PERBEDAAN KINERJA PORTOFOLIO SAHAM BERDASARKAN STRATEGI PASIF (BUY AND HOLD) DAN STRATEGI AKTIF (MOVING AVERAGE, STOCHRSI, DAN MACD) PADA SAHAM DI INDEKS LQ45 DAN PEFINDO25
Zefta Marcell Wijanarto, I Wayan Nuka Lantara, M.Si., Ph.D.
2024 | Tesis | S2 Manajemen
Perdebatan tentang
pemanfaatan analisis teknikal, strategi aktif, di kalangan akademisi maupun
praktisi profesional merupakan fenomena yang menarik untuk diteliti. Efficient
Market Hypothesis, khususnya pada bentuk lemah, mengatakan tidak ada teknik
pembacaan grafik dan harga yang menghasilkan return portofolio lebih
besar dibandingkan strategi pasif, Buy and Hold (Fama, 1970). Strong
(2007); Neely & Weller, 2003; dan Olson, 2004; mendukungnya. Sedangkan, Bodie, Kane, dan Marcus (2021)
percaya EMH tidak pernah diterima secara luas di kalangan profesional seperti
Wall Street. Penelitian terbaru semakin memvalidasi profitabilitas analisis
teknikal. Diantaranya, Park dan Irwin (2007); Wang, Liu, Du dan Hsu (2018);
Metghalchi, Hayes, & Niroomand (2018); Yamani (2021) Coe dan Laosethakul
(2021).
Studi ini menguji
apakah kinerja strategi aktif melalui analisis teknikal meliputi StochRSI,
MACD, dan MA dapat mengungguli strategi pasif Buy and Hold pada
saham pada di indeks LQ45 dan Pefindo25 pada 2017 – 2023. Hasil pengujian dengan
rasio Sharpe mengindikasikan strategi teknikal StochRSI, terbaik
di antara MACD dan Moving Average, menghasilkan performa
portofolio lebih baik pada periode observasi 1, 2, 4,
dan 6 tahun. Lalu, profitabilitas analisis teknikal naik secara signifikan pada
masa krisis dan pasca krisis Covid-19. Studi ini menjadi bukti yang mendukung
profitabilitas pemanfaatan analisis teknikal dalam menghasilkan return
portofolio.
Kata Kunci : analisis teknikal, StochRSI, MACD, MA, efficient market hypothesis