KAJIAN TINGKAT KEKRITISAN DAERAH RESAPAN AIR DI KECAMATAN GUNUNGPATI BAGIAN SELATAN, KOTA SEMARANG
Hatfan Aufar Kharis, Dr. Eng. Ir. Wawan Budianta, S.T., M.Sc., IPM. ; Ir. Anastasia Dewi Titisari, M.T., Ph.D., IPU.
2024 | Tesis | S2 Teknik Geologi
Perluasan Kota Semarang ke arah selatan, khususnya Kecamatan Gunungpati, menyebabkan terjadinya perubahan tata guna lahan menjadi kawasan permukiman. Perubahan ini menyebabkan menurunnya kualitas daerah resapan air di Kecamatan Gunungpati, karena meningkatkan impervious zone di daerah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persebaran tingkat kekritisan daerah resapan air di Kecamatan Gunungpati bagian selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis spasial yang dikombinasikan dengan dua pendekatan, yaitu Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Permen LHK No.10 Tahun 2022. Hasil pemodelan berupa peta persebaran tingkat kekritisan daerah resapan air diuji validitasnya dengan menggunakan receiver operating characteristics (ROC) analysis berdasarkan titik genangan di lokasi penelitian. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah laju infiltrasi, litologi, tata guna lahan, kemiringan lereng, dan kedalaman muka air tanah. Berdasarkan hasil pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Permen LHK No.10 Tahun 2022, diketahui bahwa terdapat 6 kelas tingkat kekritisan daerah resapan air, yaitu baik, normal alami, mulai kritis, agak kritis, kritis, dan sangat kritis. Hasil pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP) menunjukkan bahwa kelas agak kritis yang paling dominan dengan persentase luas 51,56?ri total luas lokasi penelitian, yang tersebar di hampir seluruh lokasi penelitian. Sedangkan hasil pendekatan Permen LHK No.10 Tahun 2022 menunjukkan bahwa kelas normal alami yang paling dominan dengan persentase luas 37,63?ri total luas lokasi, yang tersebar hampir di seluruh lokasi penelitian, banyak terkonsentrasi di bagian timur sampai ke barat. Berdasarkan receiver operating characteristics (ROC) analysis, diketahui model persebaran tingkat kekritisan daerah resapan air menggunakan pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP) memiliki nilai area under curve (AUC), yaitu 0,716, sedangkan untuk Permen LHK No.10 Tahun 2022 memiliki nilai area under curve (AUC), yaitu 0,586. Hal ini menjukkan bahwa kualitas model dari Analytical Hierarchy Process (AHP) lebih baik daripada Permen LHK No.10 Tahun 2022.
Semarang city expansion to the southern area,
specifically on Gunungpati District caused land use change becoming urban area.
Land use change in this area caused declining water catchment area quality in
Gunungpati District which correlate with increasing impervious zone in this
area. This research aims to find out distribution of water catchment area
criticality in southern part of Gunungpati District. In this research, spatial
analysis was carried out and combined with two approaches, namely Analytical Hierarchy
Process (AHP) and Environmental and Forestry ministerial regulation number 10
on 2022. Modelling result of this research is water catchment area criticality
distribution map where its validity was tested with Receiver Operating
Characteristics (ROC) analysis based on puddle points in research location.
Several parameters were used in this research namely infiltration rate,
lithology, land use, slope, and groundwater table depth. Based on Analytical
Hierarchy Process (AHP) and Environmental and Forestry ministerial regulation
number 10 on 2022, there are six classes of water catchment criticality level
from good, naturally normal, started to be critical, moderately critical,
critical, very critical. From AHP methods also known bit of critical class
dominating with 51.56% of total research area and it distributes evenly. On the
other hand, from ministerial regulation, natural normal is dominating with
37.63% of total research area, which distributes evenly but concentrates in
eastern to western area. Based on Receiver Operating
Characteristics (ROC) analysis,
water catchment criticality distribution model with AHP methods has area under
curve (AUC) score 0.716 while the minestrial regulation has 0.586 AUC score.
Based on ROC analysis, quality of AHP distribution model is better than minestrial
regulation.
Kata Kunci : Kata Kunci: Persebaran, Daerah Resapan Air, Gunungpati