Laporkan Masalah

Parents' Consumption Practice of Children's Literature in the Digital Era: Defining "What is Good" for Children

Henny Indarwaty, Ratna Noviani, S.I.P., M.Si., Ph.D.; Dr. Wiwik Sushartami, M.A.; Prof. Dr. Juliasih, S.U.

2024 | Disertasi | S3 Kajian Budaya dan Media

Beberapa orang tua mungkin menganggap sebuah buku anak baik, sementara yang lain mungkin tidak berpendapat yang sama. Orang tua mempunyai definisi berbeda tentang apa yang dianggap “baik”. Apa yang dianggap “baik” bukan hanya persoalan etis namun juga persoalan praktik sosial. Apa yang dianggap "baik” merupakan hal yang kultural dan politis. Apa yang dianggap “baik” diperebutkan dalam arena konsumsi sastra anak oleh para orang tua. Praktik konsumsi di era digital berkaitan dengan lingkungan media digital ketika preferensi dipamerkan dan dikontestasikan di media sosial. Penelitian ini membahas hasil wawancara mendalam dengan delapan orang tua yang bercerita tentang pengalaman mereka memilih buku anak yang dianggap “baik”. Penelitian ini menggunakan metode etnografi virtual untuk mengamati aktivitas dan mobilitas orang tua di media digital. Penelitian ini menggabungkan teori praktik dari Pierre Bourdieu, teori sastra anak, dan konsep media digital. Penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi orang tua terhadap sastra anak berubah di era digital ketika teknologi digital seperti media sosial membuka ruang partisipatori lebih luas dan memungkinkan konsumen dan produsen bertemu dalam sebuah ruang diskusi. Orangtua ikut dalam kontestasi menentukan yang "baik” untuk anak dengan menggunakan media sosial dan bergabung dengan komunitas membaca dalam grup WhatsApp dan diskusi melalui Zoom Meeting. Yang “baik” dan yang “buruk” adalah produk dari proses sosial dan proses budaya yang dipengaruhi oleh habitus membaca yang dimiliki orang tua, modal ekonomi untuk membeli buku-buku yang “baik”, modal budaya pengetahuan tentang sastra anak, dan modal sosial dalam lingkungan media digital, yang dianggap bernilai dalam arena konsumsi sastra anak. Apa yang dianggap “baik” mempengaruhi kontestasi konsep masa kanak-kanak (childhood).  Pilihan buku anak digunakan sebagai pembeda (distinction) yang berkaitan dengan model pengasuhan (parenting style). Mereka yang memiliki modal budaya sastra anak dan modal sosial berupa jaringan agen-agen komunitas baca berpotensi mempengaruhi preferensi orangtua lain terhadap buku anak di ruang sosial tertentu. Orang tua dapat menjadi perantara budaya (cultural intermediaries) tanpa dikaitkan dengan status profesional mereka. Hal tersebut berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Bourdieu. Walaupun orang tua tidak secara langsung mendapatkan modal ekonomi dengan menjadi cultural intermediaries,  mereka memperoleh modal simbolik berupa kekuasaan pengetahuan yang menandai distinction mereka. Namun demikian, aktivitas mereka sebagai cultural intermediaries menjadikan mereka buruh digital dalam dunia media. Teknologi digital mengekploitasi penggunanya walaupun tampak memberdayakan.

Some parents may think a children’s book is “good,” while others may not share the same opinion. Parents have different definitions of “what is good.” “What is good” is not only an ethical issue but also a social practice. It is cultural and political. “What is good” is put at stake in the field of parents’ consumption of children’s literature. Consumption practices in the digital era should consider the digital media environment in which preferences are shared and competed on social media. This study discusses the result of in-depth interviews with eight parents who share their opinions about “what is good for their children’s literary consumption. It employs virtual ethnography to observe parents’ activities and mobilities in the digital media environment. Combining Bourdieu’s theory of practice, children’s literature in childhood studies, and the concept of the media environment, this study shows that parents’ consumption of children’s literature has shifted in the digital era where digital technology, such as social media, opens up a broader participatory space. Parents participate in contesting what is “good” for children using social media and joining reading communities in WhatsApp groups and Zoom meeting discussions. The definition of “the good” and “the bad” is the product of the social process and cultural process constituted by the parents’ reading habitus and their capital involving economic capital to afford the good books, cultural capital concerning children’s literature, and social capital in the digital media environment, which are valued in the field. The definition of “what is good” implies a contested childhood. Taste is performed, shared, and contested on social media. Children’s book choices are used to mark a distinction relating to parenting style. Those with a high volume of the cultural capital of children’s literature and social capital of connected agents and communities likely influence the preferences for children’s books in particular social space. Parents can be cultural intermediaries without being associated with their professional status. It is different from what Bourdieu proposed. Parents do not directly accumulate economic capital from being cultural intermediaries, but they gain the symbolic power of knowledge power, which marks their distinction. However, their activities as cultural intermediaries are digital labor in the media environment. Thus, digital technology is empowering as well as exploiting its users.

Kata Kunci : parents, consumption, children's literature, media environment, digital labor, children's books

  1. S3-2024-437783-abstract.pdf  
  2. S3-2024-437783-bibliography.pdf  
  3. S3-2024-437783-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2024-437783-title.pdf