IMPLIKASI YURIDIS TUKAR MENUKAR TANAH KAS DESA DENGAN TANAH HAK MILIK PERORANGAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM (Studi Kasus di Kalurahan Sriharjo Kapanewon Imogiri)
Dimas Aprilliyanto, Dr. Sulastriyono, S.H., M.Si.
2024 | Tesis | S2 Magister Kenotariatan
Tukar menukar tanah kas desa dengan
tanah hak milik perorangan untuk kepentingan umum merupakan sebuah alternatif
solusi pengadaan kepentingan umum. Namun tukar menukar tanah kas desa yang
terjadi sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan
Daerah Istimewa Yogyakarta, mempunyai akibat hukum terhadap proses penyelesaian
tukar menukar tanah kas desa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
menganalisa bagaimana implikasi yuridis dan perlindungan hukum terhadap para
pihak dalam tukar menukar tanah kas desa.
Jenis penelitian dalam penelitian ini ialah
yuridis empiris. Data yang diperoleh berdasarkan penelitian kepustakaan dan
lapangan yang kemudian akan dilakukan analisis secara kualitatif dan kemudian data yang telah didapatkan di lapangan dituangkan
dalam hasil penelitian yang berisikan sebuah kesimpulan berdasarkan fakta-fakta
yang ada.
Hasil penelitian menunjukkan
perjanjian tukar menukar tanah kas desa dengan tanah hak milik perorangan untuk
kepentingan umum di Kalurahan Sriharjo tidak memenuhi syarat objektif suatu
perjanjian yaitu suatu sebab yang tidak terlarang maka perjanjian tersebut
batal demi hukum. Dalam hal ini berlaku asas non retroaktif oleh karena itu
harus dilakukan kesepakatan ulang antara para pihak dalam perbuatan hukum
tersebut. Penyelesaian tukar menukar dapat dilaksanakan setelah tercapai
kesepakatan baru dan telah terpenuhinya ketentuan dan syarat-syarat dalam Pasal
55 dan Pasal 56 Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 34 Tahun
2017 tentang Pemanfaatan Tanah Desa. Dalam penelitian ini tidak terdapat
perlindungan hukum terhadap tukar menukar tanah kas desa dengan tanah hak milik
perorangan untuk kepentingan umum di Kalurahan Sriharjo dikarenakan sejauh ini
tanah warga yang dilakukan tukar menukar dengan tanah kas desa masih belum
bersertipikat. Selain itu penyelesaian tukar menukar tanah kas desa tersebut
harus desesuaikan dengan peraturan yang terbaru yang membuat proses
penyelesaiannya menjadi terhambat dan berbelit-belit yang pada akhirnya
memberatkan para pihak dalam melakukan penyelesaian permasalahan tersebut.
Exchanging village treasury land for individual land
rights for public interest is an alternative solution for public interest
procurement. However, exchanging village treasury land that occurred before the
enactment of Law Number 13 of 2012 concerning the Special Autonomy of the
Yogyakarta Special Region has legal implications for the process of exchanging
village treasury land. This study aims to determine and analyze the judicial
implications and legal protections for the parties involved in exchanging
village treasury land.
The research methodology employed in this study is
empirical judicial. Data is obtained through literature and field research,
which will then undergo qualitative analysis. The data collected from the field
will be incorporated into the research results, which will include conclusions
based on existing facts.
The results showed that the agreement to exchange
village treasury land with individual property rights for the public interest
in Sriharjo sub-district did not fulfil the objective requirements of an
agreement, namely a cause that was not prohibited, so the agreement was null
and void. In this case, the principle of non-retroactivity applies, therefore a
re-agreement must be made between the parties to the legal act. The completion
of the exchange can be carried out after a new agreement is reached and the
provisions and conditions in Article 55 and Article 56 of the Yogyakarta
Special Region Governor Regulation Number 34 of 2017 concerning Village Land
Utilisation have been fulfilled. In this study, there is no legal protection
against the exchange of village treasury land with individual property rights
for the public interest in Sriharjo Sub-district because so far the residents'
land that is exchanged for village treasury land is still not titled. In
addition, the settlement of the exchange of village treasury land must be
adjusted to the latest regulations which make the settlement process hampered
and convoluted which ultimately burdens the parties in resolving the problem.
Kata Kunci : Tukar Menukar, Tanah Kas Desa, Tanah Hak Milik Perorangan, Kepentingan Umum.