Laporkan Masalah

Evaluasi penggunaan Granulocyte Colony Stimulating Factor pada pasien kanker limfoma setelah pemberian kemoterapi di RS Kanker Dharmais Jakarta periode Januari 2001-September 2003

ASTUTI, Linda, Dr. Edy Meiyanto, MSi.,Apt

2004 | Tesis | S2 Ilmu Farmasi

Kanker limfoma merupakan kanker hematologi. Perkembangan keganasan sel hematologi ini sifatnya cepat sehingga diperlukan kemoterapi kombinasi yang agresif untuk memperoleh tingkat respon yang tinggi. Kemoterapi yang digunakan untuk pengobatan kanker sering menyebabkan neutropenia dan potensial mengakibatkan terjadinya infeksi yang fatal terutama pada penggunaan kemoterapi agresif. Sekitar 90% penderita kanker meninggal akibat infeksi, perdarahan, atau infeksi bersama-sama dengan perdarahan. Telah dilakukan penelitian terhadap 56 episode penggunaan G-CSF pada pasien kanker limfoma setelah memperoleh kemoterapi di RSKD Jakarta periode Januari 2001 – September 2003. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan insidensi neutropenia, serta mengevaluasi G-CSF meliputi pola penggunaan di R.S; respon klinik pasien; kesesuaian waktu pemberian, durasi pemberian dibandingkan dengan guideline terbaru; gambaran biaya yang dikeluarkan pasien dalam satu episode. Jenis penelitian termasuk non-eksperimental dengan rancangan studi cross-sectional dan pengambilan data secara retrospektif. Data diambil dari data rekam medik pasien, kemudian dianalisis menggunakan relative risk dan crosstab (chi-square) dengan SPSS versi 10,0. Hasil penelitian menunjukkan insidensi neutropenia pada pasien kanker limfoma setelah memperoleh kemoterapi sebesar 55,56%. Dilihat dari tujuan terapi, G-CSF sebagai terapi digunakan sebanyak 92,86% dan profilaksis 7,14%. Berdasarkan obat G-CSF yang digunakan, pasien yang menerima filgrastim sebanyak 55,36% dan lenograstim sebanyak 44,64%. Pasien yang menggunakan G-CSF sebagai profilaksis sebanyak 75% tidak mengalami onset neutropenia. Rata-rata durasi neutropenia pada pasien yang menerima G-CSF sebagai terapi adalah 4,81 hari sedangkan pada pasien yang menerima G-CSF sebagai profilaksis rata-rata durasinya 1,75 hari (RR, 1.462, (95% CI, 0.258-8.283). Sebanyak 75% febrile neutropenia terjadi pada pasien yang menerima terapi G-CSF dan 25% pada profilaksis G-CSF (RR, 3.462 (95% CI, 0.632-18.963; P=0.002). Infeksi terjadi sebanyak 42,30% pada pasien yang menerima G-CSF sebagai terapi dan 25% pada profilaksis (RR, 1.692 (95% CI, 0.301- 9.515). Penggunaan antibiotika pada pasien yang menerima G-CSF sebagai terapi sebanyak 86.54%, dan sebanyak 25% pada profilaksis. Median hospitalisasi pada pasien yang menerima G-CSF sebagai terapi 7 hari sedangkan pada profilaksis median 7,5 hari (RR, 0.923 (95% CI, 0.157-5.411). Gambaran biaya pada terapi 34,62% diatas 8,5 juta dan 25% pada profilaksis (RR, 1.412 (95% CI, 0.248- 8.024). Pasien yang meninggal pada terapi 21,15%dan 50% pada profilaksis (RR,0.423(95% CI, 0.139-1.28; (P=0.00)). Berdasarkan guideline terbaru yang dikeluarkan ASCO, sebanyak 50% waktu pemberian profilaksis tidak sesuai diberikan kepada pasien dan sebanyak 21,43% terjadi keterlambatan penggunaan profilaksis sekunder.

Lymphoma malignant is hematologic malignancy. Hematologic malignancy cells grow fastly, so agressive chemotheraphy needed for getting high response. Chemotherapy used for the treatment of cancer often causes neutropenia, which may be profound and lead to pottentially fatal infection especially agressive chemotheraphy. Average 90% patients of cancer die due infection, bleeding or infection with bleeding. A study has been conducted to 56 episodes of lymphoma malignant patients who used G-CSF after receiving chemotherapy in Dharmais Cancer Hospital Jakarta during January 2001-September 2003. This study was aimed to describe the incidence of neutropenia and also to evaluated the G-CSF, including pattern using of G-CSF; clinic respon of patient; appropriateness of dosage; timing and duration giving according to the current guidelines, cost aspect patients during one episode. This was a non experimental, cross-sectional study and carried out retrospectively in collecting data from patient medical records. Data were analysed analitik descriptively using relative risk and crosstab with SPSS 10,0 version. The result obtained showed that neutropenic incidence in lymphoma malignant patients after receiving chemotherapy equal to 55,56%. Based on the purpose of therapy, as much as 92,86% G-CSF used as therapy and 7,14% for prophylaxis. As much as 75% patient using G-CSF as prophylaxis didn’t have neutropenic episodes. Average of neutropenic duration among patients using GCSF therapy were 4,81 days and 1,75 days among patients using G-CSF as prophylaxis (RR, 1.462, (95% CI, 0.258 - 8.283). As much as 75% febrile happened in patients using G-CSF as therapy an 25% in prophylaxis (RR, 3.462 (95% CI, 0.632-18.963; P=0.002).Infection appeared as much as 42,30% in patients receiving G-CSF as therapy and 25% as prophylaxis (RR, 1.692 (95% CI, 0.301- 9.515). Antibiotic used in patients as much as who used G-CSF as therapy equal to 86.54%, and 25% in patients who used G-CSF as prophylaxis. Median hospitalization in patients receiving G-CSF as therapy is 7 days and 7,5 days in patients receiving G-CSF as prophylaxis (RR, 0.923 (95% CI, 0.157-5.411). As much as 34,62% patients who used G-CSF as therapy over diatas 8,5 millions and 25% in patients who used as prophylaxis. (RR, 1.412 (95% CI, 0.248-8.024). Patient died on G-CSF as therapy 21,15% and 50% in patients who received GCSF prophylaxis (RR,0.423(95% CI, 0.139-1.28; (P=0.00)). Based on current guideline released by ASCO, as much as 50% prophylaxis G-CSF was given in inappropriate time and in 21,43% episodes, secondary prophylaxis were given late.

Kata Kunci : Obat Kanker, Kemoterapi, Neutropenia, Granulocyte Colony Stimulating Factor, evaluation, neutropenia, lymphoma malignant.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.