Bioavailabilitas dan Serapan K oleh Jagung Manis pada Alfisol-Ponjong, Gunungkidul yang diberi Amandemen Tanah dan Pupuk K2SO4
LINTANG CHOIRUNESA, Dr. Ir. Eko Hanudin, M.P., IPU., ASEAN Eng. ; Dr. Agr. Cahyo Wulandari, S.P., MP
2024 | Skripsi | ILMU TANAH
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembenah
tanah dan pupuk K2SO4 terhadap beberapa sifat kimia
tanah, sifat agronomis tanaman jagung manis, dan dosis optimum terhadap
parameter serapan hara K tanaman jagung manis. Pengambilan sampel tanah
dilakukan pada saat sebelum tanam, setelah inkubasi, dan setelah panen.
Pengambilan sampel tanaman dilakukan pada saat 53 HST atau pada saat fase
vegetatif maksimal. Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Bulaksumur Fakultas
Pertanian Universitas Gadjah Mada serta dilakukan analisis laboratorium di
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Rancangan penelitian yang digunakan
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) 2 faktor dengan 12 perlakuan sebanyak 3
ulangan dan 2 kontrol (kontrol dengan tanah asli dan kontrol tanah dengan pupuk
dasar masing-masing 3 ulangan). Amandemen tanah yang diberikan antara lain, arang
sekam padi dan pupuk kandang sapi dengan perbandingan 1:1 serta 10 gram mikoriza.
Perlakuan pemberian amandemen tanah terdiri dari 3 taraf yaitu arang sekam
padi, pupuk kandang sapi masing-masing sebanyak 5 ton/ha (A10-M), 10 ton/ha (A20-M),
15 ton/ha (A30-M). Dosis pupuk K2SO4 terdiri dari 4 taraf
antara lain, 0 kg/ha, 60 kg/ha, 120 kg/ha, dan 180 kg/ha. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dosis optimal terdapat pada 20 ton/ha amandemen tanah dan 180
kg/ha pupuk K2SO4 mampu memberikan hasil terbaik untuk
meningkatkan kadar dan serapan hara K pada tanaman jagung manis.
The aim of this study is to determine the
effect of soil amendments and K2SO4 fertilizer on several
soil chemical properties, agronomic traits of sweet corn plants, and the
optimal dosage for potassium nutrient uptake in sweet corn plants. Soil samples
were taken before planting, after incubation, and after harvest. Plant samples
were collected at 53 days after planting (DAP), during the maximal vegetative
phase. The study was conducted in the Bulaksumur Greenhouse, Faculty of
Agriculture, Gadjah Mada University, and laboratory analyses were performed at
the Faculty of Agriculture, Gadjah Mada University. The experimental design
used was a Completely Randomized Design (CRD) with 2 factors, comprising 12
treatments with 3 replications and 2 controls (control with native soil and
control with basal fertilizer, each with 3 replications). The soil amendments
applied included rice husk charcoal and cow manure in a 1:1 ratio, along with
10 grams of mycorrhiza. The soil amendment treatments consisted of 3 levels:
rice husk charcoal and cow manure at 5 tons/ha (A10-M), 10 tons/ha (A20-M), and
15 tons/ha (A30-M). The K2SO4 fertilizer dosages were 0
kg/ha, 60 kg/ha, 120 kg/ha, and 180 kg/ha. The results showed that the optimal
dosage was 20 tons/ha of soil amendment and 180 kg/ha of K2SO4
fertilizer, which provided the best outcomes for increasing the content and
uptake of potassium in sweet corn plants.
Kata Kunci : arang sekam padi, alfisol calcareous, jagung manis, mikoriza, pupuk K2SO4, pupuk kandang sapi