COMMUNICATING ACROSS CULTURES: CODE-MIXING IN SISILISM’s MENSTRUAL HEALTH VIDEO
SONIA VALDA HERSALENKA, Andri Handayani, S.S., M.A.
2024 | Tugas Akhir | D4 BAHASA INGGRIS
Dalam dunia yang semakin mengglobal, campur kode, di mana pembicara memadukan elemen-elemen dari berbagai bahasa dalam percakapan, menjadi sangat penting, terutama dalam platform digital seperti YouTube, yang menjangkau audiens global. Penelitian ini mengeksplorasi penggunaan campur kode, dengan fokus pada bagaimana penutur dwibahasa memadukan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Tujuannya adalah untuk mengkategorikan jenis-jenis campur kode yang digunakan dan memahami tujuan spesifiknya dalam mendiskusikan masalah kesehatan reproduksi. Melalui analisis konten kualitatif terhadap transkripsi video, penelitian ini mengidentifikasi berbagai bentuk campur kode yang digunakan oleh pembicara untuk berinteraksi dengan audiens, memberikan kejelasan tentang istilah teknis yang tidak memiliki padanan dalam bahasa Indonesia, dan menciptakan suasana yang informal dan mudah dipahami. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa campur kode di media digital berfungsi sebagai alat linguistik dan meningkatkan kualitas edukasi konten mengenai topik sensitif seperti kesehatan menstruasi. Implikasi dari penelitian ini sangat penting bagi para pembuat konten dan pendidik yang ingin menyampaikan pendidikan kesehatan kepada khalayak dwibahasa secara efektif. Penelitian ini berkontribusi pada penelitian sosiolinguistik yang lebih luas dengan menunjukkan bagaimana media digital dapat meningkatkan komunikasi kesehatan yang berdampak.
In an increasingly globalized world, code-mixing, where speakers blend elements from multiple languages within conversations, becomes pivotal, especially in digital platforms like YouTube, which reach a global audience. This study explores the utilization of code-mixing, focusing on how bilingual speakers blend English and Indonesian. The aim is to categorize the types of code-mixing used and understand their specific purposes for discussing reproductive health issues. Through qualitative content analysis of the video's transcription, this research identifies various forms of code-mixing used by the speaker to engage with the audience, provide clarity on technical terms lacking Indonesian equivalents, and create an informal, relatable tone. The findings suggest that code-mixing in digital media serves as a linguistic tool and enhances the educational quality of content regarding sensitive topics like menstrual health. The implications of this study are significant for content creators and educators who aim to communicate health education to bilingual audiences effectively. It contributes to broader sociolinguistic research by demonstrating how digital media can potentiate impactful health communication.
Kata Kunci : code-mixing, bilingualism, digital media, youtube, reproductive health, education, sociolinguistics.