Strategi Komunikasi dan Difusi Inovasi Program Penggunaan Tyto Alba untuk Penanggulangan Hama Tikus dalam Proses Pemberdayaan Kelompok Tani Margo Mulyo Cancangan Sleman
QONITA NADYA SARI, Drs. Hendrie Adji Kusworo, M.Sc., Ph.D.
2024 | Skripsi | ILMU SOSIATRI
Tujuan SDGs kedua yang ingin dicapai oleh dunia yaitu mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan memromosikan pertanian berkelanjutan. Saat ini, akses pangan belum dapat dilakukan secara merata bagi semua orang sehingga berpengaruh pada kelaparan dan gizi buruk. Kerawanan pangan global juga diperparah dengan adanya pandemi COVID 19 dan konflik geopolitik Rusia-Ukraina. Terdapat berbagai faktor yang memengaruhi kerawanan pangan mulai dari turunya produktivitas lahan, gagal panen hingga kualitas lingkungan yang semakin memburuk. Raptor Club Indonesia bekerjasama dengan PT Pertamina Patra Niaga Aviation Fuel Terminal YIA Group menjadi salah satu pihak yang turut berusaha membantu pengadaan ketersediaan pangan melalui program inovasi pertanian berkelanjutan. Inovasi yang dilakukan yaitu pemanfaatan burung hantu tyto alba sebagai pemangsa alami hama tikus. Sebagai suatu hal yang baru tentu membutuhkan komunikasi agar ide tersebut dapat didistribusikan dan diadopsi oleh masyarakat sehingga berdampak pada peningkatan kualitas hidupnya. Perlunya pengkajian lebih lanjut terkait proses difusi inovasi serta implikasinya terhadap tahapan pemberdayaan masyarakat sehingga ide tersebut dapat diterima dan diimplementasikan. Penelitian ini mengunakan metode kualitatif deskriptif dengan berdasarkan sumber data primer dan sekunder yang berasal dari hasil observasi, wawancara mendalam, dokumentasi dan studi pustaka.
Hasil dari penelitian ini adalah ditemukan empat unsur difusi inovasi yang diaplikasikan dalam pendistribusian program yaitu ide inovasi dari Raptor Club Indonesia (RCI), saluran komunikasi dalam penyampaiannya menggunakan komunikasi interpersonal, jangka waktu proses difusi yang beragam bergantung pada calon adopter serta keterlibatan beberapa sistem sosial yakni Raptor Club Indonesia (RCI), PT Pertamina Fuel Terminal YIA Group dan menyasar pada Kelompok Tani Margo Mulyo. Berawal dari unsur tersebut, RCI selaku inovator melakukan proses difusi mulai dari pengenalan, persuasi, pengambilan keputusan dan konfirmasi. Pengenalan dilakukan dengan sosialisasi serta edukasi terkait burung hantu dan manfaatnya kemudian dilanjutkan proses persuasi melalui kegiatan diskusi sehingga informasi dapat tersampaikan secara lebih mendalam. Tahapan selanjutnya adalah pengambilan keputusan dari calon adopter berupa penerimaan maupun penolakan dan terakhir konfirmasi yang ditunjukkan dengan upaya mempertahankan inovasi apabila terjadi penerimaan di masyarakat. Proses difusi dilakukan secara beriringan dengan tahapan pemberdayaan masyarakat yaitu penyadaran, pengkapasitasan dan pendayaan. Tahap penyadaran dilakukan dengan edukasi masyarakat terkait peningkatan produktivitas lahan dan peluang pertanian. Selanjutnya dilakukan tahapan pengkapasitasan dengan penyaluran pengetahuan terkait cara membuat lingkungan ramah burung hantu sehingga mampu melakukan operasional program secara mandiri pada tahap pendayaan. Berdasarkan uraian di atas difusi inovasi berimplikasi pada tahapan pemberdayaan masyarakat karena kedua aspek tersebut saling berkaitan satu sama lain.
Kata kunci: Difusi, Inovasi, Tahapan Pemberdayaan Masyarakat
The second SDG goal is to end hunger, achieve food security and promote sustainable agriculture. Currently, access to food has not been equitable for everyone, leading to hunger and malnutrition. Global food insecurity is also exacerbated by the COVID-19 pandemic and the Russia-Ukraine geopolitical conflict. There are various factors that affect crop insecurity ranging from declining land productivity, crop failure to deteriorating environmental quality. Raptor Club Indonesia in collaboration with PT Pertamina Patra Niaga Aviation Fuel Terminal YIA Group is one of the parties that is trying to help procure food availability through a sustainable agricultural innovation program. The innovation is the utilization of tyto alba owls as natural predators of rat pests. As something new, it certainly requires communication so that the idea can be distributed and adopted by the community so that it has an impact on improving their quality of life. Further study is needed regarding the innovation diffusion process and its implications for the stages of community empowerment so that the idea can be accepted and implemented. This research uses descriptive qualitative methods based on primary and secondary data sources derived from observation, in-depth interviews, documentation and literature studies.
The results of this study found four elements of innovation diffusion applied in program distribution, namely innovation ideas from Raptor Club Indonesia (RCI), communication channels in delivery using interpersonal communication, a variety of diffusion process timeframes depending on potential adopters and the involvement of several social systems namely Raptor Club Indonesia (RCI), PT Pertamina Fuel Terminal YIA Group and targeting the Margo Mulyo Farmer Group. Starting from these elements, RCI as an innovator carries out the diffusion process starting from introduction, persuasion, decision making and confirmation. The introduction is done by socialization and education related to owls and their benefits, followed by the persuasion process through discussion activities so that information can be conveyed in more depth. The next stage is decision-making from potential adopters in the form of acceptance or rejection and finally confirmation, which is shown by efforts to maintain innovation if there is acceptance in the community. The diffusion process is carried out in tandem with the stages of community empowerment, namely awareness, capacity building and empowerment. The awareness stage is carried out by educating the community regarding increasing land productivity and agricultural opportunities. Furthermore, the capacity building stage is carried out by distributing knowledge related to how to create an owl-friendly environment so that they are able to carry out program operations independently at the enrichment stage. Based on the description above, the diffusion of innovation has implications for the community empowerment stage because the two aspects are interrelated with each other.
Keywords: Diffusion, Innovation, Community Empowerment Stages
Kata Kunci : Kata kunci: Difusi, Inovasi, Tahapan Pemberdayaan Masyarakat