Biostratigrafi Foraminifera dan Lingkungan Pengendapan pada Sumur NA-1, Cekungan Banggai-Sula, Sulawesi Tengah, Indonesia
DWI NANDA RENALDY SYAH, Dr.Eng. Ir. Akmaluddin, S.T., M.T., IPM.; Dr.Eng. Ir. Didit Hadi Barianto, S.T., M.Si., IPM.
2024 | Skripsi | TEKNIK GEOLOGI
Cekungan Banggai-Sula memiliki
status cekungan produksi minyak dan gas bumi yang terdiri dari beberapa
lapangan produksi seperti Senoro, Donggi dan Maleo. Analisis biostratigrafi dan
lingkungan pengendapan menggunakan foraminifera planktonic dan bentonik
dilakukan pada Sumur NA-1 untuk membagi umur dari strata batuan dan sebagai
dasar korelasi kronostratigrafi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui kandungan fosil foraminifera planktonic dan bentonik, mengetahui
umur dan zona biostratigrafi, serta sejarah lingkungan pengendapan pada Sumur
NA-1. Sebanyak 53 sampel unwashed cutting digunakan untuk melakukan analisis
biostratigrafi dan lingkungan pengendapan. Seluruh sampel akan dipreparasi
menggunakan metode ayakan menggunakan mesh ukuran 45, 80, dan 120. Analisis
biostratigrafi akan mengacu pada pembagian zona Wade et. Al., 2011 sedangkan
analisis lingkungan pengendapan akan menggunakan integrasi empat metode dari
Murray et. al., 2006 yang meliputi; biofasies, indeks diversitas, P/B
(Planktonik/Bentonik) ratio, dan ternary plot diagram. Hasil yang diperoleh
berupa kelimpahan fosil foraminifera yang bervariasi mulai dari barren hingga
abundance. Formasi Kintom memiliki kelimpahan fosil foraminifera paling tinggi
dibandingkan Formasi Mantawa, Minahaki dan Biak. Hal ini dipengaruhi litologi
penyusun Formasi Kintom berupa sedimen berbutir halus sehingga memudahkan
preservasi fosil foraminifera. Analisis biostratrafi menghasilkan umur dengan
rentang Miosen AkhirPliosen Akhir dimana didapatkan 8 Biozonasi. Selanjutnya
untuk lingkungan pengendapat berdasarkan integrasi 4 metode menghasilkan 3 zona
lingkungan pengendapan yaitu: Carbonate shelf/normal marine untuk Formasi
Minahaki dan Formasi Mantawa, Upper Slope-Lower Slope/Normal Marine untuk
Formasi Kintom, serta zona Inner shelf/normal marine.untuk Formasi Biak.
The Banggai-Sula Basin has a hydrocarbon-producing basin status consisting of several production field such as Senoro, Donggi, and Maleo. Biostratigraphic analysis and depositional environment using foraminifera were conducted on Well NA-1 to establish the age of rock strata and serve as the basis for chronostratigraphic correlation. This study aims to determine the content of planktonic and benthic foraminiferal fossils, detemining the age and biostratigraphic zones, and reconstructing the depositional history of Well NA-1. A total of 53 unwashed cutting samples were conducted for biostratigraphic and depositional environment analysis. All samples were processed using sieve method with mesh sizes of 45, 80, and 120. Biostratigraphic analysis followed the zonation scheme by Wade et al., 2011, while the depositional environment analysis integrated four methods from Murray et al., 2006, including biofacies, diversity indices, P/B (Planktonic/Benthic) ratio, and ternary plot diagram. The results revealed varying abundances of foraminiferal fossils ranging from barren to abundant. The Kintom Formation exhibited the highest abundance due to its finegrained sediment lithology, facilitating foraminiferal preservation. Biostratigraphic analysis identified an age range from late Miocene to late Pliocene, delineating 8 Biozones. Furthermore, the integrated analysis of depositional environment yielded three zones: Carbonate shelf/normal marine for the Minahaki and Mantawa Formations, Upper Slope-Lower Slope/Normal Marine for the Kintom Formation, and Inner shelf/normal marine for the Biak Formation.
Kata Kunci : Cekungan Banggai-Sula, Biostratigrafi, Lingkungan Pengendapan, Foraminifera.