Prarancangan Pabrik Magnesium Oksida dari Bittern dan Batu Kapur dengan Kapasitas 150.000 Ton/Tahun
NIA RAMADHANI, Ir. Indra Perdana, S.T., MT., Ph.D.
2024 | Skripsi | TEKNIK KIMIA
Industri
manufaktur terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Magnesium menjadi salah
satu bahan kimia yang permintaannya diprediksi terus mengalami peningkatan. Magnesium
oksida (MgO) umumnya digunakan dalam industri refraktori sebagai pelapis
furnace karena sifatnya yang stabil, tahan api, dan tahan abrasi. Magnesium
oksida dapat diolah dari beberapa jenis bahan baku, di antaranya menggunakan
bittern dan batu kapur.
Bittern diperoleh dari limbah
pabrik PT. Garam Indonesia (Persero) yang merupakan salah satu pabrik garam
besar di Indonesia. Batu kapur diperoleh dari penambangan batu kapur. Kandungan
magnesium di dalam bittern direaksikan dengan Ca(OH)2 yang
merupakan hasil reaksi CaO dengan air sehingga akan membentuk magnesium
hidroksida (Mg(OH)2). Kalsium Oksida (CaO) diperoleh dari proses
kalsinasi batu kapur yang dipasok dari PT Putra Lima Jaya di Tuban, Jawa Timur.
Magnesium Hidroksida (Mg(OH)2) hasil reaksi kemudian didekomposisi
di dalam Rotary Kiln sehingga didapatkan produk akhir berupa Magnesium
Oksida (MgO).
Pabrik
Magnesium Oksida dengan kapasitas 150.000 ton/tahun ini memerlukan bahan baku bittern
sebanyak 453.921,21 kg/jam dan batu kapur sebanyak 48.166,93
kg/jam. Dalam menjalankan prosesnya, pabrik didukung oleh unit penunjang lain,
seperti unit penyedia dan pengolahan air, unit penyedia udara dan listrik,
serta unit pengolahan limbah. Kebutuhan air untuk proses, pembangkitan steam,
refrigerasi, dan lainnya adalah sebanyak 800.770,66 kg/jam dan bersumber dari
pengolahan air laut Selat Madura. Total kebutuhan listrik pabrik adalah sebesar
2,25 MW.
Pabrik
Magnesium Oksida tergolong dalam high risk chemical industry. Pabrik
direncanakan untuk dibangun di Kawasan Industri Tuban, Jawa Timur. Nilai fixed
capital dan working capital sebesar $86.979.090,56 dan $29.130.058,59. Berdasarkan
hasil analisis, pabrik menarik untuk dikaji lebih lanjut berdasarkan nilai ROI
sebesar 44,74 %, POT sebesar 1,96 tahun, BEP sebesar 41,02%, SDP sebesar 26,71?n DCFRR sebesar 31,30%. Analisis sensitivitas juga menunjukkan bahwa pabrik
ini relatif stabil terhadap perubahan fixed capital investment, harga
bahan baku dan operating labor.
The manufacturing industry continues to increase every
year. Magnesium is one of the chemicals which demand is predicted to keep
increasing. Magnesium oxide (MgO) is generally used in the refractory industry
as a furnace lining because of its stable, fire-resistant, and
abrasion-resistant properties. Magnesium oxide can be processed from several
types of raw materials, including bittern and limestone.
Bittern is obtained from industrial waste from PT.
Garam Indonesia (Persero), one of the biggest salt factories in Indonesia.
Limestone is obtained from limestone mining. Magnesium in bittern is reacted
with Ca(OH)2 from the reaction of CaO with water to form magnesium
hydroxide (Mg(OH)2). Calcium Oxide (CaO) is obtained from calcination of
limestone supplied by PT Putra Lima Jaya in Tuban, East Java. Magnesium
Hydroxide (Mg(OH)2) from the reaction is decomposed in Rotary Kiln
to obtain the final product, Magnesium Oxide (MgO).
Magnesium Oxide plant with capacity of 150,000
tons/year requires 453,921.21 kg/hour of bittern and 48,166.93 kg/hour of
limestone. During the operation, the plant is supported by other supporting
units, such as water supply and treatment units, air and electricity supply
units, and waste treatment units. Total water required for the plant is
800,770.66 kg/hour and comes from the desalination of Madura Strait seawater. Total
electricity required for the plant is 2.25 MW.
Magnesium Oxide plant is classified as a high-risk
chemical industry. The plant is planned to be built in the Tuban Industrial
Area, East Java. Fixed capital and working capital value of $86.979.090,56 and $29.130.058,59. Based
on the analysis results, the plant is interesting to be studied further based
on the ROI value of 44.74%, POT of 1.96 years, BEP of 41.02%, SDP of 26.71% and
DCFRR of 31.30%. Sensitivity analysis also shows that this factory is
relatively stable to changes in fixed capital investment, raw material prices
and operating labor.
Kata Kunci : magnesium oksida, batu kapur, bittern