KESEDIAAN PETANI KOPI MEMBAYAR PUPUK NPK NONSUBSIDI DI KOTA PAGAR ALAM
Meizar Hanafi, Prof. Dr. Ir. Irham, M.Sc.; Dr. Ir. Lestari Rahayu Waluyati, M.P
2024 | Tesis | S2 Magister Manj.Agribisnis
Produktivitas menjadi isu penting dalam
pengembangan kopi rakyat di Indonesia termasuk di Kota Pagar Alam yang
produktivitasnya masih rendah yang tidak dapat
ditingkatkan apabila hanya mengandalkan bantuan
subsidi pupuk, sehingga penggunaan
pupuk NPK nonsubsidi khusus kopi merupakan alternatif untuk mencukupi kebutuhan
pupuk meskipun harganya relatif lebih mahal. Banyak penelitian telah dilakukan
terkait kopi, namun tidak ada yang terkait kesediaan membayar pupuk tersebut. Untuk itu penelitian ini bertujuan
untuk: (1) mengetahui tingkat pendapatan usahatani kopi robusta di Kota Pagaralam dan
perbandingannya terhadap nilai sewa lahan, (2) mengetahui nilai kesediaan
membayar petani terhadap pupuk NPK nonsubsidi untuk kopi di Kota Pagaralam dan
perbandingannya terhadap harga pasar, 3) mengetahui pengaruh pendapatan
usahatani kopi dan faktor lainnya yang terhadap nilai kesediaan membayar petani
di Kota Pagaralam. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive dengan
pertimbangan wilayah penghasil kopi robusta tertinggi dan terendah. Sebanyak
100 responden digunakan sebagai sampel dan diwawancarai menggunakan kuesioner. Tingkat
pendapatan usahatani diketahui dengan analisis usaha tani, tingkat kesediaan membayar
petani diketahui dengan contingent valuation method sedangkan untuk
mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap kesediaan membayar petani digunakan
metode regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa rerata tingkat pendapatan usahatani kopi robusta adalah sebesar Rp. 32.052.855 per Hektare per tahun, lebih tinggi daripada nilai sewa
lahan yang berlaku. Rerata
nilai kesediaan membayar petani adalah Rp. 11.160 per kg, lebih rendah daripada
harga pasar pupuk NPK. Variabel pendapatan usaha tani kopi, luas lahan, umur,
pengalaman berusaha tani, jumlah tanggungan keluarga, status keanggotaan petani
dalam kelompok tani, kualitas pupuk, kemudahan penggunaan pupuk dan kandungan
hara pupuk berpengaruh terhadap kesediaan petani untuk membayar pupuk NPK
nonsubsidi khusus kopi. Penelitian
ini memberikan gambaran kepada pemegang kebijakan dan industri pupuk dalam
pengembangan pupuk NPK khususnya penentuan harga jual berdasarkan tingkat
kesediaan membayar petani.
Productivity is a
crucial issue for smallholder coffee farming in Indonesia, including Pagar Alam
Manucipality, where it remains low and cannot be improved by relying solely on subsidized
fertilizers. Using unsubsidized NPK fertilizers specifically for coffee is an
alternative, despite being more expensive. Many studies have focused on coffee
but not on farmers' willingness to pay (WTP) for these fertilizers. This study aims to: (1) determine the
level of robusta coffee farming income in Pagaralam City and its comparison to
the value of land rent (2) determine the value of farmers' WTP for unsubsidised
NPK fertiliser for coffee in Pagaralam City and its comparison to the market
prices 3) determine the effect of coffee farming income and other factors on
the value of farmers' WTP in Pagaralam City. The research was conducted
in three sub-districts with the highest and lowest coffee production in Pagar
Alam City, involving 100
respondents interviewed using a questionnaire. Farm income was assessed using farming analysis, the value
of farmers' willingness to pay was determined using the contingent valuation
method, and the multiple linear regression method was used to determine the
factors influencing farmers' WTP. The results showed that the average Robusta
coffee farm income level was Rp. 32,052,855 per hectare per year, higher than
the prevailing land rental value. The average WTP for coffee-specific unsubsidised
NPK fertiliser was IDR 11,160 per kg, lower than the market price of
unsubsidised NPK fertiliser. Factors such as coffee farm income, land size,
age, farming experience, family dependents, farmer group membership, fertiliser
quality, ease of fertiliser use and fertiliser nutrient content influenced
willingness to pay. This study provides insights for policymakers and
the fertilizer industry in developing NPK fertilizers and determining prices
based on farmers' willingness to pay
Kata Kunci : Kesediaan Membayar, Contingent Valuation Method, Pupuk NPK, Pendapatan, Usahatani Kopi; Willingness to Pay, Contingent Valuation Method, NPK Fertiliser, Coffee Farming, Farm Income