Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Bibit Bawang Merah di Kapanewon Wonosari Kabupaten Gunungkidul
MUHAMMAD FARELL DYLAN SADEWA, Dr. Jangkung Handoyo Mulyo, M.Ec.; Muh Amat Nasir, S.P., M.Sc.
2024 | Skripsi | SOS.EK. PERTANIAN (AGROBISNIS)
Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang banyak diusahakan karena mempunyai nilai permintaan yang cukup tinggi di masyarakat. Apabila terdapat peningkatan permintaan bawang merah akan selaras dengan permintaan bibit bawang merah oleh petani untuk memenuhi kebutuhan pasar. Faktor input utama yang sangat menentukan kualitas hasil produksi adalah bibit bawang merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar permintaan bibit bawang merah; mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi permintaan bibit bawang merah; dan mengetahui elastisitas permintaan bibit bawang merah. Penelitian dilakukan terhadap 50 petani bawang merah di Kalurahan Karangrejek dan Kalurahan Duwet yang terletak di Kapanewon Wonosari yang merupakan salah satu sentra penghasil bawang merah di Kabupaten Gunungkidul. Besar permintaan bibit bawang merah dianalisis dengan metode deskriptif analitis, faktor-faktor yang memengaruhi permintaan bibit bawang merah dianalisis dengan analisis regresi linear berganda Ordinary Least Square (OLS), dan elastisitas permintaan diukur dengan koefisien regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas petani menggunakan bibit varietas Thailand Nganjuk (Tajuk) dengan besar permintaan 80 kg pada lahan 1.300 m2. Selanjutnya, pendapatan, luas lahan, dan frekuensi penanaman berpengaruh positif terhadap permintaan bibit bawang merah, sedangkan harga bibit bawang merah berpengaruh negatif terhadap permintaan bibit bawang merah. Lebih lanjut, elastisitas permintaan bibit bawang tergolong inelastis.
Shallots are a horticultural commodity that is widely cultivated because it has quite high demand in society. If there is an increase in demand for shallots, it will be in line with the demand for shallot tubers by farmers to meet market needs. The primary input factor that significantly determines the quality of production is shallot tubers. This research aims to determine the demand for shallot tubers; to identify determinant factors of demand for shallot tubers; and to determine the elasticity of demand for shallot tubers. The research was conducted among 50 shallot farmers in the villages of Karangrejek and Duwet, located in the Wonosari sub-district, which is one of the major shallot producing centers in Gunungkidul Regency. The demand of shallot tubers was analyzed using descriptive analytical methods, the determinant factors of demand for shallot tubers was analyzed using multiple linear regression analysis of Ordinary Least Square (OLS), and the elasticity of demand was measured by regression coefficients. The research results show that the majority of farmers use the Thailand Nganjuk (Tajuk) variety tubers with a demand of 80 kg on 1,300 m2 of land. Furthermore, income, land area and planting frequency have a positive effect on the demand for shallot tubers, while the price of shallot tubers has a negative effect on the demand for shallot tubers. Moreover, shallot tubers elasticity are classified as inelastic.
Kata Kunci : bawang merah, bibit, permintaan, elastisitas