Pengaruh Penerapan Good Agricultural Practices(GAP) Terhadap Produksi Bawang Merah di Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi
Nurul Hidayanti, Dr. Ir. Lestari Rahayu Waluyati, M.P.; Arini Wahyu Utami, M.Sc., Ph.D.
2024 | Tesis | S2 Magister Manj.AgribisnisKecamatan Muncar menjadi penyumbang terbesar dengan jumlah produksi bawang merah sebesar 4.256,5 ton diantara kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten Banyuwangi. Sebagian petani bawang merah di Kecamatan Muncar sudah menerapkan Good Agricultural Practices (GAP) pada usaha taninya. Namun beberapa petani bawang merah yang lain masih belum menerapakan GAP sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi hasil produksi dari usaha tani bawang merah di Kecamatan Muncar. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengetahui tingkat penerapan GAP bawang merah di Kecamatan Muncar. (2) Merumuskan pengaruh tingkat penerapan GAP dan faktor produksi terhadap produksi bawang merah di Kecamatan Muncar. (3) Menganalisis tingkat kelayakan pengembangan usaha tani bawang merah di Kecamatan Muncar. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara secara langsung dengan petani di Kecamatan Muncar. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan metode purposive yaitu sebanyak 60 petani sebagai responden. Analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda, analisis kelayakan usaha tani, dan analisis sensitivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penerapan GAP bawang merah di Kecamatan Muncar oleh petani responden secara keseluruhan tergolong dalam kategori sedang. Luas lahan, bibit, dan pestisida meningkat maka produksi bawang merah di Kecamatan Muncar juga akan meningkat. Petani yang menjadi anggota kelompok tani cenderung memiliki produksi bawang merah lebih tinggi daripada petani yang bukan anggota kelompok tani. Usaha tani bawang merah di Kecamatan Muncar memiliki nilai R/C Ratio sebesar 1,25 dan nilai ?/C Ratio sebesar 15,58% sehingga dapat diartikan bahwa usaha tani bawang merah layak untuk diusahakan. Pemberian penyuluhan, pelatihan dan pendampingan teknis kepada petani juga dapat dilakukan agar petani lebih mengetahui mengenai teknik budidaya yang baik dan teknologi terbaru dalam pertanian bawang merah. Rotasi tanaman juga salah satu cara dalam mengoptimalkan lahan, mencegah penumpukan hama, dan penyakit serta menjaga kesuburan tanah. Pembangunan fasilitas tempat penyimpanan seperti para-para diperlukan untuk menyimpan hasil panen. Pemanfaatan adanya pasar lelang diperlukan untuk menjaga kestabilan harga. Petani juga bisa melakukan diversifikasi produk turunan bawang merah seperti bawang merah goreng dan pasta bawang.
Muncar Sub-district became the largest contributor with a shallot production amounting to 4,256.5 tons among other sub-districts in Banyuwangi Regency. Some shallot farmers in Muncar Sub-district have already implemented Good Agricultural Practices (GAP) in their farming activities. However, several other shallot farmers have not yet implemented GAP, which can affect the production results of shallot farming in Muncar Sub-district. The objectives of this study are: (1) To determine the level of GAP implementation for shallots in Muncar Sub-district. (2) To formulate the influence of the level of GAP implementation and production factors on shallot production in Muncar Sub-district. (3) To analyze the feasibility level of shallot farming development in Muncar Sub-district. Data collection was carried out through direct observation and interviews with farmers in Muncar Sub-district. The sample size was determined using a purposive method, with a total of 60 farmers as respondents. Data analysis was conducted using multiple linear regression analysis, farming feasibility analysis, and sensitivity analysis. The results showed that the level of GAP implementation for shallots in Muncar Sub-district by respondent farmers was generally categorized as moderate. If the area of land, seeds, and pesticides increase, then shallot production in Muncar Sub-district will also increase. Farmers who are members of farmer groups tend to have higher shallot production than those who are not members of farmer groups. Shallot farming in Muncar Sub-district has an R/C Ratio value of 1.25 and a ?/C Ratio value of 15.58%, indicating that shallot farming is feasible. Providing extension services, training, and technical assistance to farmers can also be done to better inform them about good cultivation techniques and the latest technology in shallot farming. Crop rotation is also a way to optimize land, prevent pest and disease buildup, and maintain soil fertility. Building storage facilities such as drying racks is necessary for storing the harvest. Utilizing auction markets is needed to maintain price stability. Farmers can also diversify shallot derivative products, such as fried shallots and shallot paste.
Kata Kunci : Bawang Merah, GAP, Kelayakan Usaha Tani, Penyuluhan, Produksi, Agricultural Extension, Farming Feasibility, GAP, Production, Shallots