Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Bawang Merah di Kapanewon Wonosari Kabupaten Gunungkidul
INTAN RATNASARI MURDININGRUM, Dr. Jangkung Handoyo Mulyo, S.P., M.Ec.; Muh Amat Nasir, S.P., M.Sc
2024 | Skripsi | SOS.EK. PERTANIAN (AGROBISNIS)
Pentingnya peran pangan sebagai sumber energi dalam melakukan aktivitas sehari-hari menyebabkan pangan harus dapat diakses setiap saat. Harga jual bawang merah yang berfluktuasi menyebabkan pendapatan sebagai salah satu akses ekonomi petani bawang merah terhadap pangan menjadi tidak stabil yang kemudian berkorelasi terhadap ketahanan pangan rumah tangga. Hal ini kemudian juga akan mencerminkan kondisi kesejahteran rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani bawang merah di Kapanewon Wonosari, Kabupaten Gunungkidul dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Penelitian dilakukan terhadap 50 petani bawang merah di desa Karangrejek dan Duwet di Kapanewon Wonosari yang menjadi sentra produksi bawang merah di Kabupaten Gunungkidul. Ketahanan pangan rumah tangga diukur dengan indikator klasifikasi silang Pangsa Pengeluaran Pangan (PPP) dan Tingkat Konsumsi Energi (TKE) oleh Jonsson dan Toole. Faktor-faktor yang memengaruhi PPP dan TKE diketahui dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukan bahwa rumah tangga petani bawang merah 50% tahan pangan, 40% kurang pangan, 4% rawan pangan, dan 6% rentan pangan. Sementara itu, faktor-faktor yang memengaruhi ketahanan pangan berdasarkan pendekatan PPP, yaitu jumlah anggota keluarga dapat meningkatkan PPP, sedangkan rasio pendapatan bawang merah dan pendidikan ibu rumah tangga dapat menurunkan PPP. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan TKE adalah tingkat kemiskinan, sedangkan yang menurunkan TKE adalah rasio pendapatan bawang merah dan harga beras.
The important role of food as the main energy resource for daily activities means that it must be accessible every time. The fluctuating selling price of shallots causes instability of shallot farmer’s income which is one of the economic access of food and will correlate with household food security. Furthermore, it will also reflect the level of household welfare. This research aims to determine the level of food security of shallot farm households in the Wonosari sub-district and the factors that affect it. This research included 50 shallot farmers from Karangrejek and Duwet which were part of the Wonosari sub-district that is the center of shallot production in Gunungkidul Regency. The level of food security was analyzed using the Jonsson and Toole method by crossing indicators of food expenditure (PPP) and energy consumption (TKE). Factors affecting the food security of shallot farm households were analyzed using the Ordinary Least Square (OLS) method. The results show that based on Jonsson and Toole’s indicator, 50% of farm households are food secured, 40% are food less secured, 4% are food insecure, and 6% are vulnerable. The number of family members can increase the share of food expenditure of shallot farmer households while the ratio of shallot production income, and education of the housewife can decrease the share of food expenditure (PPP). The level of poverty can increase the level of energy consumption of shallot farmer households, while the ratio of shallot production income and price of rice can decrease the energy consumption.
Kata Kunci : bawang merah, ketahanan pangan rumah tangga, Jonsson and Toole, pangsa pengeluaran pangan, tingkat konsumsi energi