Laporkan Masalah

REFERENSI DAN FAKTOR YANG MEMENGARUHI PARTISIPASI PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM KEMITRAAN USAHA TANI PENANGKAR BENIH JAGUNG

Destu Syah Inanda, . Any Suryantini, M.M., Ph.D; Arini Wahyu Utami, S.P, M.Sc., Ph.D; Prof. Dr. Jamhari, S.P., M.P.

2024 | Tesis | S2 Magister Manj.Agribisnis

Studi ini memperluas penelitian megenai contract farming pada usaha tani jagung perbenihan dengan mempelajari persepsi terhadap risiko, sikap terhadap risiko, faktor-faktor yang memengaruhi petani bergabung dalam kemitraan usaha tani jagung penangkaran benih dan preferensi terhadap atribut kontrak. Penelitian mengeksplorasi preferensi atribut kontrak dan tingkat kepentingan di kalangan petani, growth leader, dan perusahaan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan wilayah penelitian karena menjadi daerah pengembangan petani produsen benih jagung di Indonesia. Sampel petani berjumlah 170 yang diambil dengan teknik simple random sampling dan 6 stakeholders mitra petani dari PT XYZ. Persepsi petani terhadap risiko diukur dengan matrix level of risk. Sikap petani terhadap risiko diukur dengan eksperimen Holt and Laury. Faktor yang memengaruhi probabilitas petani dalam kemitraan dianalisis menggunakan model binary logit. Metode analisis Discrete choice experiment dengan Conditional logit model digunakan untuk menyelidiki preferensi petani dan analisis deskriptif untuk menggambarkan preferensi dari stakeholders. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani non partner mempersepsikan risiko pada aspek produksi, pasar dan keuangan sebagai risiko tinggi sedangkan aspek manusia dan kelembagaan sebagai risiko rendah. Petani partner mempersepsikan aspek produksi sebagai risiko tinggi sedangkan aspek lainnya sebagai risiko rendah pada usaha tani jagung. Sikap petani partner terhadap risiko adalah risk averse, sedangkan mayoritas petani non partner bersikap risk lover. Faktor yang meningkatkan probabilitas petani mengikuti contract farming adalah kepercayaan, transparansi, permodalan, spesialisasi, pembayaran, penyuluhan, persepsi risiko manusia dan sikap petani terhadap risiko. Faktor yang menurunkan probabilitas petani untuk bergabung dalam kemitraan adalah pendidikan, pengalaman usaha tani, persepsi risiko pasar, dan persepsi risiko keuangan. Petani lebih memilih perjanjian secara tertulis dibandingkan perjanjian informal, durasi kontrak yang pendek, harga yang tinggi. Para petani juga menunjukkan preferensi yang lebih tinggi terhadap pemberian input, bonus dan pinjaman modal. Hasil preferensi stakeholder memiliki kesamaan dengan petani pada atribut bentuk perjanjian, input, harga, bonus dan pinjaman modal namun, stakeholders lebih menyukai kontrak dengan durasi yang lebih panjang. Berdasarkan metode Rank Based Quotient diperoleh hasil bahwa menurut growth leader dan petani atribut paling penting dalam kontrak kemitraan jagung perbenihan adalah harga, subsidi input, bonus, pinjaman modal, bentuk kontrak dan yang terakhir durasi. Perusahaan menganggap atribut subsidi input adalah yang paling penting dibandingkan dengan harga, durasi, pinjaman modal, bonus dan bentuk kontrak.

This study extends the research on contract farming in maize seed farming by studying risk perceptions, attitudes towards risk, factors that influence farmers to join maize seed farming partnerships and preferences for contract attributes. The study explored contract attribute preferences and importance among farmers, growth leaders, and companies using a quantitative approach. The Special Region of Yogyakarta is the research area because it is the development area of maize seed producer farmers in Indonesia. There were 170 farmers sampled using simple random sampling technique and 6 farmer partner stakeholders from PT XYZ. Farmers' perception of risk was measured with a level of risk matrix. Farmers' attitude towards risk was measured by the Holt and Laury experiment. Factors influencing farmers' probability of partnership were analysed using a binary logit model. Discrete choice experiment with conditional logit model was used to investigate farmers' preferences and descriptive analysis to describe the preferences of stakeholders. The results showed that non-partner farmers perceived risks in production, market and financial aspects as high risk while human and institutional aspects as low risk. Partner farmers perceive the production aspect as high risk while the other aspects are low risk in maize farming. Partner farmers' attitude towards risk is risk averse, while the majority of non-partner farmers are risk lovers. Factors that increase the probability of farmers joining contract farming are trust, transparency, capital, specialisation, payment, extension, human risk perception and farmer attitude towards risk. Factors that decrease the probability of farmers joining a partnership are education, farming experience, market risk perception, and financial risk perception. Farmers prefer written agreements over informal agreements, short contract duration, high prices. Farmers also show a higher preference for inputs, bonuses and capital loans. Stakeholder preference results are similar to farmers on the attributes of agreement form, inputs, price, bonuses and capital loans, however, stakeholders prefer contracts with a longer duration. Based on the Rank Based Quotient method, the results show that according to growth leaders and farmers, the most important attributes in maize seed partnership contracts are price, input subsidies, bonuses, capital loans, contract form and lastly duration. The company considers the input subsidy attribute to be the most important compared to price, duration, capital loan, bonus and contract form.

Kata Kunci : Pertanian kontrak, persepsi risiko, sikap terhadap risiko preferences, choice experiment, conditional logit, jagung

  1. S2-2024-502029-abstract.pdf  
  2. S2-2024-502029-bibliography.pdf  
  3. S2-2024-502029-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2024-502029-title.pdf