Laporkan Masalah

Ketangguhan Pesantren di masa Pandemi

MAYA FITRIA, Prof. Drs. Koentjoro Soeparno, MBSc., Ph, D., Psikolog; Dr. Yuli Fajar, M.Si., Psikolog

2024 | Disertasi | DOKTOR ILMU PSIKOLOGI

Ketangguhan penulis asumsikan identik dengan resiliensi. Resiliensi adalah kemampuan untuk bangkit dari kondisi yang tidak menyenangkan bahkan menyengsarakan melalui kemampuan penyesuaian diri yang baik dari kegagalan dalam melalui masa-masa sulit. Studi mengenai resiliensi sangat beragam objek dan konteksnya, mulai dari individu hingga komunitas. Menurut peneliti, ketangguhan atau resiliensi pesantren adalah hasil dinamika resiliensi individu dan resiliensi komunitas. Penelitian ini bertujuan untuk memahami konsep, indikator, dinamika dan aktor ketangguhan pesantren. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu pendekatan Grounded Theory dengan tujuan mendapatkan gambaran dan dinamika ketangguhan versi partisipan dengan mengindahkan unsur-unsur konteks dan dinamika pesantren. Partisipan penelitian adalah dari empat pesantren dari Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 6 pengasuh (wawancara), 20 guru (FGD), 10 pembimbing/pengurus pesantren (FGD), 15 santri (FGD), 8 satgas Covid pesantren (FGD), 3 koordinator Satgas Covid Pesantren (wawancara), 26 wali santri (kuesioner gform) dan 1 unsur pemerintah desa (wawancara). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pesantren yang tangguh saat pandemi Covid-19 adalah pesantren yang dapat menjaga tradisi, peran, dan fungsinya dalam bidang pendidikan, sosial, ekonomi, budaya, dan dakwah dengan tetap memaksimalkan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah dan ahli, dengan mengusahakan keseimbangan antara pencapaian unsur kepatuhan dan kepercayaann sebagai manifestasi dari tanggung jawab peran. Indikator pesantren tangguh terdiri atas dua dimensi yaitu satu dimensi kepercayaan (trust) dan dimensi kepatuhan. Indikator ketangguhan pesantren yang termasuk dalam dimensi kepercayan yaitu komunikasi, transparansi, pelibatan, updated, pembentukan satuan tugas, dan networking. Indikator-indikator ketangguhan pesantren yang termasuk dalam dimensi kepatuhan adalah konformitas, konsistensi otoritas, dan community engagement. Dinamika indikator ketangguhan pesantren dapat digambarkan dengan hubungan resiprositas antara trust dan kepatuhan dan operasionalisasi indikator ketangguhan yang bergerak di antara dua kutub yang semipermiabel antara menjaga tradisi yang ada di pesantren dengan keterbukaan terhadap unsur-unsur yang baru dari luar pesantren. Aktor ketangguhan pesantren adalah para civitas dan stakeholder pesantren yang terlibat dalam membangun ketangguhan pesantren dengan peran, stuktur, dan proporsi tugas dan tanggung jawab masing-masing. Aktor utama adalah pengasuh muda yang menjadi koordinator santri dalam bertugas sebagai satgas covid-19.

Resilience is the ability to rise from an unpleasant, even threatening condition through an excellent ability to adapt from failure through difficult times. The study of resilience is diverse in objects and contexts, ranging from individuals, communities, organizations, and even communities. According to the researchers, resilience results from the dynamics of the theoretical concepts of individual, community, educational, and social systems resiliency. This research aims to understand the concept and dynamics of the process and the source of the resilience of the trainees. The study uses a qualitative method called the grounded theory ethnography (GTE) approach to obtain an overview of the dynamics of the participant's resilience version by minimizing the elements of context and resources available in the pesantren. Participants in the study were four pesantren (Islamic boarding schools) from Bantul district of Yogyakarta Provincial Region of Istimewa consisting of 6 kiai/nyai (the scholars of pesantren) (interviews), 20 teachers (FGD), ten student/santri caregivers (FGD), 15 santri (students) (FGD), three COVID-19 task force coordinators (interview), 26 students’ parents (google form questioner) and one village government element (interview). The results of this study conclude that the resilient pesantrens during the COVID-19 pandemic are the pesantrens who can survive the COVID-19 epidemic with all its internal and external dynamics and remain able to act as educational institutions, da’wah institutions, as well as social institutions bringing the elements of the pesantren traditions while being open to policies and information from outside the pesantren. Pesantrens build his resilience by considering the presence of four aspects, namely trust, obedience, preservation of tradition, and openness (open-minded). These four aspects are interconnected by the reciprocal relationship pattern between trust and obedience and the semipermeable relationship patterns between keeping tradition and open-mindedness. Semipermeability between keeping tradition and openness is a representation of the principle al muhafadzotu ala al qodim al sholih wa al akhdu bi al jadid al ashlah (keep the old one which is still good and take the new one which is better). The resilience strategy of pesantren to trust by considering preserving tradition and openness is communication, transparency, constraint, updated or constantly updated information, and altruistic voluntarism (khidmah).


Kata Kunci : resilience; community resilience; pesantren; pandemic

  1. S3-2024-420385-abstract.pdf  
  2. S3-2024-420385-bibliography.pdf  
  3. S3-2024-420385-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2024-420385-title.pdf