Laporkan Masalah

Modernisasi Kereta Api Komuter Yogyakarta-Surakarta, 1994 – 2023

GALEN SOUSAN AMORY, Baha’ Uddin, M.Hum.

2024 | Skripsi | ILMU SEJARAH

Wilayah Yogyakarta dan Surakarta menunjukkan kesamaan dalam karakteristik mereka sebagai pusat kebudayaan, pendidikan, dan wisata. Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar sedangkan Surakarta dikenal sebagai kota budaya. Keadaan tersebut menyebabkan adanya peningkatan interaksi dan mobilitas antara kedua kota. Dengan jarak antar kedua wilayah tersebut sekitar 60 km, tentunya diperlukan moda transportasi darat yang dapat memangkas waktu secara efisien seperti kereta api komuter. Kehadrian kereta api komuter merupakan wujud nyata dari modernisasi dan inovasi dalam dunia perkeretaapian Indonesia. Kereta api komuter pertama kali diperkenalkan melalui Kereta Rel Diesel (KRD) Kuda Putih pada tahun 1963 oleh PNKA. Kehadiran KRD Kuda Putih menjadi tonggak awal modernisasi kereta api komuter di jalur Yogyakarta-Surakarta dengan memperkenalkan layanan transportasi jarak dekat yang efisien, mengubungkan kedua kota dengan waktu yang singkat, dan harga tiket yang terjangkau. Kemudian, dalam langkah modernisasi kereta api komuter, pada tahun 1994 dioperasikan Prambanan ekspres (Prameks) dan KRL Lin Yogyakarta-Surakarta pada tahun 2021. Modernisasi ini mencerminkan komitmen untuk terus meningkatkan kualitas layanan transportasi, khususnya transportasi komuter di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah melalui proses penelusuran sumber primer berupa surat kabar, dan sejarah lisan berupa wawancara, serta menggunakan sumber sekunder. Dengan demikian dapat diketahui bahwa modernisasi kereta api komuter membawa dampak positif secara sosial dan ekonomi bagi masyarakat. Penggunaan kereta api komuter Yogyakarta-Surakarta dipengaruhi oleh klasifikasi sosial-ekonomi. Kelas menengah atas, terutama pekerja dan penglaju, adalah pengguna utama yang mengandalkan kereta setiap hari. Kelas menengah menggunakan kereta lebih jarang, tergantung pada situasi tertentu, sementara kelas menengah ke bawah lebih memilih transportasi alternatif seperti bus karena keterbatasan teknologi dan preferensi pribadi. Hal ini mencerminkan adanya kesenjangan dalam adopsi teknologi transportasi di antara kelompok sosial-ekonomi yang berbeda. Modernisasi secara tidak langsung menerapkan disiplin waktu, terciptanya ruang sosial, dan perubahan budaya serta etika penumpang. Pada sisi ekonomi, juga memperlancar kegiatan pariwisata di Yogyakarta dan Surakarta serta adanya pertumbuhan ekonomi lokal di wilayah stasiun kecil. 

The regions of Yogyakarta and Surakarta show similarities in their characteristics as centers of culture, education and tourism. Yogyakarta is known as a student city while Surakarta is known as a cultural city. This situation has led to increased interaction and mobility between the two cities. With the distance between the two regions being around 60 km, of course a mode of land transportation is needed that can cut time efficiently, such as commuter trains. The presence of commuter trains is a real manifestation of modernization and innovation in the world of Indonesian railways. Commuter trains were first introduced via the White Horse Diesel Rail Train (KRD) in 1963 by PNKA. The presence of KRD Kuda Putih is an early milestone in the modernization of commuter trains on the Yogyakarta-Surakarta route by introducing efficient short-distance transportation services, connecting the two cities in a short time, and affordable ticket prices. Then, in steps to modernize commuter trains, in 1994 the Prambanan express (Prameks) and KRL Lin Yogyakarta-Surakarata were operated in 2021. This modernization reflects a commitment to continue to improve the quality of transportation services, especially commuter transportation in Indonesia.

This research uses historical research methods through the process of tracing primary sources in the form of newspapers, and oral history in the form of interviews, as well as using secondary sources. Thus it can be seen that the modernization of commuter trains has had a positive social and economic impact on society. The use of the Yogyakarta-Surakarta commuter train is influenced by socio-economic classification. The upper middle class, especially workers and commuters, are the main users who rely on trains every day. The middle class uses trains less frequently, depending on the particular situation, while the lower middle class prefer alternative transportation such as buses due to technological limitations and personal preferences. This reflects the gap in the adoption of transportation technology between different socio-economic groups. Modernization indirectly applies time discipline, creates social space, and changes passenger culture and ethics. On the economic side, it also facilitates tourism activities in Yogyakarta and Surakarta as well as local economic growth in small station areas.

Kata Kunci : Kereta Api, Komuter, Modernisasi, Yogyakarta, Surakarta, Prameks, KRL

  1. S1-2024-463159-abstract.pdf  
  2. S1-2024-463159-bibliography.pdf  
  3. S1-2024-463159-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2024-463159-title.pdf