Strategi Kebertahanan Gerakan Voluntarisme Dalam Upaya Pembebasan Dehumanisasi Pendidikan Pada Masyarakat Marginal (Studi Kasus Gerakan Voluntarisme Dalam Komunitas Harapan Semarang)
KIKI RETNO INDAH SARI, Dr. M.Supraja, M.Si.
2024 | Tesis | S2 Sosiologi
Voluntarisme
menjadi topik yang menarik dalam masyarakat di tengah maraknya isu globalisasi,
liberalisasi dan kapitalisasi yang identik dengan praktik komodifikasi di
setiap lini kehidupan tak terkecuali di bidang pendidikan. Problematika
kualitas & kuantitas pendidikan di Indonesia yang belum merata serta adanya
bantuan Kartu Indonesia Pintar (KIP), KIP Kuliah faktanya tidak dapat diakses
oleh semua peserta didik di Indonesia. Sistem pendidikan di Indonesia saat ini
mengalami transformasi menuju komersialisasi dan komodifikasi dalam pendidikan
yang mengakibatkan pendidikan tidak 100% gratis dapat diakses oleh semua
peserta didik, khususnya bagi anak terlantar dan anak jalanan di kawasan pasar
Johar Semarang. Voluntarisme berbasis komunitas yaitu Komunitas Harapan tetap
eksis ditengah isu komersialisasi pendidikan yang serba berbiaya,
praktik dehumanisasi pendidikan di kawasan pasar Johar yang dikenal keras membuat
anak-anak marginal ini kesulitan mengakses pendidikan yang berakibat mengalami
penumpulan daya kritis dalam memahami realitas sosial.
Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hal hal yang mendorong gerakan voluntarisme
pendidikan Komunitas
Harapan
bagi masyarakat
marginal tetap eksis di tengah isu komersialisasi pendidikan. Selain
itu, penelitian ini untuk melihat bagaimana strategi kebertahanan gerakan voluntarisme Komunitas Harapan dalam menjaga
eksistensi sebagai komunitas pada
masyarakat
marginal. Terkahir, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pandangan
masyarakat terhadap
praktik gerakan voluntarisme pendidikan
yang dilakukan Komunitas
Harapan
dalam konteks pembangunan kesadaran serta perhitungan makna pada masyarakat marginal.
Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teori pembebasan dehumanisasi pendidikan Paulo
Freire, teori modal sosial dari Pierre Bourdie dan konsep pentingnya
peningkatan kesadaran dan perhitungan makna dalam pemberdayaan masyarakat dari
Peter L. Berger. Metode dalam
penelitian ini menggunakan kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian
ini menggunakan teknik pengumpulan data wawancara secara mendalam, observasi
dan studi dokumentasi.
Hasil
dari penelitian ini adalah yang
mendorong gerakan voluntarisme pendidikan pada masyarakat marginal tetap eksis di kalangan pegiat
Komunitas Harapan di tengah isu komersialisasi pendidikan
yaitu: (1) Ada kesadaran dari volunteer untuk berjuang tanpa adanya kepentingan
pribadi, (2) Adanya panggilan hati dari volunteer yang menaruh
keprihatinan terkait masa depan anak anak marjinal di kawasan pasar Johar, (3) Adanya sikap
volunteer yang mengedepankan keprihatinan kepada masyarakat marjinal dalam
rangka menghapuskan pembodohan, eksploitasi dan upaya mencapai kesadaran kritis
(konsientisasi), (4) Usaha
dari volunter untuk menghapus penindasan seperti
pemikiran Freire terkait pembebasan dehumanisasi pendidikan melalui belajar
sambil bermain. Strategi kebertahanan gerakan voluntarisme Komunitas Harapan dalam menjaga
eksistensi pada
masyarakat
marginal melalui (1) relasi sosial melalui media sosial seperti
Facebook dan Instagram untuk memperoleh masa dari kalangan peserta didik maupun
relawan. (2) Menanamkan dan menebarkan trust dengan memberikan
pendidikan secara konsisten secara gratis. Pandangan masyarakat terhadap
praktik gerakan voluntarisme Komunitas Harapan dalam konteks pembangunan
kesadaran serta perhitungan makna pemberdayaan direspon bahwa komunitas
ini dimaknai sebagai jawaban atas pendidikan dan perubahan perilaku pada anak
menjadi lebih berakhlak (berbakti kepada orang tua, bertutur kata dan
menjalankan ibadah lebih baik). Komunitas ini juga mampu meningkatkan kesadaran
dari orang tua anak tentang pentingnya pendidikan bagi anak.
Voluntarism
is an interesting topic in society amidst the rampant issues of globalization,
liberalization and capitalization which are identical to the practice of
commodification in every line of life, including in the field of education. The
uneven distribution of the quality and quantity of education in Indonesia and
the assistance program in the form of the Smart Indonesia Card (KIP), KIP
collage do not seem to be accessible to all students in Indonesia. The
education system in Indonesia is currently undergoing a transformation towards
commercialization and commodification in education which results in education
not being 100% free accessible to all learners, especially for abandoned
children and street children in the Johar Semarang market area. Community-based
voluntarism, namely Komunitas Harapan, continues to exist amid the issue of
commercialization of education at all costs, the dehumanizing practice of
education in the Johar market area which is known to be harsh makes it
difficult for these marginalized children to access education which results in
a decrease in critical power in understanding social reality.
The
purpose of this research is to find out the things that encourage the Komunitas
Harapan educational voluntarism movement for marginalized communities to
continue to exist amid the issue of commercialization of education. In
addition, this research is to see how the resilience strategy of Komunitas
Harapan's voluntarism movement in maintaining its existence as a community in
marginalized communities. Finally, this research aims to find out the
community's views on the practice of education voluntarism movement carried out
by Komunitas Harapan in the context of awareness building and meaning
calculation in marginalized communities. The data in this study were analyzed
using Paulo Freire's educational dehumanization liberation theory, Pierre
Bourdie's social capital theory and the concept of the importance of awareness
raising and meaning calculation in community empowerment from Peter L. Berger.
The method in this research uses qualitative using a case study approach. This
research uses in-depth interview data collection techniques, observation and
documentation studies.
The
results of this study are what encourages the education voluntarism movement in
marginalized communities to continue to exist among Komunitas Harapan activists
amid the issue of commercialization of education, namely: (1) There is an
awareness from volunteers to fight without personal interests, (2) There is a
call from volunteers who are concerned about the future of marginalized
children in the Johar market area, (3) There is a volunteer attitude that puts
forward concerns for marginalized communities in order to eliminate ignorance,
exploitation and efforts to achieve critical awareness (consientization), (4)
Efforts from volunteers to remove oppression such as Freire's thoughts related
to the liberation of dehumanization of education through learning while
playing. The survival strategy of Komunitas Harapan's voluntarism movement in
maintaining its existence in marginalized communities through (1) social
relations through social media such as Facebook and Instagram to gain mass from
students and volunteers. (2) Instilling and spreading trust by providing
consistent education for free. The community's view of the practice of
Komunitas Harapan's voluntarism movement in the context of awareness building
and calculation of the meaning of empowerment is responded that this community
is interpreted as an answer to education and behavioral changes in children to
become more moral (filial piety to parents, better speech and worship). This
community is also able to increase awareness from parents about the importance
of education for children.
Kata Kunci : Volunteer, Komunitas Harapan, Humanisasi Pendidikan, Modal Sosial, Konsientisasi, Makna.