PERGESERAN MODAL SOSIAL MASYARAKAT PETANI PADA LAYANG KUNING PAGUYUBAN NOROWITO
Devi Efika Nur Hidayati, Hakimul Ikhwan, S.Sos., M.A., Ph.D.
2024 | Tesis | S2 Sosiologi
Indonesia mengalami beberapa perubahan masa pemerintahan dari masa Orde Lama, Orde Baru hingga masa Reformasi. Perubahan ini melatarbelakangi munculnya modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat petani dari proses budaya, kebijakan dan sejarah. Tesis ini mengeksplorasi modal sosial yang dimiliki oleh paguyuban norowito. Pelestarian budaya lokal dan kebijakan yang berlaku dengan kerangka analisis Teori Modal Sosial mendapatkan satu hasil bahwa layang kuning yang berbasis di paguyuban norowito menjadi modal sosial. Pengembangan kepercayaan, norma serta jaringan sosial dari organisasi lokal melahirkan keterikatan antar anggota yang terus langgeng hingga sekarang. Kerangka analisis Embeddednes yang membawa pada perubahan modal sosial dari budaya menuju ekonomi pasar. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan strategi pendekatan fenomenologi. Teknik pengambilan informan dilakukan melalui purposive sampling yang telah ditentukan dengan kriteria pengurus paguyuban, perangkat desa, melakukan praktik jual beli dan mempertahankan kepemilikan modal sosial. Analisa akhir menunjukkan modal sosial yang dimiliki masyarakat Desa Bakaran Kulon Kecamatan Juwana Kabupaten Pati didapatkan dari hasil sejarah budaya yang dipertahankan dan diyakini oleh masyarakat. Hubungan sosial terjalin berdasarkan kekeluargaan dan saling percaya dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara gotong royong dalam mencapai tujuan bersama. Akan tetapi, seiring dengan terjadinya perpindahan kepemilikan layang kuning sebagai modal sosial membawa pengaruh pada perubahan sosial dan perubahan ekonomi. Orientasi pola pikir ini pada awalnya menjadikan layang kuning sebagai modal sosial dalam hubungan antar anggota paguyuban mengalami pergeseran makna. Praktik-praktik yang terjadi di masyarakat terhadap modal sosial paguyuban membawa pada pola pemikiran baru bahwa layang kuning menjadi modal sosial dalam lingkup keluarga. Layang kuning kini menjadi salah satu warisan yang bernilai ekonomi dan mengikat antar anggota keluarga.
Indonesia experienced several changes in government from the Old Order, and New Order to the Reformation era. These changes underlie the emergence of social capital owned by the farming community from the process of culture, policy, and history. This thesis explores the social capital owned by the Norowito community. The preservation of local culture and applicable policies with the Social Capital Theory analysis framework obtained one result the layang kuning based on the Norowito community became social capital. The development of trust, norms and social networks from local organizations gave birth to bonds between members that have continued to last until now. The Embeddednes analysis framework leads to changes in social capital from culture to market economy. This study uses a qualitative research method with a phenomenological approach strategy. The informant selection technique was carried out through purposive sampling which had been determined with the criteria of the community administrators, and village officials, carrying out buying and selling practices and maintaining ownership of social capital. The final analysis shows that the social capital owned by the Bakaran Kulon Village community, Juwana District, Pati Regency was obtained from the results of cultural history that was maintained and believed by the community. Social relations are established based on kinship and mutual trust with activities carried out in mutual cooperation in achieving common goals. However, along with the transfer of ownership of the layang kuning as social capital, it has an influence on social change and economic change. The orientation of this mindset initially made the layang kuning as social capital in the relationship between members of the community experience a shift in meaning. The practices that occur in society towards the social capital of the community have led to a new mindset that the layang kuning becomes social capital within the family. The layang kuning is now one of the legacies that has economic value and binds family members.
Kata Kunci : Paguyuban Norowito, Layang Kuning, Modal Sosial, Ekonomi Pasar