Situs-Situs Berbasis Pemanfaatan Air di Lereng Utara Gunung Kelud: Studi Kasus di Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri

M. ADE BADRUL HAKIM, Drs. J. Susetyo Edy Yuwono, M.Sc.

2024 | Skripsi | ARKEOLOGI

Wilayah Lereng Utara Gunung Kelud menyimpan banyak tinggalan arkeologi, khususnya situs-situs berbasis air, seperti Petirtaan Geneng, Saluran Air Kuno Brumbung, dan Sungai Srinjing. Dengan adanya situs-situs arkeologi berbasis air di Lereng Utara Gunung Kelud, megidentifikasi dan memetakan keletakan situs dengan bentang fisik Lereng Utara Gunung Kelud bisa dilakukan untuk dapat melihat melihat potensi keairannya yang menjadikan alasan dibangunnya objek tersebut dan mengungkap usaha yang dilakukan oleh Masyarakat Jawa Kuno di Lereng Utara Gunung Kelud dalam memanfaatkan dan mengelola potensi air yang ada. Oleh karena itu, penelitian ini mempertanyakan Bagaimana kondisi bentang fisik lereng utara Gunung Kelud dan pengaruhnya terhadap keberadaan situs-situs berbasis air di Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri.

Dalam menjawab rumusan masalah, penelitian ini menerapkan pendekatan arkeologi analisis lokasional. Data yang digunakan untuk menyusun bentang fisik wilayah adalah data topografi, geologi, dan hidrologi. Data ini nantinya akan diuji dengan data sebaran titik arkeologi, data sejarah letusan Gunung Kelud, dan data toponimi. Teknik pengumpulan data meliputi survei lapangan, studi pustaka, dan studi peta. Data yang sudah terkumpul akan diolah menggunakan perangkat lunak Q-GIS kemudian dianalisis untuk dapat melihat keletakan situs arkeologi dan melihat hubungan lokasional situs arkeologi dengan bentang fisik Lereng Utara Gunung Kelud.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa situs-situs arkeologi di wilayah ini terletak di wilayah tekuk lereng (break of slope) yang kaya akan sumber mata air. Petirtaan Geneng menunjukkan pemanfaatan air untuk kebutuhan religius, seperti tempat penyucian. Sedangkan, Saluran Air Kuno Brumbung dan modifikasi Sungai Srinjing merupakan bukti rekayasa teknis masyarakat Jawa Kuno dalam memodifikasi alam guna mendukung irigasi pertanian dan pemenuhan kebutuhan air pemukiman. Temuan ini menegaskan kemampuan masyarakat Jawa Kuno dalam mengelola ekosistem air di wilayah lereng utara Gunung Kelud, baik untuk tujuan spiritual maupun kebutuhan sehari-hari.

Kata Kunci: Petirtaan, Saluran Air, Sungai, Bentang Fisik, Jawa Kuno

The North Slope of Mount Kelud holds many archaeological remains, especially water-based sites, such as Petirtaan Geneng, Brumbung Ancient Aqueduct, and Srinjing River. With the existence of water-based archaeological sites on the North Slope of Mount Kelud, identifying and mapping the mapping of the site with the physical landscape of the North Slope of Mount Kelud can be done to be able to see the water potential that makes the reason for the construction of the object and reveal the efforts made by the Ancient Javanese Community on the North Slope of Mount Kelud in utilizing and managing the existing water potential. Therefore, this research questions how the condition of the physical landscape of the northern slope of Mount Kelud and its influence on the existence of water-based sites in Kepung District, Kediri Regency.

In answering the formulation of the problem, this research applies the archaeological approach of local analysis. The data used to compile the physical landscape of the region are topographic, geological, and hydrological data. This data will later be tested with data on the distribution of archaeological points, historical data on the eruption of Mount Kelud, and toponymy data. Data collection techniques include field surveys, literature studies, and map studies. The data that has been collected will be processed using Q-GIS software and then analyzed to be able to see the location of archaeological sites and see the locational relationship of archaeological sites with the physical landscape of the North Slope of Mount Kelud.

The results show that the archaeological sites in this region are located in the break of slope area which is rich in water sources. Petirtaan Geneng shows the utilization of water for religious needs, such as purification. Meanwhile, the Brumbung Ancient Water Channel and the modification of the Srinjing River are evidence of the technical engineering of the Old Javanese community in modifying nature to support agricultural irrigation and fulfillment of settlement water needs. These findings confirm the ability of the Old Javanese community to manage the water ecosystem on the northern slopes of Mount Kelud, both for spiritual purposes and daily needs.

Keywords: Petirtaan, Aqueduct, River, Physical Landscape, Ancient Java

Kata Kunci : Petirtaan, Saluran Air, Sungai, Bentang Fisik, Jawa Kuno