Bertahan Dalam Naungan Republik: Upaya Mangkunegara VIII Mempertahankan Eksistensi Mangkunegaran, 1946-1987
SAVIRA YULI NARULITA, Dr. Sri Margana, M.Hum
2024 | Skripsi | ILMU SEJARAH
Mangkunegaran merupakan salah satu kerajaan di Jawa yang terkenal dengan kejayaan industri gulanya. Namun setelah memasuki periode pemerintahan Indonesia, Mangkunegaran mengalami kesulitan dari segala aspek, terutama politik dan ekonomi. Masa transisi politik dari kolonial ke kemerdekaan Indonesia ditandai dengan bergabungnya Mangkunegaran menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu, persoalan mengenai dihapuskannya swapraja Mangkunegaran berakibat pada berhentinya kekuasaan Mangkunegaran. Sejak saat itu wilayah Mangkunegaran hanya sebatas tembok istana saja. Hal lain yang menjadi tantangan bagi Mangkunegaran adalah ketika kebijakan nasionalisasi, dan seluruh perusahaan milik Mangkunegaran diambil alih oleh Pemerintah Indonesia. Dengan adanya kondisi tersebut Mangkunegara VIII berupaya untuk mempertahankan eksistensinya dalam bidang ekonomi dan budaya. Mangkunegara VIII mendirikan beberapa usaha-usaha ekonomi yang baru diantaranya perdagangan, perhotelan, pariwisata, dan pabrik gamelan. Usaha tersebut bertujuan untuk memberi pendapatan Mangkunegaran guna kebutuhan perawatan Istana Mangkunegaran. Selain itu juga melakukan upaya revitalisasi Tari Bedhaya Anglir Mendung yang merupakan simbol legitimasi bagi Mangkunegaran. Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa upaya Mangkunegara VIII dalam mempertahankan eksistensi Mangkunegaran terbukti membawa Mangkunegaran tetap eksis sampai sekarang.
Mangkunegaran is one of the kingdoms in Java that is famous for its successful sugar industry. However, after entering the period of Indonesian rule, Mangkunegaran experienced difficulties in all aspects, especially politics and economics. The political transition period from colonial to Indonesian independence was marked by Mangkunegaran joining the Unitary State of the Republic of Indonesia. In addition, the issue of the abolition of the Mangkunegaran swapraja resulted in the end of Mangkunegaran's power. Since then, Mangkunegaran's territory has only been limited to the palace walls. Another challenge for Mangkunegaran was when the nationalization policy was implemented, and all companies owned by Mangkunegaran were taken over by the Indonesian government. With these conditions, Mangkunegara VIII tried to maintain its existence in the economic and cultural fields. Mangkunegara VIII established several new economic businesses including trade, hotels, tourism, and gamelan factories. These businesses aim to provide income for Mangkunegaran for the maintenance of the Mangkunegaran Palace. In addition, it also made efforts to revitalize the Bedhaya Anglir Mendung Dance which is a symbol of legitimacy for Mangkunegaran. From the research that has been conducted, it can be concluded that Mangkunegara VIII's efforts to maintain the existence of Mangkunegaran have proven to have kept Mangkunegaran in existence until now.
Kata Kunci : Mangkunegara VIII, Eksistensi, Transisi Politik, Ekonomi Mangkunegaran