DAMPAK PERKEMBANGAN AMENITAS DAN INFRASTRUKTUR KORIDOR KAWASAN BOROBUDUR TERHADAP KUALITAS VISUAL LANSKAP
Nisrina Salsabila Almira, Prof. Ir. Bakti Setiawan, MA, Ph.D.
2024 | Tesis | S2 Teknik Arsitektur
Sebagai salah satu destinasi wisata super prioritas di Indonesia, Borobudur memiliki nilai sejarah dan budaya yang besar. Pemerintah berupaya meningkatkan daya tarik dan pengalaman pengunjung dengan mengembangkan infrastruktur dan amenitas pariwisata di sepanjang Koridor Borobudur. Peningkatan amenitas, khususnya di Koridor Palbapang-Borobudur, terjadi terutama pada tahun 2020. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak pengembangan amenitas dan infrastruktur tersebut terhadap kualitas visual lanskap Kawasan Borobudur. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas visual lanskap di Kawasan Borobudur, khususnya di Koridor Palbapang-Borobudur.
Metode yang digunakan untuk menilai dampak pengembangan amenitas dan infrastruktur adalah kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif menggunakan Scenic Beauty Estimation. Hal ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner penilaian titik amatan (vantage point) dengan skala 1-10 kepada 60 orang wisatawan yang sedang berkunjung di Koridor Palbapang-Borobudur. Observasi dilakukan pada total 50 titik amatan (vantage point) dan dilanjutkan dengan kuesioner terbuka kepada wisatawan. Selanjutnya, dilakukan analisis kata menggunakan Voyant Tools untuk mengidentifikasi kata-kata yang paling umum muncul. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas visual lanskap diidentifikasi melalui observasi, wawancara, kajian literatur terhadap peraturan, dan rencana induk pariwisata terpadu.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pengembangan amenitas dan infrastruktur memiliki dampak yang beragam terhadap berbagai aspek lanskap visual. Pemandangan (view) dan vista (titik pandang) dapat ditingkatkan dengan perencanaan yang baik, sementara pengembangan yang tidak terencana dapat mengganggu pemandangan alam dan sumbu (axis) visual. Elemen latar depan dan latar belakang dipengaruhi oleh bangunan dan koridor jalan baru yang bisa menciptakan titik fokus atau kekacauan visual. Topografi alami, vegetasi asli, bangunan yang selaras dengan konteks lokal, dan struktur lahan yang terorganisir umumnya meningkatkan kualitas visual lanskap, sedangkan pengembangan yang tidak selaras menurunkannya.
Berdasarkan wawancara dan data masterplan mengungkapkan bahwa ketidakseimbangan pembangunan serta manfaat antara desa-desa dekat Borobudur dan desa-desa lainnya, keterbatasan penggunaan lahan, dan penegakan peraturan yang tidak konsisten menjadi kendala utama. Pengembangan yang tidak terencana di segmen-segmen tertentu, seperti Mendut dan Jl. Sudirman, mengakibatkan penurunan kualitas visual. Sebaliknya, segmen-segmen yang lebih jauh dari Borobudur dan koridor amenitas yang direncanakan dengan baik menunjukkan kualitas visual yang tinggi. Temuan ini menekankan pentingnya kerangka kerja yang kuat untuk penggunaan lahan, keterlibatan komunitas, dan penegakan peraturan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas visual lanskap di koridor pariwisata Borobudur.
As one of Indonesia's super-priority tourist destinations, Borobudur holds significant historical and cultural value. The government strives to enhance the appeal and visitor experience by developing tourism infrastructure and facilities along the Borobudur corridor. The enhancement of amenities, particularly along the Palbapang-Borobudur corridor, occurred primarily in 2020. This study aims to evaluate the impact of amenity and infrastructure development on the visual landscape quality of the Borobudur area. Additionally, the study analyzes factors affecting the visual landscape quality in the Borobudur area, particularly in the Palbapang-Borobudur corridor.
The methods used to assess the impact of amenity and infrastructure development were both quantitative and qualitative. The quantitative method utilized the Scenic Beauty Estimation (SBE) approach. This involved distributing vantage point assessment questionnaires on a scale of 1-10 to 60 tourists visiting the Palbapang-Borobudur corridor. Observations were conducted at a total of 50 vantage points, followed by open-ended questionnaires for the tourists. Subsequently, word analysis was performed using Voyant Tools to identify the most frequently occurring words. Factors influencing visual landscape quality were identified through observations, interviews, literature reviews of regulations, and the integrated tourism master plan.
The analysis results indicate that the development of amenities and infrastructure has varied impacts on different aspects of the visual landscape. Views and vistas (viewpoints) can be enhanced with proper planning, while unplanned development can disrupt natural views and visual axis. Foreground and background elements are influenced by new buildings and road corridors, which can create focal points or visual clutter. Natural topography, vegetation, architecturally harmonious buildings, and organized site structures generally improve visual landscape quality, whereas incongruent development detracts from it.
Interviews and master plan data reveal that the imbalance in development and benefits between villages near Borobudur and other villages, limited land use options, and inconsistent regulation enforcement are major obstacles. Unplanned development in certain segments, such as Mendut and Jl. Sudirman, leads to a decline in visual quality. Conversely, segments farther from Borobudur and well-planned facility corridors exhibit high visual quality. These findings underscore the importance of a robust framework for land use, community engagement, and regulation enforcement to maintain and enhance the visual landscape quality in the Borobudur tourism corridor.
Kata Kunci : Infrastruktur dan amenitas pariwisata, kualitas visual lanskap, Koridor Palbapang-Borobudur