ANALISIS DEMOGRAFIS DAN KARAKTERISTIK KLINIS PASIEN DRUG REACTION WITH EOSINOPHILIA AND SYSTEMIC SYMPTOMS DI YOGYAKARTA: SEBUAH STUDI RETROSPEKTIF

TIARA AGMA VANYA, dr. Sri Awalia Febriana, M.Kes., Sp. KK (K), Ph.D; dr. Shinta Trilaksmi Dewi, Ph.D, Sp. D.V.E.

2024 | Skripsi | PENDIDIKAN DOKTER

Latar Belakang: Drug Reaction with Eosinophilia and Systemic Symptoms  (DRESS) merupakan salah satu jenis kondisi berat dari efek samping obat yang muncul setelah pemberian obat dalam dosis normal diagnosis, profilaksis, dan terapi. Prevalensi terjadinya DRESS adalah 2,18 hingga 9,63 per 100.000 dan memiliki angka kematian sebesar 10%. Di Indonesia, penelitian mengenai karakteristik klinis pasien DRESS masih terbatas sehingga diperlukan lebih banyak penelitian yang membahas topik ini.

Tujuan: Mengetahui demografi pasien DRESS dan karakteristik klinis penyakit DRESS di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta periode 2016-2023.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif yang dilakukan pada pasien DRESS di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta, periode 2016-2023. Data subjek diambil dari rekam medis pada Instalasi Catatan Medis di RSUP Dr. Sardjito. Melalui metode total sampling, didapatkan 44 pasien terdiagnosis DRESS yang masuk dalam kriteria inklusi dan eksklusi.

Hasil: Sebanyak 44 pasien DRESS yang dikumpulkan terdiri dari 18 laki-laki (40,9%) dan 26 perempuan (59,1%), dengan rasio perbandingan laki-laki:perempuan adalah 1:1,4. Rata-rata subjek berusia 35,68 ± 20,75 dengan rentang usia 1 hingga 80 tahun. Kelompok usia terbanyak adalah pada kelompok lansia dengan rentang usia >46 tahun (34,1%). Sejumlah 31 pasien (70,5%) memiliki skor diagnosis RegiSCAR possible, diikuti oleh probable (27,3%) dan definite (2,3%). Tanda dan gejala yang paling sering muncul adalah erupsi kulit (100%), dengan jenis erupsi kulit paling sering adalah makulopapular (79,5%), eritema edematosa (54,5%), dan eritema konfluens (43,2%). Obat yang paling banyak dicurigai sebagai pemicu DRESS adalah antibiotik (56,8%), khususnya pada golongan beta-laktam. Obat tersangka lainnya adalah obat antituberkulosis (29,5%), antikonvulsan (18,2%), OAINS (6,8%), ARV (4,5%), dan lainnya (29,5%).

Kesimpulan: DRESS lebih banyak dialami oleh perempuan dan rerata usia pasien 35,68 ± 20,75. Tanda dan gejala yang paling sering muncul adalah erupsi kulit, dengan jenis makulopapular. Derajat keparahan yang paling banyak adalah ‘possible’ (2-3) sebesar 70,5% kasus menurut skor penilaian RegiSCAR. Antibiotik, khususnya pada golongan beta-laktam, merupakan obat yang paling sering dilaporkan menjadi obat tersangka pemicu DRESS.

Kata kunci: DRESS (Drug Reaction with Eosinophilia and Systemic Symptom), erupsi obat, hipersensitivitas, makulopapular, beta laktam.

Background: Drug Reaction with Eosinophilia and Systemic Symptoms (DRESS) is one type of severe adverse drug events that occur after administration of drugs in normal doses for diagnosis, prophylaxis, and therapy. The prevalence of DRESS is 2.18 to 9.63 per 100,000 and has a mortality rate of 10%. In Indonesia, research on the clinical characteristics of DRESS patients is still limited so more research is needed on this topic.

Objective: To determine the demographics of DRESS patients and the clinical characteristics of DRESS disease at Dr. Sardjito General Hospital, Yogyakarta for the period 2016-2023.

Methods: This study is a retrospective study conducted on DRESS patients at Dr. Sardjito General Hospital, Yogyakarta, for the period 2016-2023. Subject data were taken from medical records at the Medical Records Installation at Dr. Sardjito General Hospital. Through the total sampling method, 44 patients diagnosed with DRESS were obtained who fit the inclusion and exclusion criteria.

Results: The 44 DRESS patients collected consisted of 18 males (40.9%) and 26 females (59.1%), with a male:female ratio of 1:1.4. The average age of the subjects was 35.68 ± 20.75 with an age range of 1 to 80 years. The largest age group was in the elderly group with age >46 years old. A total of 31 patients (70.5%) had a RegiSCAR diagnosis score of possible, followed by probable (27.3%) and definite (2.3%). The most common sign and symptoms are skin eruptions (100%), with the most common types of skin eruption being maculopapular (79.5%), edematous erythema (54.5%), and confluent erythema (43.2%). The most commonly suspected drugs that triggered DRESS were antibiotics (56.8%), especially the beta-lactam class. Other suspect drugs were antituberculosis drugs (29.5%), anticonvulsants (18.2%), NSAIDs (6.8%), ARVs (4.5%), and others (29.5%).

Conclusion: DRESS was more common in females and the mean age of patients was 35.68 ± 20.75. The most common sign and symptoms are skin eruptions, with maculopapular type. The most common severity level was ‘possible’ (2-3) in 70.5% of cases according to the RegiSCAR grading score. Antibiotics, especially in the beta-lactam group, are the drugs most often reported to be suspect drugs that trigger DRESS.

Keywords: DRESS (Drug Reaction with Eosinophilia and Systemic Symptom), drug eruptions, hypersensitivity, maculopapular, beta lactam.

Kata Kunci : DRESS (Drug Reaction with Eosinophilia and Systemic Symptom), erupsi obat, hipersensitivitas, makulopapular, beta laktam.