ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL MENGGUNAKAN METODE PKJI 2023 (STUDI KASUS : SIMPANG JALAN SELOKAN MATARAM – JALAN WAHID HASYIM, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA)
GUSTI RAHMAN ARYA KHARISMA, 1. Prof. Dr. Eng. Muhammad Zudhy Irawan, S.T., M.T.
2024 | Skripsi | TEKNIK SIPIL
Kabupaten Sleman, dengan populasi 1,207 juta jiwa
pada tahun 2022, menghadapi masalah kemacetan di simpang Jalan Selokan Mataram
dan Jalan Wahid Hasyim. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja
simpang dalam kondisi eksisting dan proyeksi kinerja lima tahun mendatang,
serta menganalisis emisi karbon dari kendaraan yang berhenti di simpang
tersebut. Selain itu, solusi alternatif dikaji dari aspek metode pelaksanaan
konstruksi dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk memastikan
efektivitasnya.
Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI) 2023
digunakan untuk evaluasi kinerja simpang dengan parameter utama Derajat
Kejenuhan (DJ), yang memiliki ambang batas 0,85. Data primer volume kendaraan
dikumpulkan menggunakan metode traffic counting untuk menentukan jumlah
kendaraan yang melewati simpang. Formula dari Lembaga Afiliasi Penelitian dan
Industri Institut Teknologi Bandung (LAPI-ITB) yang disesuaikan dengan European
Monitoring and Evaluation Programme (EMEP) digunakan untuk analisis emisi
karbon. Penggunaan International Organization for Standardization (ISO)
45001 sebagai landasan utama dalam analisis K3 sangat penting untuk
mengidentifikasi dan mengendalikan risiko keselamatan dan kesehatan kerja di
proyek konstruksi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai DJ pada kondisi eksisting berada dalam rentang 0,40 hingga 0,63 pada keempat lengan simpang, di bawah ambang batas PKJI 2023. Proyeksi lima tahun mendatang menunjukkan penurunan kinerja simpang pada tahun 2027 hingga 2029, sehingga diperlukan solusi alternatif seperti pelebaran jalan dan perubahan siklus sinyal untuk mengembalikan kondisi simpang menjadi tidak jenuh. Analisis juga menunjukkan bahwa kinerja simpang berkorelasi dengan emisi karbon; semakin baik kinerja simpang, semakin rendah emisi karbon yang dihasilkan. Pada aspek metode pelaksanaan konstruksi, pekerjaan utama dianalisis dari aspek K3 menggunakan peraturan ISO 45001, dengan identifikasi bahaya dan pengendalian risiko untuk mengurangi risiko kecelakaan kerja. Evaluasi ini bertujuan memastikan solusi yang diterapkan tidak hanya meningkatkan produktivitas tetapi juga keselamatan proyek konstruksi. Berdasarkan analisis pada ketiga aspek tersebut, solusi terbaik yang dihasilkan adalah alternatif pertama yang berfokus pada pelebaran geometri jalan.
Sleman Regency, with
a population of 1.207 million in 2022, faces traffic congestion issues at the
intersection of Jalan Selokan Mataram and Jalan Wahid Hasyim. This study aims
to evaluate the intersection performance under existing conditions and project
its performance over the next five years, including an analysis of carbon
emissions from vehicles idling at the intersection. Additionally, alternative
solutions are assessed from the perspectives of construction method
implementation and Occupational Health and Safety (OHS) to ensure their
effectiveness.
The Indonesian Road
Capacity Manual (PKJI) 2023 guidelines are used to evaluate intersection
performance with the main parameter being the Degree of Saturation (DS), which
has a threshold of 0.85. Primary data on vehicle volume were collected using
the traffic counting method to determine the number of vehicles passing through
the intersection. Emission analysis was conducted using formulas from the
Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri Institut Teknologi Bandung (LAPI-ITB)
adjusted according to the European Monitoring and Evaluation Programme (EMEP).
The application of the International Organization for Standardization (ISO)
45001 as the primary basis for OHS analysis in construction method
implementation is crucial. ISO 45001 provides guidelines for identifying and
controlling occupational safety and health risks in construction projects.
The intersection
performance analysis indicates that the DS values under existing conditions
range from 0.40 to 0.63 across all four intersection legs, remaining below the
PKJI 2023 threshold. Projections for the next five years indicate a decline in
intersection performance between 2027 and 2029, necessitating alternative
solutions such as road widening and signal cycle modifications to restore
non-saturated conditions. The analysis also shows a correlation between
intersection performance and carbon emissions; improved intersection
performance leads to lower carbon emissions. In terms of construction method
implementation, the main tasks are analyzed from an OHS perspective using ISO
45001 regulations, focusing on hazard identification and risk control to reduce
the risk of workplace accidents. This evaluation aims to ensure that the
solutions implemented not only enhance productivity but also ensure the safety
of construction projects. Based on the analysis of these three aspects, the
best solution identified is the first alternative, which focuses on geometric
road widening.
Kata Kunci : Yogyakarta, simpang, PKJI 2023, emisi karbon, metode pelaksanaan konstruksi