MIKROZONASI DAERAH RAWAN GEMPA MENGGUNAKAN ANALISIS MIKROTREMOR DAN NILAI PGA PERMUKAAN DENGAN METODE DETERMINISTIC SEISMIC HAZARD ANALYSIS (DSHA) DI KAPANEWON SRANDAKAN, KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Erza Lies Alya, Dr.rer.nat. Wiwit Suryanto, S.Si., M.Si. ; Ari Sungkowo, S.Si., MT.
2024 | Skripsi | GEOFISIKA
Pada
tanggal 6 Mei 2006, gempa M6,6 berpusat di 8.007° LS – 110.286° BT mengguncang
Daerah Istimewa Yogyakarta. Peristiwa ini mengakibatkan kerusakan bangunan dan
jatuhnya korban jiwa khususnya di Kabupaten Bantul. Penyebab gempabumi ini
diduga berasal dari Sesar Opak yang terletak di tenggara Kabupaten Bantul,
Yogyakarta. Salah satu area yang terdampak adalah Kapanewon Srandakan, Bantul.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui mikrozonasi daerah rawan gempa di Kapanewon
Srandakan, Bantul. Pengolahan dilakukan berdasarkan analisis mikrotremor untuk
mendapatkan nilai frekuensi dominan, faktor amplifikasi, Vs30 dan PGA di
permukaan, Mikrozonasi dilakukan dengan metode DSHA (Deterministic Seismic
Hazard Analysis) skenario terburuk Sesar Opak dan mekanisme vokal gempa Yogyakarta 26 mei
2006.
Hasil perhitungan menunjukkan Kapanewon Srandakan mempunyai rentang nilai f0 antara 0,9 hingga 13,5 Hz, A0 antara 1,59 hingga 7,91, dan Kg antara 1,31 hingga 37,25 yang bernilai tinggi dibagian tengah dari Kapanewon Srandakan. Sedangkan nilai Vs30 berada pada rentang nilai antara 223,204 m/s hingga 314,775 m/s yang tergolong ke dalam jenis tanah lunak (SE) hingga sedang (SD) berdasarkan klasifikasi situs Standar Nasional Indonesia (SNI)1726. Selain itu juga didapatkan nilai PGA permukaan dengan rentang nilai antara 0,38 hingga 0,48 g yang menunjukkan semakin ke utara nilainya semakin tinggi dikarenakan jaraknya yang lebih dekat dengan sumber gempa Sesar Opak. Berdasarkan mikrozonasi, daerah rawan gempa Kapanewon Srandakan ada di wilayah bagian tengah yaitu pada bagian selatan Desa Trimurti dan bagian utara Desa Poncosari. Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam mitigasi gempabumi dan mengurangi resiko yang ditimbulkan gempabumi di masa mendatang.
On May 26th, 2006, a mafnitudo
6.6 earthquake centered at 8.007° S – 110.286° E shook the Special Region of
Yogyakarta. This event caused extensive damage to buildings and resulted in
casualties, particularly in Bantul Regency. The earthquake is believed to have
originated from the Opak Fault, situated southeast of Bantul Regency,
Yogyakarta. One of the affected areas was Srandakan Subdistrict, Bantul. This
research aims to investigate the seismic microzonation of Srandakan
Subdistrict, Bantul. The analysis was conducted using microtremor analysis to
determine dominant frequency values, amplification factors, Vs30, and surface
PGA. Microzonation was performed using the DSHA (Deterministic Seismic Hazard
Analysis) method, considering worst-case skenarios of the Opak Fault and the
seismic source mechanism of the May 26th, 2006 Yogyakarta
earthquake.
The calculations
indicate that Kapanewon Srandakan has f0 values ranging from 0.9 to
13.5 Hz, A0 values ranging from 1.59 to 7.91, and Kg? values ranging
from 1.31 to 37.25, with higher values observed in the central part of
Kapanewon Srandakan. The Vs30? values range from 223.204 m/s to 314.775 m/s,
classifying the area as soft (SE) to moderately stiff (SD) soil according to
the Standar Nasional Indonesia (SNI) 1726 site classification. Additionally,
the surface PGA values range from 0.38 to 0.48 g, indicating that these values
increase towards the north due to closer proximity to the Opak Fault earthquake
source. Based on microzonation, the earthquake-prone areas in Kapanewon
Srandakan are located in the central region, specifically in the southern part
of Trimurti Village and the northern part of Poncosari Village. The results of
this study can be used for earthquake mitigation and to reduce the risks
associated with future earthquakes.
Kata Kunci : mikrozonasi, mikrotremor, HVSR, DSHA