Laporkan Masalah

Strategi adaptasi migran Banjar di Kota Palangka Raya :: Pasca konflik Dayak-Madura Kalimantan Tengah

TAUFIK, Prof. Ida Bagoes Mantra, PhD

2004 | Tesis | S2 Kependudukan

Peristiwa konflik etnis Dayak dan Madura di Kalimantan Tengah membawa dampak yang berarti bagi keberadaan penduduk pendatang di daerah tujuan. Paling tidak, peristiwa konflik tersebut merupakan realitas pertentangan antara penduduk asli dengan pendatang, akibat adanya disharmonisasi sosial, ekonomi, politik dan kultur yang dimiliki masing-masing etnis. Penguatan etnisitas pada penduduk asli pasca konflik mendorong kelompok pendatang merekonstruksi strategi adaptasi dalam menjaga keseimbangan hubungan antar etnis. Tak terkecuali etnis Banjar, salah satu etnis mayoritas di Kota Palangka Raya mengalami dampak akibat penguatan etnisitas tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukakan penelitian terhadap migran Banjar dalam upaya mengkonstruksi strategi adaptasi di daerah yang pernah dilanda konflik untuk keberlangsungan hidupnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi sosial migran Banjar, strategi adaptasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi selama pasca konflik di Kota Palangka Raya. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan unit analisis individu di Kelurahan Panarung dan Kelurahan Pahandut. Data yang dikumpulkan secara purposive dengan jumlah responden masing-masing 40 orang. Teknik analisis yang digunakan adalah tabel frekuensi, tabulasi, uji -T. Data tersebut dilengkapi dengan analisa kualitatif melalui interpretasi terhadap hasil wawancara dan observasi lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pasca konflik telah menimbulkan kesadaran bagi etnis Banjar untuk merekonstruksi strategi adaptasi terhadap penduduk asli dengan upaya penguatan interaksi sosial, keterlibatan kegiatan sosial dan pemanfaatan asosiasi suka rela sebagai jaringan sosial hubungan antar etnis. Strategi adaptasi lebih didasarkan pada kepentingan-kepentingan ekonomi. (2) Dalam strategi adaptasi tersebut terdapat perbedaan antara migran Banjar yang tinggal di Kelurahan Panarung dan Kelurahan Pahandut disebabkan oleh faktor umur, pekerjaan, pendidikan, lama tinggal dan lokasi pemukiman. Strategi adaptasi di Panarung lebih baik daripada di Pahandut, tetapi strategia adaptasi dengan pemanfaatan Asosiasi sukarela di Pahandut lebih baik daripada di Panarung (3) Tingkat kriminalitas, keterlibatan dalam dukungan politik dan kegiatan ke-Islaman yang semarak dilakukan etnis Banjar menimbulkan masalah-masalah baru dalam hubungan antar etnis. Keterbukaan hubungan dan toleransi diperlukan dalam memandang eksistensi masing-masing etnis. Pemerintah perlu menggalakkan aktifitas-aktifitas sosial yang mendorong kebersamaan etnis di Kota Palangka Raya

The conflict between the Dayakese and Maduranese in Central Kalimantan brought a deep impact to the existence of immigrants in destination area. The conflict is at least an dispute among natives and immigrants caused by social, economy, politics and cultural disharmony of each ethnic. Ethnicity reinforcement among natives after conflict forced immigrants to reconstruct adaptation strategy in keeping the stability of inter-ethnic relationship. The Banjarese is one of the biggest ethnics in Palangka Raya that experience this. Thus, it is important to do a research toward The Banjarese migrants on their efforts to reconstructs adaptation strategy in conflict areas to be able to survive. The aim of this research is to know the social condition of The Banjarese migrants, their adaptation strategy, and elements which influence it during the post-conflict phase in Palangka Raya. The research uses survey and individual analysis unit in Panarung and Pahandut village. Data will be collected based on purposive sampling with the sum of 40 people. The analysis technique will be used are frequency table, tabulation, and T- test. The data will be completed by qualitative analysis through interpretation toward interview and field observation. The result shows: (1) The post-conflict phase has grown The Banjarese awareness to reconstruct adaptation strategy toward natives by social interaction reinforcement, involvement in social action and making use of voluntary association as an inter-ethnic social relationship net. The adaptation strategy is done based on the economic interest (2) There is difference between The Banjarese migrants in Panarung and Pahandut in their adaptation strategy caused by age, kind of jobs, education level, duration of staying and location. The adaptation strategy in Panarung is better than in Pahandut, but adaptation strategy by making use of voluntary association in Pahandut is better than in Panarung (3) The level of crimes, the Banjarese involvements in politics and Islamic activities have raised new problems in inter-ethnic relationship. Transparency and tolerance are needed in seeing the existence of each ethnic group. Government needs to encourage social activities in order to support togetherness among ethnics in Palangka Raya. Key word: Banjarese migrant, Adaptation Strategy

Kata Kunci : Ketahanan Nasional,Adaptasi Migran Banjar,Pasca Konflik


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.