Hubungan Antara Fungsi Afektif Keluarga Dengan Kesehatan Mental Emosional Pada Lansia Yang Membutuhkan Perawatan Jangka Panjang di Yogyakarta
TRIAS PUTRI CAHYANI, Dr. Heru Subekti, S.Kep. NS., MPH.; Dr. Sri Mulyani, S.Kep. Ns., M.Ng.
2024 | Skripsi | ILMU KEPERAWATAN
Latar Belakang: Lansia dengan perawatan jangka panjang mengalami penurunan kemampuan dalam beraktivitas serta perubahan suasana hati yang berdampak pada kesehatan mental emosional lansia. Fungsi afektif keluarga memiliki peran penting dalam pemenuhan kebutuhan psikososial, yang dapat memengaruhi kesehatan mental emosional pada lansia pemerlu perawatan jangka panjang.
Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan antara fungsi afektif keluarga dengan kesehatan mental emosional pada lansia yang membutuhkan perawatan jangka panjang di Yogyakarta.
Metode: Penelitian analitik dengan rancangan cross sectional. Jumlah responden sebanyak 54 lansia pemerlu perawatan jangka panjang, dengan metode consecutive sampling. Penelitian ini menggunakan kuesioner modifikasi teori Friedman sebagai alat ukur fungsi afektif keluarga dan kuesioner DASS (Depression, Anxiety, and Stress Scale) sebagai alat ukur kesehatan mental emosional. Analisis yang digunakan yaitu analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square.
Hasil: Sebanyak 38 responden memiliki fungsi afektif keluarga yang buruk (70,4%) sedangkan 26 responden memiliki masalah kesehatan mental emosional (48,2%). Hasil uji Chi-Square menunjukkan nilai p = 0,675. Hal tersebut menunjukkan bahwa antara fungsi afektif keluarga dengan kesehatan mental emosional pada lansia yang membutuhkan perawatan jangka panjang di Yogyakarta tidak memiliki hubungan yang signifikan.
Kesimpulan: Lansia pemerlu perawatan jangka panjang memiliki fungsi afektif keluarga yang buruk dan mayoritas memiliki kesehatan mental emosional yang baik. Dalam penelitian ini, fungsi afektif keluarga tidak memiliki korelasi dengan kesehatan mental emosional. Sebagian besar lansia dengan fungsi afektif keluarga yang buruk dan masalah kesehatan mental emosional memiliki pendapatan di bawah UMR, riwayat penyakit, serta tidak memiliki pasangan.
Background: Elderly individuals in long term-care often experience a decline in their ability to perform activities and changes in mood, which can impact their emotional mental health. The affective function of the family plays a crucial role in fulfilling psychosocial needs, which can influence the emotional mental health of elderly individuals in long term-care.
Objective: To determine the relationship between family affective function and emotional mental health in elderly individuals requiring long term-care in Yogyakarta.
Methods: An analytical study with a cross-sectional design. The study involved 54 elderly individuals needing long term-care, selected using consecutive sampling. A modified Friedman theory questionnaire was used to measure family affective function, and the DASS (Depression, Anxiety, and Stress Scale) questionnaire was used to measure emotional mental health. Univariate and bivariate analyses were conducted using Chi-Square tests.
Results: A total of 38 respondents had poor family affective function (70,4%), while 26 respondents had emotional mental health problems (48,2%). The results of the Chi-Square test showed a p-value = 0.675. This indicates that there is no significant relationship between family affective function and the emotional mental health in the elderly who require long term-care in Yogyakarta
Conclusion: Elderly individuals in long term-care generally have poor family affective function, yet the majority have good emotional mental health. This study found no correlation between family affective function and emotional mental health. Most elderly individuals with poor family affective function and the emotional mental health issues have incomes below the minimum wage, a history of illness, and are without a partner.
Kata Kunci : fungsi afektif keluarga, kesehatan mental emosional, lansia, perawatan jangka panjang