Laporkan Masalah

Peran Keluarga dan Norma Sosial Budaya dalam Mencegah Stunting di Puskesmas Kie Timor Tengah Selatan

Harry Andrean Dethan, Dr. Supriyati, S.Sos., M.Kes; Erlin Erlina, S.IP, MA., Ph.D

2024 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar Belakang: Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak karena kekurangan gizi kronis. Menurut Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, sekitar 21.6?lita di Indonesia mengalami stunting pada 2022. Saat ini Puskesmas Kie memiliki angka stunting sebesar 13.9%, yang sudah mencapai target nasional. Keluarga dan norma sosial budaya memiliki peran penting dalam mencegah stunting dengan menerapkan pengaturan pola asuh, makanan, dan ketersediaan pangan yang baik.

Tujuan: Mengeksplorasi peran keluarga dan norma sosial budaya dalam pencegahan stunting di Puskesmas Kie Timor Tengah Selatan.

Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informan penelitian yang berjumlah 31 orang terbagi menjadi informan utama yang terdiri dari ibu dan ayah dengan anak berusia 0-2 tahun, ibu hamil, sedangkan informan pendukung terdiri dari pemerintah desa, tokoh masyarakat/tokoh adat, tokoh agama, kader posyandu, serta tenaga kesehatan. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Data dikumpulkan dengan cara wawancara mendalam dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis konten kualitatif. Data dianalisis menggunakan aplikasi Open Code 4.3.  Untuk memastikan keabsahan data, penelitian ini menggunakan triangulasi data, peer debriefing dan member checking. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2024.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencegahan stunting dilakukan oleh keluarga di Kecamatan Kie dengan cara memanfaatkan fasilitas kesehatan, pemberian ASI, hingga pola makan beragam bagi ibu dan anak. Norma sosial budaya seperti perawatan kesehatan tradisional dalam bentuk se’i, tatobi, serta urut masih dilakukan, namun caranya sudah dibuat menjadi lebih aman. Ramuan tradisional dan pantangan makanan juga sudah mulai ditinggalkan. Selain itu, budaya terkait makanan dan agama memiliki peran penting dalam memengaruhi perawatan ibu dan anak. Upaya pencegahan stunting dan perubahan perawatan tradisional menjadi lebih aman dapat terjadi karena pengetahuan yang baik, serta kepercayaan dan intensi keluarga yang positif pada pencegahan stunting. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya edukasi dari tenaga kesehatan dan kader posyandu dengan bahasa sehari-hari dan pendekatan yang relevan. Ada juga dukungan pemerintah desa yang menyuarakan untuk meninggalkan perawatan tradisional dan melalui program-program pencegahan stunting.

Kesimpulan: Kesadaran dan upaya keluarga dalam pencegahan stunting meningkat. Praktik perawatan tradisional sudah dikurangi dan caranya diubah menjadi lebih aman. Terdapat peran dari kesadaran keluarga, tenaga kesehatan, kader posyandu, pemerintah desa, hingga tokoh agama dalam mendukung upaya pencegahan stunting di keluarga.

Background: Stunting is a condition of failed growth in children due to chronic malnutrition. According to the Indonesian Nutritional Status Study by the Ministry of Health, approximately 21.6% of toddlers in Indonesia experienced stunting in 2022. Currently, the Kie Community Health Center has a stunting rate of 13.9%, which has already reached the national target. Families and socio-cultural norms play a crucial role in preventing stunting by implementing parenting practices, nutritious diets, and ensuring food security.

Objective: Exploring the role of the family and socio-cultural norms in preventing stunting at the Kie Health Center, South Central Timor.

Method: This study employs a qualitative research design with a phenomenological approach. The study's informants, totaling 31 individuals, are divided into primary informants, consisting of mothers and fathers with children aged 0-2 years and pregnant women, and supporting informants, consisting of village government officials, community leaders, religious leaders, Posyandu cadres, and healthcare workers. The sampling technique used is purposive sampling. Data were collected through in-depth interviews and observations. The data analysis technique used is qualitative content analysis, and data were analyzed using the Open Code 4.3 application. To ensure the validity of the data, this study uses data triangulation, peer debriefing, and member checking. The study was conducted from January to April 2024.

Results: The results show that stunting prevention by families in Kie Sub-district is carried out by utilizing healthcare facilities, breastfeeding, and providing a varied diet for mothers and children. Socio-cultural norms such as traditional healthcare practices in the form of se’i, tatobi, and urut are still practiced but have been made safer. Traditional concoctions and food taboos have also begun to be abandoned. Additionally, food and religious cultures play an important role in influencing maternal and child care. Stunting prevention efforts and the transformation of traditional care into safer practices occur due to good knowledge, trust, and positive family intentions towards stunting prevention. This is facilitated by health education from healthcare workers and Posyandu cadres using everyday language and relevant approaches. There is also support from the village government, which advocates for abandoning traditional care and promotes stunting prevention programs.

Conclusion: Family awareness and efforts to prevent stunting have increased. Traditional care practices have been reduced and modified to be safer. There is a role for family awareness, healthcare workers, Posyandu cadres, village government, and religious leaders in supporting family stunting prevention efforts.

Kata Kunci : Pencegahan stunting, Peran keluarga, Norma sosial budaya, Perawatan tradisional

  1. S2-2024-502153-abstract.pdf  
  2. S2-2024-502153-bibliography.pdf  
  3. S2-2024-502153-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2024-502153-title.pdf