Kolaborasi Aktor dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia Desa Wisata Banjaroya
Imas Masrina, Prof. Dr-Phil. Janianton Damanik, M.Si dan Bayu Sutikno, S.E.,M.S.M., Ph.D.
2024 | Tesis | S2 Magister Kajian Pariwisata
Keterbatasan kualitas dan kuantitas masyarakat lokal di tengah tuntutan ketersediaan elemen sistem pariwisata menjadikan pengembangan SDM Desa Wisata sebagai suatu kebutuhan yang mendesak untuk dilakukannya suatu kolaborasi. Namun, sejauh ini, kolaborasi yang dilakukan khususnya di Desa Wisata Banjaroya, Kulon Progo masih didominasi oleh peran parsial pemangku kepentingan, terutama pemerintah multisektor dan akademisi, dengan bentuk kolaborasi yang juga terjalin secara parsial. Mekanisme kolaborasi yang merupakan salah satu unsur penentu keberhasilan suatu kolaborasi menjadi menarik untuk diketahui. Kemudian bagaimana peran-peran spesifik pemangku kepentingan, dan penghambat yang bersifat teknis, menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini.
Pengumpulan data penelitian dilakukan melalui metode wawancara dan dokumentasi. Data yang sudah terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode analisis data interaktif model Miles dan Huberman. Kondensasi, penyajian, dan penarikan kesimpulan dilakukan untuk menemukan gambaran mekanisme kolaborasi, peran pemangku kepentingan, dan hambatan teknis yang ditemui.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme kolaborasi pengembangan SDM Desa Wisata masih menghadapi beberapa tantangan signifikan. Mekanisme yang digunakan yaitu pemahaman visi bersama, struktur, proses, dan relasi,belum sepenuhnya berfungsi dengan semestinya dan cenderung informal. Pemahaman visi bersama dan struktur kolaborasi belum sepenuhnya inklusif dan efektif. Proses pengambilan keputusan dan komunikasi perlu diperbaiki agar lebih konsensus dan terbuka. Manajemen konflik masih terbatas, meskipun penggunaan mediator dan pelibatan tokoh penting terbukti efektif dalam menyelesaikan konflik yang muncul. Evaluasi belum dilakukan komprehensif sampai penerapannya. Relasi kepercayaan sudah mulai terbentuk, tetapi masih parsial diantara pemangku kepentingan pada program tertentu. Penyelenggaraan event menjadi strategi efektif dalam membangun kepercayaan untuk kolaborasi yang berkelanjutan. Peran pemangku kepentingan yang dijalankan belum sepenuhnya sinergis. Ketimpangan peran, dengan dominasi pemerintah yang terlihat jelas. Hambatan teknis seperti Kebijakan/prosedur yang berbeda menjadi tantangan utama, di samping kapasitas SDM yang berbeda, dan sifat mandatori program.
The limited quality and quantity of local communities amidst the demands of the availability of tourism system elements make the development of Tourism Village human resources an urgent need for collaboration. However, so far, the collaboration carried out, especially in Banjaroya Tourism Village, Kulon Progo, is still dominated by the partial role of stakeholders, especially multisectoral governments and academics, with forms that are also partially. The collaboration mechanism, which is one of the elements that determine the success of a collaboration, is interesting to know. Then how the specific roles of stakeholders, and technical barriers, become the subject of this research.
Data collection was conducted through interviews and documentation. The data that has been collected is analyzed using the interactive data analysis method of the Miles and Huberman model. Condensation, presentation, and conclusion drawing were carried out to find a description of the collaboration mechanism, the role of stakeholders, and the technical obstacles encountered.
The results show that the collaboration mechanism for developing SDM in Desa Wisata still faces several significant challenges. The mechanisms used, namely shared vision, structure, process, and relationships, have not fully functioned properly and tend to be informal. The shared vision and collaboration structure are not yet fully inclusive and effective. Decision-making and communication processes must be improved to make them more consensual and open. Conflict management is still limited, although the use of mediators and the involvement of key figures have proven effective in resolving emerging conflicts. Evaluation has not been comprehensive to the point of implementation. Relationships of trust have begun to form, but are still partial among stakeholders in certain programs. However, organizing events is an effective strategy for building trust for sustainable collaboration. The roles of stakeholders have not been fully synergized. Inequality of roles, with clear government dominance. Technical barriers such as different policies/procedures are the main challenge, in addition to different human resource capacities, and the mandatory nature of the program.
Kata Kunci : Kata Kunci: kolaborasi, mekanisme kolaborasi, pemangku kepentingan, pengembangan SDM/Keywords: collaboration, collaboration mechanism, stakeholders, HR development