Ekonomi-Politik dalam Agenda Transformasi Digital Jepang: Pandemi Covid-19 sebagai Momentum Transisi Institusi
SORAYA NABILLA CHANIAGO, Prof. Dr. Poppy Sulistyaning Winanti, M.P.P., M.Sc.
2024 | Skripsi | Ilmu Hubungan Internasional
Jepang merupakan salah satu negara ekonomi terbesar di dunia dan termasuk yang kecanggihan teknologinya paling mutakhir. Namun, Jepang justru tertinggal dibandingkan negara-negara lainnya dalam konteks implementasi dan adopsi transformasi digital (DX), baik di sektor publik, maupun sektor privat. Dalam konteks ini, melekatnya kelembaman institusional pada kelembagaan Jepang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya keterlambatan ini. Namun, ketika pandemi Covid-19, Jepang melakukan upaya akselerasi DX pada berbagai aspek karena berbagai kerentanan dan defisiensi akibat keterlambatan DX terlihat dengan sangat kentara. Skripsi ini menjelaskan tentang bagaimana pandemi Covid-19 dapat memecah kecenderungan kelembaman institusional sekaligus menjadi momentum transisi institusi dan katalis DX. Selain itu, penjelasan terkait pola perubahan institusi yang terjadi dalam konteks DX juga akan dijelaskan pada tulisan ini, khususnya perihal Covid-19 sebagai path clearing accelerator pada proses tersebut.
Kelembaman institusional di Jepang tercermin dari tendensi perubahan institusi Jepang yang lamban, daya saing sektor digital Jepang yang lemah di level global, dan adanya tendensi keengganan, bahkan resistensi atas perubahan, baik di sektor publik, maupun sektor privat. Kesuksesan strategi ekonomi Jepang di masa lalu dan melekatnya sistem warisan menjadi faktor penyebab dari kelembaman institusional. Kelembaman tersebut semakin terlihat ketika pandemi mendisrupsi sistem dan struktur yang ada. Pandemi dilihat sebagai guncangan eksternal yang mengguncang status quo dan menjadi faktor penyebab perubahan institusi. Perubahan tersebut mengikuti pola keseimbangan berselang, periode stabilitas panjang yang berubah seketika saat terjadi guncangan.
Japan is a highly technologically advanced country and one of the largest economies in the world. However, Japan lags behind in the implementation and adoption of digital transformation (DX), both in the public and the private sector. The entrenched institutional inertia of Japanese institutions is one of the factors that hinders DX in this country. However, post Covid-19 pandemic, Japan worked to speed up DX in a number of areas since the flaws and risks brought on by DX delays were readily apparent. This thesis argues how the Covid- 19 pandemic can become a catalyst for DX, a momentum for institutional transition, and a break from the propensity of institutional inertia. This study will also define the pattern of institutional change that takes place in the context of DX, with a focus on Covid-19's role as a path-clearing accelerator.
Institutional inertia in Japan is reflected in the slow pace of change in Japanese institutions, the weak competitiveness of Japan's digital sector at the global level, and the tendency of reluctance, even resistance to change, in both the public and private sectors. The success of Japan's economic strategies in the past and the legacy system are contributing factors to institutional inertia. This inertia became even more pronounced when the pandemic disrupted existing systems and structures. The pandemic was seen as an external shock that break away the status quo and became a contributing factor to institutional change. The changes follow the pattern that explained in punctuated equilibrium theory, a long period of stability that punctuated by a short period of radical change.
Kata Kunci : transformasi digital, kelembaman institusional, Covid-19, keseimbangan berselang, Jepang