Analisis Laju Pergeseran Titik Pantau Geodinamika untuk Sesar Aktif di Wilayah Tektonik Barat dan Timur Indonesia Berdasarkan Data Campaign GNSS dengan Metode PPP-AR
IKA SHAHIRA, Cecep Pratama, S.Si., M.Si., D.Sc.
2024 | Skripsi | TEKNIK GEODESI
Aktivitas tektonik ini menyebabkan keberadaan sesar aktif
yang memicu gempa bumi di wilayah Indonesia. Wilayah Indonesia terbagi menjadi
dua wilayah tektonik yaitu wilayah tektonik barat (Sumatera, Kalimantan, dan
Jawa) dan wilayah tektonik timur (Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua)
yang memiliki perbedaan karakterisktik masing-masing wilayah. Studi sesar aktif
terdahulu, umumnya dilakukan pada masing-masing regional secara parsial. Namun,
belum ada analisis perbandingan sesar aktif berdasarkan dua wilayah tektonik Indonesia,
sehingga perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk mengetahui karakteristik dari
dua wilayah tektonik tersebut.
Studi ini berfokus pada analisis laju pergeseran sesar aktif menggunakan data campaign GNSS dengan metode Precise Point Positioning (PPP) dari tahun 2016 s.d. 2022. Perhitungan laju pergeseran dilakukan pada 67 titik pantau geodinamika (TPG) di Sesar Semangko, Sesar Baribis, Sesar Kendeng, dan Sesar Matano. Perhitungan laju pergeseran menggunakan metode linear least-square pada MATLAB online. Hasil perhitungan laju pergeseran yang tereferensi ITRF14 dilakukan reduksi lokal terhadap stasiun TPG terdekat untuk mengetahui pola laju pergeseran lokal masing-masing sesar.
Hasil penelitian menunjukkan variasi laju pergeseran pada setiap sesar. Pada Sesar Semangko, laju pergeseran komponen easting mencapai 19,2 mm/tahun, dan setelah reduksi lokal, menjadi 6,6 mm/tahun. Sesar Baribis memiliki rata-rata laju pergeseran komponen easting 26,3 mm/tahun dan setelah reduksi lokal, turun menjadi 3,5 mm/tahun. Sesar Kendeng menunjukkan laju pergeseran 24,4 mm/tahun pada komponen easting dan turun menjadi 4,9 mm/tahun setelah reduksi lokal. Sesar Matano memiliki laju pergeseran yang relatif stabil sebelum dan sesudah reduksi lokal dengan nilai laju pergeseran komponen easting sekitar 10 mm/tahun. Analisis arah vektor kecepatan menunjukkan dominasi arah Timur untuk Sesar Semangko, dan arah Tenggara untuk Sesar Baribis dan Sesar Kendeng, sedangkan Sesar Matano menunjukkan variasi arah yang lebih kompleks. Penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan GNSS dengan metode PPP terbukti efisien serta dapat memberikan data yang akurat untuk analisis laju pergeseran sesar aktif di Indonesia. Hal ini dapat membantu dalam identifikasi aktivitas seismik dan penilaian risiko gempa bumi.
This
tectonic activity has resulted in active faults that trigger earthquakes in the
Indonesian region. Indonesia is divided into two tectonic regions: the western
tectonic region (Sumatra, Kalimantan, and Java) and the eastern tectonic region
(Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, and Papua), each with its distinct
characteristics. Previous studies on active faults have generally been
conducted on a regional basis. However, there has been no comparative analysis
of active faults based on the two tectonic regions in Indonesia; thus, further
research is needed to understand the characteristics of these two tectonic
regions.
This
study analyzes the active fault displacement rate using GNSS campaign data with
the Precise Point Positioning (PPP) method from 2016 to 2022. The rate of
displacement calculations was performed at 67 geodynamic monitoring points
(TPG) along the Semangko Fault, Baribis Fault, Kendeng Fault, and Matano Fault.
The rate of displacement calculations utilized the linear least-squares method
in MATLAB online. The results of the displacement rate calculations, referenced
to ITRF14, were locally adjusted to the nearest TPG station to determine the
local displacement rate patterns for each fault.
The
research findings indicate variations in the rate of displacement for each fault
in the Semangko Fault; the easting component displacement reaches 19,2 mm/year,
and after local reduction, it becomes 6,6 mm/year. The Baribis Fault has an
average easting velocity of 26,3 mm/year, which decreases to 3,5 mm/year after
local reduction. The Kendeng Fault shows a displacement rate of 24,4 mm/year in
the easting component, decreasing to 4,9 mm/year after local reduction. The
Matano Fault exhibits relatively stable displacement before and after local
reduction, with an easting value of approximately 10 mm/year. Velocity vector
analysis indicates Eastward dominance for the Semangko Fault and South-eastward
for the Baribis and Kendeng Faults, while the Matano Fault shows more complex
directional variations. This research demonstrates that the GNSS approach using
the PPP method has proven to be efficient and can provide accurate data for
analyzing the active fault displacement rate in Indonesia. In this regard, it
can assist in predicting seismic activity and assessing earthquake risk.
Kata Kunci : laju pergeseran, sesar aktif Indonesia, precise point positioning (PPP), campaign GNSS.