Laporkan Masalah

AKTIVITAS PELAYARAN DAN PERDAGANGAN BIMA DI NUSA TENGGARA BARAT PADA ABAD XIV-XX MASEHI

IZZAL FATURRAHMI AUDINA, Dr. Widya Nayati, M.A.

2024 | Tesis | S2 Arkeologi

Bima merupakan salah satu bandar yang ikut terlibat dalam aktivitas maritim Nusantara di masa lampau. Hal ini karena letaknya yang strategis yaitu di jalur Nusantara Malaka-Jawa-Maluku. Bima menjadi tempat singgah para pelayar dan pedagang untuk mengisi perbekalan, berlindung dari angin, maupun berniaga. Melalui aktivitas pelayaran dan perdagangan Bima berinteraksi dan mendapat pengaruh dari budaya lain. Oleh karena itu, sangat menarik untuk mengkaji jejak arkeologis aktivitas itu di masa lampau khususnya di masa Kerajaan Bima dan Kesultanan Bima (XIV-XX M).

Penelitian ini bertujuan untuk merekonstruksi aktivitas pelayaran dan perdagangan masa Kerajaan Bima (XIV-XVII M) dan Kesultanan Bima (XVII-XX M) yang berada di Teluk Bima; mengungkap pengaruh lanskap terhadap aktivitas pelayaran; dan perdagangan dan kesinambungan budaya maritim antara masa lampau dan masa kini. Data yang digunakan di antaranya adalah data arkeologis, sejarah, lanskap, dan etnografi. Penelitian ini menggunakan analisis arkeologi, analisis sejarah, analisis kesinambungan budaya, dan analisis lanskap.

Hasil penelitian ini adalah rekonstruksi aktivitas pelayaran dan perdagangan di Teluk Bima pada abad XIV-XX M selama pemerintahan Kerajaan dan Kesultanan Bima dengan kajian arkeologi. Aspek-aspek yang diungkap di antaranya adalah komoditas yang diimpor dan ekspor; pusat dan rute pelayaran dan perdagangan yaitu pelabuhan Bima, pasar dan area komersial di sekitarnya; pelaku pelayaran dan perdagangannya adalah sebagian besar para pendatang seperti orang Melayu, Makassar, Bajo, dan juga masyarakat lokal; sistem pelayaran Bima awalnya diatur oleh raja kemudian sultan dan tidak lama dimonopoli oleh kompeni Belanda; dan sistem perdagangannya menggunakan sistem pertukaran kemudian menggunakan sistem takaran atau mata uang. Lanskap Bima sangat berpengaruh terhadap aktivitas pelayaran dan perdagangan Bima terkait kondisi geografis (topografi) dan ketersediaan sumber daya baik vegetasi maupun hewan (liar dan ternak). Lanskap juga mempengaruhi kesinambungan budaya pelayaran dan perdagangan Bima. Budaya pelayaran di pesisir dan budaya perdagangan pesisir-pedalaman sekarang tidak jauh berbeda dengan masa lampau hanya menyesuaikan perkembangan teknologi.

Bima is one of the port which was involved in Indonesian maritime activities in the past. This is because Bima is stragically located in the Malaka-Jawa-Malaku archipelago route. So it is a stopover for sailors and traders to fill supplies, take shelter from the wind, or trading. Because of the shipping and trade activities, Bima interacted with and was influenced by other cultures. This reason underlies researcher’s interest in studying archaeological traces of this activity during the Kerajaan Bima and Kesultanan Bima (14-20 AD).

This research aims to reconstruct the shipping and trade activities of Kerajaan Bima (14-17 AD) and Kesultanan Bima (17-20 AD) in Bima Bay; revealing the influence of the landscape on shipping and trade activities; and the continuity of maritime culture between the past and the present. The data used includes archaeological, historical, landscape and ethnographic data. This research uses archaeological analysis, historical analysis, cultural continuity analysis, and landscape analysis.

The result of this research is reconstruction of shipping and trade activities in Bima Bay in the 14-20th AD during the reign of Kerajaan Bima and Kesultanan Bima using archaeological studies. The aspects disclosed include imported and exported commodities; shipping and trade centers and routes, namely Pelabuhan Bima, market,  and commercial areas; the shipping and trade actors are mostly immigrants such as Malays, Makassarese, Bajoans, and also local people; the Bima shipping system was initially regulated by kings and then sultans and was soon monopolized by the Dutch Company; and the trading system uses an exchange system and then uses a measurement or currency system. The Bima landscape influences shipping and trade activities related to geographical conditions and the availability of resources, both vegetation and animals. Today's coastal shipping culture and coastal-inland trade culture are not much different from the past, only adapting to technological developments.

Kata Kunci : Teluk Bima, Pelayaran dan Perdagangan, Sejarah Maritim Bima, Kerajaan Bima, Kesultanan Bima

  1. S2-2024-467024-abstract.pdf  
  2. S2-2024-467024-bibliography.pdf  
  3. S2-2024-467024-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2024-467024-title.pdf