Pemiskinan Perempuan di Tengah Industri Garam Madura (Studi Etnografi Feminis pada Perempuan Pesisir Setelah Alih Fungsi Lahan di Desa Gersik Putih Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep)
Alfiatul Khairiyah, Dr. Fina Itriyati, M.A.
2024 | Tesis | S2 Sosiologi
Madura merupakan pulau penghasil garam terbesar di Indonesia. Mulai dari masa kolonial, pegaraman di Madura dimonopoli oleh pemerintah Belanda dan megalami nasionalisasi pada tahun 1975. Lahan garam milik rakyat dirampas dan menjadi urusan negara dan dikelola Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Kemudian, masyarakat kehialangan lahan dan pekerjaannya sebagai petani garam. Di sisi lain, perusahaan garam juga mempekerjakan laki-laki sebagai karyawan. Akibatnya, perempuan tidak memiliki akses pekerjaan dan menjadi ibu rumah tangga. Sementara penghasilan satu-satunya masyarakat Desa Gersik Putih dari pegaraman. Akhirnya, pesisir menjadi lahan alternatif perempuan untuk mencari biota laut sebagai mata pencaharian. Khususnya perempuan kepala rumah tangga dan janda yang tidak memiliki suami bekerja di PT Garam. Namun, hilangnya lahan masyarakat menyebabkan ekspansi lahan pegaraman hingga ke daerah pesisir. Pesisir mengalami reklamasi oleh pemerintah daerah dan swasta yang menyebabkan sempitnya akses perempuan terhadap pesisir sebagai sumber mata pencaharian. Perempuan, tidak memiliki akses, kontrol, dan mendapatkan manfaat dari sumber daya alam akibat peminggiran. Penelitian ini bertujuan untuk melihat proses pemiskinan perempuan pesisir di tengah industri garam. Untuk melihat hal tersebut, peneliti menggunakan metode etnografi feminis dengan pendekatan kualitatif. sedangkan teori yang penulis gunakan adalah ekofeminisme Vanda Shiva untuk melihat relasi perempuan dan sumber daya pesisir serta keterpinggirkannya perempuan demi pembangunan industri garam. Teori kedua penulis menggunakan Housewifization oleh Maria Mies untuk melihat pengiburumahtanggaan perempuan akibat industri garam di Madura dan sejauh mana hal ini menyebabkan pemiskinan terhadap perempuan. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa industri garam yang telah merampas lahan dan mengalihfungsikan lahan pesisir sebagai ekspansi pegaraman menyebabkan perempuan semakin rentan. Kerentanan terhadap perempuan terjadi pada ekonomi, kesehatan, kehidupan rumah tangga, dan beban kerja berlebih, hingga hutang piutang. Hal ini kemudian pelan-pelan menyebabkan pemiskinan terhadap perempuan di pesisir Gersik Putih.
Madura, the largest salt-producing island in Indonesia, has a complex history when it comes to salt planning. Initially, under Dutch government monopoly during the colonial period, the salt industry in Madura was nationalized in 1975. This led to the confiscation of people's salt fields, which were then managed by State-Owned Enterprises (BUMN). resulting in the displacement of salt farmers from their land and livelihoods. Consequently, men were primarily employed by the salt companies, while women lost access to employment, often leading to their roles as housewives. Gersik Putih Village heavily relied on salt farming as its primary source of income. With the loss of community land, women turned to the coastal areas to seek marine biota as an alternative livelihood, particularly female heads of households and widows without husbands working at PT Garam. However, the expansion of salt panning into the coastal areas, facilitated by the local government and the private sector, limited women’s access to coastal resources. This study aims to examine the process of impoverishment of coastal women within Madura's salt industry, utilizing a feminist ethnographic method and qualitative approach. The research draws upon Vandana Shiva's ecofeminism and Maria Mies’ Housewifization to understand the relationship between women and coastal resources and the salt industry’s impact on women’s impoverishment. The findings indicate that the expansion of the salt industry and reclaiming land and coastal areas for salt panning has heightened the vulnerability of women, impacting their economic stability, health, and household responsibilities and leading to excessive workloads and debt. Consequently, this gradual process has resulted in the impoverishment of women in coastal Gersil Putih.
Kata Kunci : Alih Fungsi Lahan, Industri Garam, Kapitalisme, Pengiburumahtanggaan,