Enhancing Farmer’s Participation in Sustainable Extension Service in Indonesia The Case of Dokterpupuk Yara Indonesia
Angelica D. Mata-Jamilan, Prof. Amin Wibowo, Ph.D
2024 | Tesis | S2 Manajemen
Extension services are pivotal in bridging the gap between agricultural research and
practical application to form the foundation of sustainable agriculture. Evaluating these services
provides an efficient tool for sustainable agricultural development. By offering the latest
information and educational resources, extension services empower farmers and stakeholders to
enhance agricultural practices and technical skills. However, traditional extension services face
challenges not only limited funding, low outreach, and poorly targeted information but also low
participation of its principal actor in agriculture which is the farmer.
In Indonesia, farmer associations significantly contribute to disseminating agricultural
innovations. Due to the imbalance between the number of farmers and extension workers, a
group approach is preferred in extension activities, reinforced by socio-economic and sociocultural factors. This approach aims to empower farmers by enhancing their participation,
creativity, decision-making, and organizational management skills.
Bandung Regency faces a shortage of agricultural extension workers, with only 160
workers assigned to multiple villages, resulting in a significant task deficiency. Yara
International, a global crop nutrition company, underscores the importance of understanding
farmers' needs to promote sustainability and profitability. In Indonesia, Yara's DokterPupuk Yara
program provides plant nutrition, farming techniques, fertilizer programs, and sustainable soil
health management. The program's team of area managers, sales crop nutrition extension
workers, and junior sales agronomists aims to establish expertise in fertilizer application.
This study presents a strategic farmer segmentation to provide a synergistic relationship
between a crop nutrition company and its customers. It identifies complementary marketing
strategies and devises a strategic marketing plan to boost farmer participation in sustainable
extension services. The research employs a qualitative method with a theoretical framework
grounded in the value-creation process and market-shaping strategy. The author identifies two
distinct farmer segments based on the value co-creation process:
subsistence farmers and semi-commercial farmers. The study recommends market-shaping
strategies tailored to these segments, including standardization, development of market
infrastructure, and provision of market structure support.
Using the SOSTAC approach, the study outlines an action plan that leverages both offline and
online methods. Offline strategies involve using standardized modules and protocols to attract
new market participants, while online strategies focus on retaining the current market through
existing Facebook and WhatsApp groups.
Layanan penyuluhan memiliki peran penting dalam menjembatani kesenjangan antara
penelitian pertanian dan penerapan praktis untuk membentuk dasar pertanian berkelanjutan.
Evaluasi terhadap layanan ini menyediakan alat yang efisien untuk pengembangan pertanian
berkelanjutan. Dengan menawarkan informasi terbaru dan sumber daya edukasi, layanan
penyuluhan memberdayakan petani dan pemangku kepentingan untuk meningkatkan praktik
pertanian dan keterampilan teknis. Namun, layanan penyuluhan tradisional menghadapi
tantangan tidak hanya dalam hal pendanaan yang terbatas, jangkauan yang rendah, dan informasi
yang kurang tepat sasaran, tetapi juga partisipasi yang rendah dari aktor utama dalam pertanian,
yaitu petani.
Di Indonesia, asosiasi petani berkontribusi secara signifikan dalam menyebarluaskan
inovasi pertanian. Karena ketidakseimbangan antara jumlah petani dan penyuluh pertanian,
pendekatan kelompok lebih disukai dalam kegiatan penyuluhan, yang diperkuat oleh faktor
sosial-ekonomi dan sosial-budaya. Pendekatan ini bertujuan untuk memberdayakan petani
dengan meningkatkan partisipasi, kreativitas, pengambilan keputusan, dan keterampilan
manajemen organisasi mereka.
Kabupaten Bandung menghadapi kekurangan penyuluh pertanian, dengan hanya 160
penyuluh yang ditugaskan di berbagai desa, yang mengakibatkan kekurangan tugas yang
signifikan. Yara International, perusahaan nutrisi tanaman global, menekankan pentingnya
memahami kebutuhan petani untuk mempromosikan keberlanjutan dan profitabilitas. Di
Indonesia, program DokterPupuk Yara dari Yara menyediakan nutrisi tanaman, teknik bertani,
program pemupukan, dan manajemen kesehatan tanah berkelanjutan. Tim program ini terdiri dari
manajer wilayah, penyuluh nutrisi tanaman, dan agronomis penjualan junior yang bertujuan
untuk membangun keahlian dalam aplikasi pemupukan.
Studi ini menghadirkan segmentasi petani strategis untuk memberikan hubungan sinergis
antara perusahaan nutrisi tanaman dan pelanggannya. Ini mengidentifikasi strategi pemasaran
yang saling melengkapi dan merancang rencana pemasaran strategis untuk meningkatkan
partisipasi petani dalam layanan penyuluhan berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan kerangka teoretis yang didasarkan pada proses penciptaan nilai dan strategi
pembentukan pasar. Penulis mengidentifikasi dua segmen petani yang berbeda berdasarkan
proses penciptaan nilai: petani subsisten dan petani semi-komersial. Studi ini merekomendasikan
strategi pembentukan pasar yang disesuaikan dengan segmen-segmen ini, termasuk
standardisasi, pengembangan infrastruktur pasar, dan penyediaan dukungan struktur pasar.
Menggunakan pendekatan SOSTAC, studi ini merancang rencana tindakan yang
memanfaatkan metode offline dan online. Strategi offline melibatkan penggunaan modul dan
protokol standar untuk menarik peserta pasar baru, sementara strategi online fokus pada
mempertahankan pasar saat ini melalui grup Facebook dan WhatsApp yang ada.
Kata Kunci : segmentasi, penciptaan nilai, pembentukan pasar, kesadaran, layanan penyuluhan, pertanian berkelanjutan/segmentation, value co-creation, market shaping, awareness, extension service, sustainable agriculture