Penerimaan Sosial Tokoh Kelompok Minoritas (Studi Fenomenologi Politik Tajul Muluk sebagai Pemimpin Kelompok eks Syiah Sampang, Madura)
Vellga Aulia De Violistyna, Dr. R. B. Abdul Gaffar Karim, S.IP., M.A.
2024 | Tesis | S2 Ilmu Politik
Studi ini membahas isu penerimaan sosial tokoh kelompok minoritas pasca konflik Sunni dan Syiah di Sampang Madura, dengan fokus perhatian pada tokoh eks Syiah Sampang, Tajul Muluk. Dengan menggunakan teori penerimaan sosial yang dikembangkan oleh Robert W. Hefner, studi ini memeriksa tindakan-tindakan Tajul Muluk di ruang publik untuk mendapatkan penerimaan sosial kelompok mayoritas Sunni dan menjelaskan mengapa penerimaan sosial tersebut penting bagi Tajul Muluk sebagai tokoh eks Syiah Sampang. Menggunakan pendekatan fenomenologi politik, studi ini menjelaskan bagaimana Tajul Muluk merespon, menilai dan memaknai situasi pasca bai’at yang sudah ditentukan sebagai ‘momentum rekonsiliasi’ antara warga Sunni dan eks Syiah di Sampang.
Hasil studi ini menunjukkan bahwa penerimaan sosial kelompok Sunni penting bagi Tajul Muluk yang berupaya memanfaatkan situasi untuk mempertahankan eksistensinya sebagai seorang tokoh keagamaan sekaligus patron bagi para pengikutnya. Namun demikian, penerimaan sosial terhadap Tajul Muluk juga ditentukan oleh adanya persoalan lain yang lebih kompleks, seperti faktor ideologis, keluarga dan persaingan antar aktor-aktor lokal di Sampang. Akibatnya, bai’at sebagai ‘momentum rekonsiliasi’ ternyata tidak dapat menyelesaikan konflik dan justru menimbulkan persoalan-persoalan baru dalam relasi kelompok mayoritas-minoritas di Sampang.
Penggunaan metode fenomenologi politik dalam studi ini berkontribusi memberikan penjelasan baru mengenai fenomena penerimaan sosial dari sudut pandang dan pengalaman individu, sekaligus melengkapi penjelasan dalam studi-studi terdahulu yang lebih banyak berfokus pada perspektif kelompok dalam ruang lingkup konflik yang melibatkan kelompok mayoritas-minoritas di Indonesia.
This study discusses the issue of social acceptance of minority group figures after the Sunni and Shia conflict in Sampang Madura, with a focus of attention on the former Shia Sampang figure, Tajul Muluk. Using social acceptance theory developed by Robert W. Hefner, this study examines Tajul Muluk's actions in the public sphere to gain social acceptance of the Sunni majority group and explains why social acceptance is important for Tajul Muluk as an ex-Shia Sampang figure. Using a political phenomenology approach, this study explains how Tajul Muluk responds, assesses and interprets the post-bai'at situation that has been determined as a 'reconciliation momentum' between Sunni and ex-Shi'a citizens in Sampang.
The result of this study shows that the social acceptance of Sunni group is important for Tajul Muluk who seeks to utilize the situation to maintain his existence as a religious figure as well as a patron for his followers. However, social acceptance of Tajul Muluk is also determined by the existence of other more complex issues, such as ideological factors, family and competition between local actors in Sampang. As a result, bai'at as a 'reconciliation momentum' could not resolve the conflict and instead created new problems in majority-minority group relations in Sampang.
The use of the political phenomenology method in this study contributes to providing a new explanation of the phenomenon of social acceptance from the perspective and experience of individuals, as well as complementing the explanations in previous studies that focused more on group perspectives in the scope of conflicts involving majority-minority groups in Indonesia.
Kata Kunci : Kata kunci: Penerimaan Sosial, Kelompok Minoritas, Sunni, Syiah, Tajul Muluk