Hubungan Fatigue dengan Kualitas Hidup pada Pasien Anak dengan Sistemik Lupus Eritematosus di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Anisa Nurul Miranti, Lely Lusmilasari, S.Kp.,M.Kes.,Ph.D.; Dr. Wenny Artanty Nisman, S.Kep.,Ns.,M.Kes

2024 | Skripsi | ILMU KEPERAWATAN

Latar Belakang : Analisis sistematis di Asia-Pasifik menunjukkan tingkat kejadian SLE antara 0,9 dan 3,1 per 100.000 orang per tahun. Di Indonesia, prevalensi SLE ialah 0,5?ri populasi. Insidensi anak dengan SLE di dunia antara 0,22-0,90 kasus per 100.000 orang setiap tahun. Sebanyak 30-50% pasien SLE mengalami fatigue. Menurut Perhimpunan Reumatologi Indonesia (2011) fatigue ialah penyebab utama morbiditas pada penderita SLE, seiring dengan penurunan kualitas hidup dan keparahan penyakit.

Tujuan Penelitian : mengetahui hubungan antara fatigue dengan kualitas hidup pada pasien anak dengan SLE.

Metode : Analitik korelatif kuantitatif. Menggunakan nonprobability sampling dengan teknik accidental sampling. Jumlah sampel 51 anak SLE usia 8-18 tahun. Instrumen yang digunakan adalah Pediatrics Quality Of Life Remathoid Module (PedsQL-RM) dan Kids Fatigue Severity Scale (KFSS). Analisa yang digunakan berupa analisa univariat dan bivariat. Uji statistik menggunakan uji Spearman Rank.

Hasil : pasien SLE anak mayoritas berjenis kelamin perempuan (90,2%). Dominasi usia berada pada rentang usia remaja (>12 – 18 tahun) sebesar 84,32 %. Usia rata- rata 14,7+2,25 tahun, dominan pada kategori severe sebesar 88,24 ?ngan rata- rata usia saat terdiagnosa adalah 13,4+2,50 tahun. Sebanyak 54,9% pasien mengalami fatigue. Sebagian besar pasien mempunyai kualitas hidup yang baik (80,4%). Nilai signifikansi hubungan antara fatigue dengan kualitas hidup anak menggunakan uji Spearman’s rho diperoleh nilai p = 0,078 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara fatigue dengan kualitas hidup anak.

Kesimpulan : Lebih dari separuh pasien anak dengan SLE mengalami fatigue. Sebagian besar mempunyai kualitas hidup yang baik. Tidak terdapat hubungan antara fatigue dengan kualitas hidup pada pasien anak dengan SLE (p value =0,078).

Background: Systematic analysis in Asia-Pacific shows SLE incidence rates between 0.9 and 3.1 per 100,000 people per year. In Indonesia, the prevalence of SLE is 0.5% of the population. The incidence of children with SLE in the world is between 0.22-0.90 cases per 100,000 people every year. As many as 30-50% of SLE patients experience fatigue. According to the Indonesian Rheumatology Association (2011), fatigue is the main cause of morbidity in SLE sufferers, along with a decrease in quality of life and disease severity.

Research Objective: to determine the relationship between fatigue and quality of life in pediatric patients with SLE.

Method: Quantitative correlative analysis. Using nonprobability sampling with accidental sampling technique. The total sample was 51 SLE children aged 8-18 years. The instruments used were the Pediatrics Quality of Life Rheumatoid Module (PedsQL-RM) and the Kids Fatigue Severity Scale (KFSS). The analysis used is univariate and bivariate analysis. Statistical tests use Spearman Rank test.

Results: The majority of pediatric SLE patients were female (90.2%). The age dominance is in the teenage age range (>12 – 18 years) amounting to 84.32%. The average age is 14.7+2.25 years, dominant in the severe category at 88.24% with the average age at diagnosis being 13.4+2.50 years. As many as 54.9% of patients experienced fatigue. Most patients had a good quality of life (80.4%). The significance value of the relationship between fatigue and children's quality of life using the Spearman's rho test obtained a value of p = 0.078, indicating that there is no relationship between fatigue and children's quality of life.

Conclusion: More than half of pediatric patients with SLE experience fatigue. Most have a good quality of life. There was no relationship between fatigue and quality of life in pediatric patients with SLE (p value = 0.078).

Kata Kunci : Fatigue, Kualitas hidup, SLE anak, Quality of life, children