Laporkan Masalah

Contested Women's Rights: Revisitig Universalism-Particularism Debates Through the OIC's Human Rights Practices

NI PUTU KALINGGA DHAMANTRA, Dr. Luqman-nul Hakim, M.A.

2024 | Skripsi | Ilmu Hubungan Internasional

Studi ini mengeksplorasi debat antara universalisme dan partikularisme dalam hak asasi manusia, dengan fokus pada keterlibatan dan praktik Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Menggunakan Analisis Wacana Politik (PDA), penelitian ini mengkaji bagaimana OKI mengartikulasikan hak-hak perempuan melampaui esensialisme budaya. Fokus utama penelitian ini adalah Komisi Hak Asasi Manusia Permanen Independen (IPHRC), yang berperan penting dalam membentuk wacana hak asasi manusia dalam OKI. Setelah adopsi Deklarasi Kairo tentang Hak Asasi Manusia dalam Islam (CDHRI) pada tahun 1990, OKI mulai mengintegrasikan prinsip-prinsip Islam dengan norma-norma hak asasi manusia universal, memicu debat tentang kompatibilitas antara perspektif Barat dan Islam. Studi ini menyoroti orientasi ganda OKI: menyelaraskan dengan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (UDHR) sambil mengartikulasikan nilai-nilai Islam yang khas. Penelitian ini mengungkapkan bahwa meskipun visi OKI tentang hak-hak perempuan berbeda dari UDHR, hal itu tidak serta merta menantang model universal. Matriks universalisme-partikularisme lebih bersifat politis daripada budaya, tanpa konsensus tentang sikap Islam yang terpadu atau tantangan kontra-hegemonik terhadap UDHR. Penelitian ini menekankan peran evolusioner OKI dalam tata kelola hak asasi manusia global, dengan pendekatan yang seimbang yang menghormati spesifikasi budaya sambil menegakkan standar hak asasi manusia universal dan berkontribusi pada dialog global tentang kesetaraan gender.


This study explores the universalism versus particularism debate within human rights, focusing on the Organization of Islamic Cooperation's (OIC) engagement and practices. Utilizing Political Discourse Analysis (PDA), the research examines how the OIC articulates women's rights beyond cultural essentialism. The primary focus is on the Independent Permanent Human Rights Commission (IPHRC), a key body shaping human rights discourse within the OIC. Following the adoption of the Cairo Declaration on Human Rights in Islam (CDHRI) in 1990, the OIC began integrating Islamic principles with universal human rights norms, sparking debates on compatibility between Western and Islamic perspectives. The study highlights the OIC's dual orientation: aligning with the Universal Declaration of Human Rights (UDHR) while articulating distinct Islamic values. It reveals that while the OIC's vision for women's rights differs from the UDHR, it does not necessarily challenge the universal model. The universalism-particularism matrix is more political than cultural, with no consensus on a unified Islamic stance or a counter-hegemonic challenge to the UDHR. This research underscores the OIC's evolving role in global human rights governance, emphasizing a balanced approach that respects cultural specificity while upholding universal human rights standards and contributing to the global dialogue on gender equality.??


Kata Kunci : Universalism, Particularism, Human Rights, Organization of Islamic Cooperation (OIC), Political Discourse Analysis (PDA), Women's Rights, Cultural Essentialism, Independent Permanent Human Rights Commission (IPHRC), Cairo Declaration on Human Rights in Is

  1. S1-2024-457818-abstract.pdf  
  2. S1-2024-457818-bibliography.pdf  
  3. S1-2024-457818-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2024-457818-title.pdf