Cesium-137 adalah isotop radioaktif dengan waktu paro 30,17. Keberadaan 137Cs di lingkungan sangat berbahaya karena sifatnya yang mudah larut dalam tanah dan air. Kontaminasi tanah oleh 137Cs yang melebihi ambang batas ditemukan di Perumahan Batan Indah Serpong. Fitoremediasi menjadi metode pembersihan pada tanah tercemar yang memanfaatkan kemampuan tanaman hiperakumulator untuk menyerap dan mengakumulasi kontaminan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kemampuan tanaman pepaya jepang sebagai tanaman hiperakumulator untuk fitoremediasi tanah tercemar 137Cs di Indonesia. Pepaya jepang dipilih karena memiliki bentuk akar serabut yang kuat dan besar, sehingga diasumsikan dapat menyerap dan mengakumulasi kontaminan 137Cs dalam pengolahan tanah tercemar.
Penelitian ini dilakukan dengan penanaman 27 tanaman dalam 9 pot media tanam tanah terkontaminasi 137Cs dengan konsentrasi 137Cs pada tanah sebesar 8,916 Bq/g hingga 266,175 Bq/g yang menghasilkan 9 sampel untuk masing-masing akar dan tajuk tanaman. Spektrometer gamma dengan detektor HPGe digunakan untuk pencacahan sampel guna mengetahui kadar konsentrasi 137Cs yang mampu diakumulasi oleh tanaman.
Dari hasil pengukuran, didapatkan nilai serapan 137Cs pada akar tanaman (0,141% sampai dengan 1,002%) lebih besar daripada tajuk (0,074% sampai dengan 0,553%), hal ini karena kemampuan akar tanaman pepaya jepang yang lebih kuat untuk menyerap dan mengungkung 137Cs. Nilai serapan yang dihasilkan didukung dengan nilai faktor translokasi (TF) dari rentang 0,098 sampai dengan 0,69 dan faktor bioakumulasi (BAF) yang nilainya dominan mendekati dan lebih dari 1, yaitu 0,903 sampai dengan 2,898 pada 7 pot. Sehingga, tanaman pepaya jepang termasuk ke dalam tanaman yang memiliki kemampuan hiperakumulator untuk fitoremedasi dengan mekanisme fitostabilisasi.
Cesium-137 has a half-life of 30.17 years. The presence of 137Cs in the environment is highly dangerous due to dissolve easily in soil and water. Soil contamination by 137Cs exceeding safe limits was found in the Batan Indah Serpong residential. Phytoremediation become a method used to clean contaminants from polluted soil by leveraging the ability of hyperaccumulator plants to absorb and accumulate contaminants. Therefore, a study was conducted to analyze the capability of Chaya as a hyperaccumulator plant for phytoremediation of 137Cs contaminated soil in Indonesia. Chaya was chosen due to its strong and large fibrous roots, which are assumed to be capable of absorbing and accumulating 137Cs contaminants in polluted soil treatment.
This study was done by planting 27 plants in 9 pots 137Cs contaminated soil planting media, with a 137Cs concentration in the soil is 8.916 Bq/gr up to 266.175 Bq/gr, resulting in 9 samples for both the roots and shoots. A Gamma Ray Spectrometer with an HPGe detector was used for counting sample to determine the concentration levels of 137Cs that the plants could accumulate.
Based on the measurements, the absorption values of 137Cs in the plant roots (0.141% up to 1.002%) were found to be higher than in the shoots (0.074% up to 0.553%). This is attributed to the stronger capacity of chaya roots to absorb and sequester 137Cs. These absorption values are supported by translocation factor (TF) values ranging from 0.098 up to 0.69 and bioaccumulation factor (BAF) values predominantly close to or exceeding 1, ranging from 0.903 up to 2.898 across seven pots. Therefore, it could be concluded that chaya is identified as a hyperaccumulator plant capable for phytoremediation through the mechanism of phytostabilization.
Kata Kunci : Fitoremediasi, 137Cs, Pepaya Jepang (Cnidoscolus aconitifolius), Hiperakumulator