STRESOR KERJA DAN UPAYA PENGENDALIAN FAKTOR PSIKOLOGI KERJA PADA KARYAWAN PUSKESMAS: STUDI KASUS DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
Nita Dwilestari, DR. Dra. Retna Siwi Padmawati, M.A ; Erlin Erlina, S.I.P., M.A., Ph.D.
2024 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Latar
Belakang: Stres kerja dan
kelelahan psikis (burnout), merupakan
masalah kesehatan mental yang serius di tempat kerja. Pada tenaga kesehatan di
puskesmas, hal ini berdampak negatif terhadap produktivitas, kualitas layanan
dan capaian program. Faktor psikologi kerja, seperti beban kerja berlebih,
peran dan tanggung jawab yang berat berkontribusi terhadap risiko ini. Menurut
data WHO, 15?ri populasi usia kerja menderita gangguan mental, dimana
terjadi kenaikan kasus depresi dan kecemasan di kalangan usia produktif pada
tahun 2020. Pada tahun 2022, sekitar 6% karyawan puskesmas di Kabupaten
Gunungkidul teridentifikasi berisiko mengalami gangguan kesehatan mental.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapat gambaran stressor dari faktor psikologi
kerja di puskesmas dan mengetahui upaya pengendalian yang telah dilaksanakan.
Metode: Penelitian kualitatif, dengan pendekatan
studi kasus pada puskesmas di Kabupaten Gunungkidul. Pemilihan informan
dilakukan secara purposive sampling
dengan kriteria: ASN, masa kerja minimal 2 tahun dan mengampu program layanan
esensial. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi dan pemanfaatan
dokumen.
Hasil: Orientasi tugas yang tidak dilaksanakan
dengan baik menimbulkan kebingungan pada petugas baru, dan berdampak pada
pelaksanaan kegiatan yang tidak maksimal. Banyaknya aplikasi pelaporan yang
harus dipenuhi membuat tenaga kesehatan kekurangan waktu dalam penyelesaian,
sehingga berpengaruh pada rendahnya capaian program dan kepuasan terhadap hasil
kerja. Tugas yang tidak sesuai kompetensi mengakibatkan target program
dirasakan terlalu tinggi. Selain itu kesulitan pengadaan tenaga pelaksana
administrasi juga menambah beban pekerjaan bagi tenaga kesehatan. Pengendalian
faktor psikologi kerja yang belum terintegrasi dalam sistem manajemen K3
Puskesmas, mengakibatkan upaya belum dijalankan dengan maksimal.
Kesimpulan: Faktor psikologi kerja berpotensi
menyebabkan stress kerja pada tenaga kesehatan di puskesmas. Penelitian ini
menunjukkan bahwa tingginya beban kerja dan tuntutan pekerjaan di luar tugas
pokok dan fungsi berpotensi menimbulkan kelelahan secara psikis pada tenaga
kesehatan. Penempatan karyawan sesuai kompetensi dan terciptanya komunikasi
organisasi yang baik menjadi bentuk upaya pengendalian bahaya dari faktor
psikologi kerja di puskesmas. Komitmen pimpinan sangat berpengaruh dalam
terselenggaranya program keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga kesehatan.
Keywords:
kesehatan kerja, beban kerja, stres kerja,
psikologi kerja, puskesmas
ABSTRACT WORK STRESSORS AND EFFORTS TO CONTROL WORK PSYCHOLOGICAL FACTORS AMONG HEALTH CENTER
EMPLOYEES: A CASE STUDY IN GUNUNGKIDUL REGENCY Background:
Work stress and burnout are serious mental health issues in the workplace.
Among healthcare workers at health centers, these issues negatively impact
productivity, service quality, and program achievements. Work psychological
factors, such as excessive workload and heavy roles and responsibilities,
contribute to this risk. According to WHO data, 15% of the working-age
population suffers from mental disorders, with an increase in cases of
depression and anxiety among the productive age group in 2020. In 2022, about
6% of health center employees in Gunungkidul Regency were identified as being
at risk of experiencing mental health issues. This study aims to provide an
overview of stressors from work psychological factors at health centers and to
identify the control efforts that have been implemented. Method: This
qualitative research uses a case study approach at health centers in
Gunungkidul Regency. Informants were selected using purposive sampling
criteria: civil servants (ASN), with a minimum of 2 years of work experience,
and responsible for essential service programs. Data collection was conducted
through in-depth interviews, observations, and document utilization. Results:
Poorly executed task orientation leads to confusion among new staff and impacts
the maximal execution of activities. The numerous reporting applications that
must be fulfilled leave healthcare workers with insufficient time for
completion, affecting the low achievement of programs and satisfaction with
work results. Tasks that do not match competencies result in program targets
being perceived as too high. Additionally, difficulties in procuring
administrative staff increase the workload for healthcare workers. The lack of
integrated control of work psychological factors within the health center's
occupational health and safety management system results in less than optimal
implementation efforts. Conclusion:
Work psychological factors have the potential to cause work stress among
healthcare workers at health centers. This study shows that high workloads and
job demands beyond core tasks and functions can potentially lead to
psychological burnout among healthcare workers. Placing employees according to
their competencies and establishing good organizational communication are forms
of efforts to control hazards from work psychological factors at health
centers. Leadership commitment significantly influences the implementation of
occupational health and safety programs for healthcare workers. Keywords:
occupational health, workload, work stress, work psychology, health center
Kata Kunci : kesehatan kerja, beban kerja, stres kerja, psikologi kerja, puskesmas