afektif masyarakat beserta kepala dusun merasa senang dengan berbagai catatan, sehingga pengembangan pariwisata budaya bisa mendapatkan respon yang positif apabila nantinya mampu memenuhi harapan dan ekspektasi masyarakat. Secara konatif seluruh kepala dusun memiliki kecenderungan untuk terlibat dalam proses pengembangan pariwisata budaya, sedangkan masyarakat ada yang cenderung tidak terlibat. Lebih lanjut, pengembangan pariwisata budaya di Desa Seboro masih bersifat Top-down. Pemerintah desa dan pemimpin lokal masih mendominasi untuk penetapan keputusan. Sementara seluruh lapisan masyarakat tetap dilibatkan melalui penyampaian ide atau masukan pada tingkat musyawarah dusun. Pada implementasi kegiatan masyarakat umumnya berpartisipasi pada kegiatan festival kebudayaan. Sementara untuk pembuatan rencana pengembangan pariwisata budaya, inisiasi program festival budaya, dan perumusan paket wisata dilakukan oleh Pokdarwis, pemerintah desa, pemimpin lokal, dan beberapa masyarakat tertentu. Pada tahap pengambilan manfaat, berbagai keuntungan sudah bisa dirasakan oleh masyarakat, namun keuntungan ekonomi masih belum optimal. Pada tahap evaluasi, pemerintah desa dan pemimpin lokal berpartisipasi secara penuh, sedangkan untuk masyarakat umumnya masih belum menggunakan haknya untuk memberikan kritik dan saran. Gambaran persepsi dan partisipasi masyarakat Desa Seboro ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan arah dan kebijakan terkait upaya pengembangan pariwisata budaya kedepannya.
Seboro Village as part of the Kebumen Geopark area has geological, biological and cultural potential. In an effort to develop cultural tourism in Seboro Village to remain sustainable, it is important to see how the community perceives and their involvement as the main actors who will be directly affected. This is also in line with the preparation of Kebumen Geopark towards the UNESCO Global Geopark (UGGp). This study aims to determine the perception and participation of the Seboro Village community towards the development of cultural tourism in the Kebumen Geopark area. Community perception is seen through the theory of Walgito (1991) which suggests three main aspects of perception, they are cognitive, affective, and conative perceptions. Meanwhile, to see its participation, the theory of Cohen and Upphoff (1980) suggests four forms of participation, they are participation in decision-making, participation in implementation, participation in benefit-taking, and participation in evaluation. Data were collected through observation, interviews, and literature studies.
The study results show that cognitive perceptions that have knowledge related to the development of cultural tourism are still limited to village goverments, Pokdarwis, local leaders, and certain communities, for example those who have access to certain stakeholders, have access to tourism activity centers, and because they are directly involved in activities. In affective perception, the community and the local leaders feel happy but with the various notes, so that the development of cultural tourism can get positive response if it is able to meet the community’s hopes and expectations. In conative perception, all local leaders have a tendency to be involved in the cultural tourism development process, while there are communities who tend not to be involved. Furthermore, the development of cultural tourism in Seboro Village is still top-down. Village governments and local leaders still dominate decision making. Meanwhile, all communities remain involved through conveying ideas at the dusun level. In Implementation activities, the community generally participates in cultural festival activities. Meanwhile, the planning of cultural tourism development plans, initiation of cultural festival programs, and formulation of tour packages are carried out by Pokdarwis, village government, local leaders, and certain communities. At the benefit taking stages, various benefits can already be felt by the community, but the economic benefits are still not optimal. At the evaluation stage, the village government and local leaders participated fully, while the general public still did not exercise thei right to provide criticism and suggestions. The results of community perception and participation in the Seboro Village can be taken into consideration to determine direction and policies related to cultural tourism development efforts in the future.
Kata Kunci : Partisipasi Masyarakat, Persepsi Masyarakat, Desa Seboro, Geopark Kebumen, Pariwisata Budaya