BIOLOGI DAN PENGELOLAAN IKAN JULUNG-JULUNG (Hemiramphus spp.) DI PERAIRAN LAUT PULAU BURU BAGIAN UTARA KABUPATEN BURU, MALUKU
Matheos Talakua, Prof. Suadi, S.Pi., M.AgrSc., Ph.D; Prof. Dr. Ir. Djumanto, M.Sc.; Dr. Eko Setyobudi, S.Pi., M. Si.
2024 | Disertasi | S3 Ilmu Pertanian
Penelitian ini bertujuan mengetahui jenis ikan julung-julung secara
taksonomi, biologi perikanan, sosial ekonomi nelayan dan pengelolaannya. Identifikasi
biologi dilakukan dengan pendekatan morfologis dan molekuler. Karakterisasi
morfologis dilakukan dengan metode morfometrik, meristik dan kunci identifikasi
ikan Hemiramphidae. Karakterisasi molekuler dengan metode analisis DNA, melalui
penyelaraskan hasil sekuensing DNA dengan data serupa di genbank. Pohon filogenetik dan jarak genetis diatur dengan software MEGA X. Perbedaan jantan dan
betina dideterminasi berdasarkan bentuk gonad, hubungan panjang berat berdasarkan
persamaan kubik W = aLb merujuk Le Cren (1951) dan nilai b sebagai kriteria tipe pola
pertumbuhan ikan. Faktor kondisi ikan dihitung dengan formula Kn = W/aLb
merujuk Froese (2006). Pengamatan makroskopis gonad menentukan tingkat
kematangan gonad. Telur dihitung dengan
metode jumlah dan diameter telur menggunakan mikroskop stereo dan optilab. Jumlah rata-rata telur gonad
kiri dan kanan berbanding berat gonad dinyatakan sebagai fekunditas. Data frekuensi
panjang total digunakan untuk pendugaan L?, K, mortalitas total Z, mortalitas alami M, mortalitas penangkapan F dan
laju eksploitasi E dengan softprogram
FISAT 2. Data produksi ikan dari tahun 2015-2021 untuk analisis CPUE dan pendugaan
potensi sumber daya ikan. Hasil penelitian menunjukkan sampel ikan julung-julung
di lokasi penelitian adalah dari jenis Hemiramphus
lutkei, dengan proporsi jantan 58,45?n betina
41,55%, tipe pola pertumbuhan allometrik negatif, dan sebagian besar
memiliki kesehatan
intrinsik normal. Berdasarkan analisis TKG ditemukan ikan dengan kategori
matang gonad (fase 3 dan 4) berturut-turut jantan sebanyak 80%, betina 59%,
gabungan jantan betina 71%, dan ikan betina yang telah memijah (fase 5)
sebanyak 37?ngan tipe pemijahan multiple
spawning. Parameter
pertumbuhan L? dan K dari jantan 32,00
cm dan 1,2-yr; betina 34,03 cm dan 1,1-yr; jantan betina 34,00
cm dan 1,8-yr. Tingkat pemanfaatan sumber daya
ikan telah mencapai eksploitasi penuh (E=0,83) oleh karena itu diperlukan tindakan
pengelolaan untuk mendorong perikanan julung-julung berkelanjutan. Pengelolaan
dilakukan di hulu dan di hilir. Pengelolaan di hulu melalui tindakan teknis
penangkapan yang disesuaikan dengan waktu pemijahan H. lutkei. Pengelolaan di hilir melalui edukasi dan pemberdayaan kepada
jibu-jibu untuk dapat memanfaatkan
jenis ikan pelagis lainnya yang memiliki potensi ekonomi sebagai bahan baku
ikan asap.
This study aims to
understand the taxonomic classification of Hemiramphus
spp., commonly referred to as julung-julung
fish, fisheries biology, socio-economic conditions of fishermen, and management
related to the Hemiramphus spp.
The research employs both morphological and molecular approaches for biological
identification. Morphological characterization was performed using morphometric
and meristic methods, along with the identification key for Hemiramphidae fish.
Molecular characterization was conducted using DNA analysis methods, including
aligning DNA sequencing results with similar data from GenBank. Phylogenetic
trees and genetic distances were generated using MEGA X software. Male and
female differences are determined based on their gonad shape, weight length
relationship based on cubic equation W = aLb referring to Le Cren
(1951) and b value as criteria for fish growth pattern type. The condition
factor of the fish is calculated by the formula Kn = W/aLb based on
Froese (2006). Macroscopic examination of the gonads was used to assess their
maturity stage. Egg counts and measurements of egg diameter were performed
using stereo microscopes and optilabs. Fecundity was determined by calculating
the average number of eggs in the left and right gonads relative to the gonad
weight. Total length frequency data were used for estimation of L?, K, total
mortality Z, natural mortality M, fishing mortality F and exploitation rate E
with FISAT 2 software. Fish production data from
2015-2021 are used for CPUE analysis and estimation of fish resource potential.
The results showed that the samples of julung-julung fish at the study
site were from the type of Hemiramphus
lutkei, with a proportion of males 58.45% and
females 41.55%, with negative allometric growth pattern types, and most
had normal intrinsic health.
Based on the analysis of gonadal maturity levels, it was found that fish with
gonadal maturity categories (phases 3 and 4) were 80% for males, 59% for females,
and 71% cumulative for female-males, with 37% spawning females (phase 5) at multiple spawning types.
The L? and K
growth parameters of males were 32.00 cm
and 1.2-yr; females 34.03 cm and 1.1-yr; cumulative males
and females at 34.00 cm and 1.8-yr. The utilization rate of fish resources
has reached full exploitation (E=0.83); therefore, management actions are
needed to encourage sustainable fisheries. Management is carried out upstream
and downstream. Upstream management involves adaptation of fishing technique to
be aligned with H. lutkei spawning season, while downstream efforts
focus on educating and empowering jibu-jibu to utilize other
economically valuable pelagic fish as raw materials for smoked products.
Kata Kunci : biologi, hemiramphus, pengelolaan, pulau Buru, Maluku (biology, Buru Island, hemiramphus, Maluku, management