Mutu klinik bedah elektif di kamar operasi RS Dr. Sardjito Yogyakarta

PUTRI, Rini Sunaring, dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc.,Ph.D

2004 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar Belakang: Pada dekade terakhir secara nyata terlihat keajadian medical error / system failure semakin banyak. Medical error / system failure sering menyebabkan ketidaknyamanan, menciderai pasien, kecacatan dan memperpanjang waktu perawatan di rumah sakit. Meskipun demikian profesi medik telah berusaha keras untuk mencegah kesalahan, dua pertiga dari kesalahan medik diperkirakan bisa dicegah bila mengacu pada standar pelayanan. Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kejadian medical error / system failure pada kasus bedah terencana di Rumah Sakit Dr. Sardjito dan berusaha untuk meminimalkan risiko medical error / system failure. Sampel: Semua pasien yang menjalani operasi terencana jenis dan bersih kontaminasi setelah operasi tidak diikuti terapi lanjutan operasi dari tanggal 12 Januari – 12 Februari 2004 dari SMF Bedah, Bedah Saraf dan Bedah Orthopaedi Hasil: Penelitian ini memperlihatkan bahwa belum ada prosedur yang tertulis untuk persiapan dan setelah operasi. Penggunaan antibiotika profilaksis tidak memadai lebih dari 40 % pada pasien yang menjalani operasi bedah elektif. Didapatkan rata-rata waktu tunggu operasi 3,2 hari, ini lebih lama dari yang ditetapkan oleh Dirjen Yan Med DepKes yaitu 24 jam. Hanya sepertiga operator bedah dan anaestesi melaksanakan operasi sesuai jadwal yang terterad, selebihnya mengalami keterlambatan. Kesimpulan: Kejadian medical error ditemukan adanya error of commission (ketidaktepatan waktu pemberian obat) 60% (45 dari 75 pasien), error of omission (selama operasi tidak diberi dosis tambahan antibiotika) 90,5% (67 pasien dari 74 pasien) dan clinical negligence 66% (66 dari 100 pasien) dan infeksi luka operasi 9 % (9 dari 100 pasien). Salah satu upaya untuk meminimalkan medical error di bagian bedah adalah menerapkan prosedur tetap pre, durunte and post operasi kemudian mengevaluasi secara berkala.

Background: over the past decade, it has become increasingly apparent that error in medicine is neither rare nor intractable. Medical error often results in patient’s inconvenience and injury, disability or prolonged hospitalization. Even though medical professionals conscientiously strive to avoid the “wrong/mistake,” two thirds of medical injuries are estimated to be preventable under the prevailing standard of care Objectives: This study was aimed to identify the occurrence of medical error in the area of elective surgery at Dr. Sardjito hospital and any attempt to minimize the risk of medical error/system failure. Methods: All patients underwent elective surgery at Dr. Sardjito Hospital between 12 Januari – 12 Februari 2004 were involved in the study. Only those who were hospitalized at the department of surgery, neurosurgery and orthopaedy eligible for this study. Results: The study showed that no written procedure were available for pre, peri and post operative surgery. The use of prophylactic antibiotic was inappropriate in more than 40% of patient underwent elective surgery. The average waiting time for surgery (3.2 days) was longer than that suggested by national guideline (24 hours). Only one third of surgery were carried out on schedule. Another one third were delayed for more than 3 hours. Conclusions: The Prevelence of medical error was error of commission 60% (45 of 75 patients) and error of omission 90.5% (67 of 74 patients) and clinical negligence was 66% (66 of 100 patients), and superficial surgical site infection 9%. One way to minimize clinical risk at surgery servises is applying a standar operating procedur of pre, durante and post surgical operation.

Kata Kunci : Manajemen Rumahsakit,Mutu Layanan,Bedah Elektif