Laporkan Masalah

Studi tentang Eksistensi Penghayat Kepercayaan Pahoman Sejati Pasca Putusan MK tentang Administrasi Kependudukan Penghayat dan Hubungan Pluralitas di Dusun Wonogiri, Sawangan, Magelang

AZHIZHAH ZUKI NOVIANINGTYAS, Dr. Lambang Trijono, M.A.

2024 | Skripsi | Sosiologi

Aliran Kepercayaan yang diyakini sebagai agama pertama di Indonesia mendapatkan perlakuan yang tidak adil oleh pemerintah negaranya sendiri, bertahun-tahun para Penghayat berjuang bersama untuk mendapatkan hak sebagai warga negaranya. Saat ini, keberadaan Penghayat Kepercayaan di Indonesia tidak bisa lepas dari putusan Mahkamah Konstitusi No.97/PUU-XIV/2016. Isi putusan yang lebih melindungi dan merangkul penduduk Penghayat Kepercayaan Indonesia di Indonesia ini menjadikan Penghayat Kepercayaan menjadi lebih eksis dan yakin bahwa keberadaannya semakin diakui oleh Pemerintah Indonesia. Untuk mempertahankan aliran yang diyakininya, mereka melakukan ritual keagamaan sebagai bentuk wujud bukti keagamaan pada umumnya. Mereka dihadapkan dan hidup berdampingan dengan agama yang lebih dulu diakui di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan terkini dari Penghayat Pahoman Sejati di Dusun Wonogiri pasca adanya putusan Mk dan praktik ritual agama apa saja yang dilakukan, selain itu penelitian ini juga untuk mengetahui sejauhmana hubungan antar agama Islam, Kristen, Katolik, dan Penghayat yang terbangun dalam pluralitas keagamaan di masyarakat pedesaan. 

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen. Untuk menganalisis hasil penelitian menggunakan konsep teori The Elementary Forms of The Religious Life dari Emile Durkheim, kemudian ada teori The Indigenous Peoples Movement : Theory, Policy, and Practice milik Dr Duane Champagne, dan teori Citizenship and Pluralism dari Peter Berger. 

Dari temuan hasil penelitian mengungkapkan bahwa keberadaan terkini Penghayat Kepercayaan Pahoman Sejati masih eksis bisa mengikuti perkembangan zaman, meskipun jumlah pengikutnya berkurang karena dampak dari adanya pembatasan atau ketidaksetaraan antar agama. Praktik ritual keagamaan Penghayat Pahoman Sejati merupakan praktik atau cara Penghayat berkomunikasi dengan Tuhan dan nenek moyangnya. Kemudian, ikatan antar agama yang ada di Dusun Wonogiri sangat baik, tidak pernah ada diskriminasi ataupun saling menjatuhkan. Keberagaman yang ada di Dusun Wonogiri merupakan sebuah keistimewaan yang harus dijaga dan dilestarikan. 


The sect of belief which is believed to be the first religion in Indonesia, has received infair treatment by the government of its own country. For years, its adherents have struggled together to obtain their rights as citizens of their country. Currently, the existence of Penghayat Kepercayaan in Indonesia cannot be separated from the Mahkamah Konstitusi decision No. 97/PUU-XIV/2016. The content of the decision, which better protects and embraces the population of Penghayat Kepercayaan in Indonesia, makes Penghayat Kepercayaan more visible and confident that their existence is increasingly recognized by the Indonesian government. To maintain the sect they believe in, they perform religious rituals as a form of religious evidence in general. They are faced with and live side by side with religions that were previously recognized in Indonesia. The aim of this research is to determine the current existence of  Pahoman Sejati in Dusun Wonogiri after Mahkamah Konstitusi decision and what religious ritual practices are carried out. Apart from that, this research is also to find out the extent of the relationship between Islam, Kristen, Katolik, and Penghayat Kepercayaan, which is built on prurality religion in rural.   

This research uses a qualitative descriptive research type with a phenomenological approach. Using data collection techniques such as in-depth interviews, observation, and document study, analyze the research results using the concept of The Elementary Forms of the Religious Life from Emile Durkheim, then using the theory of The Indigenous Peoples' Movement: Theory, Policy, and Practice by Dr. Duane Champagne and the theory of  citizenship and plurality by Peter Berger. 

The research findings reveal that the current existence of Pahoman Sejati Faith adherents still exists and can keep up with the times, even though the number of followers is decreasing due to the impact of restrictions or inequality between religions. The religious ritual practices of Pahoman Sejati adherents are the practice or way for adherents to communicate with God and their ancestors. Then, the inter-religious ties in Dusun Wonogiri  are very good; there is never any discrimination or putting each other down. The diversity that exists in Dusun Wonogiri is a feature that must be maintained and preserved.

Kata Kunci : Eksistensi, Ritual, Penghayat, Pahoman Sejati, Pluralitas

  1. S1-2024-462924-abstract.pdf  
  2. S1-2024-462924-bibliography.pdf  
  3. S1-2024-462924-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2024-462924-title.pdf