A Comparative Study: ASEAN and the UN's Initial Coordination Challenges in Response to the Myanmar Coup 2021

Shynna Nor Montañer Siawan , Yulida Nuraini Santoso, S.IP., M.Sc.,

2024 | Skripsi | Ilmu Hubungan Internasional

Studi komparatif ini mengkaji hubungan kausal antara tantangan koordinasi awal ASEAN dan PBB dalam menanggapi kudeta Myanmar 2021. Dengan menggunakan perspektif konstruktivis, studi ini membangun dan menganalisis makna dari bagaimana ASEAN dan PBB awalnya merespons kudeta tersebut, serta tantangan mereka terhadap koordinasi langsung. Peneliti menggunakan analisis kualitatif untuk menginterpretasikan respons awal mereka dengan secara komparatif menentukan dan memeriksa mode operasi mereka yang difilter oleh perbedaan prioritas anggota dan berpotongan dengan inisiatif, proses pengambilan keputusan, dan tingkat koordinasi masing-masing yang memberikan wawasan bermakna ke dalam kompleksitas antara koordinasi regional dan global terhadap kudeta tersebut. Peneliti berargumen bahwa respons ASEAN dan PBB adalah lemah dan tunduk yang didorong oleh kerangka normatif, prioritas yang berbeda, dan kurangnya integrasi antar negara anggota. Demikian pula, pembagian ini menyoroti interaksi yang beragam dan kompleks dari keterbatasan konstruktif antara prinsip-prinsip politik dan kepentingan ekonomi di antara anggota individu di tengah krisis keamanan yang oleh studi ini diidentifikasi sebagai faktor-faktor mendasar yang berkontribusi pada alasan yang masuk akal untuk defisit koordinasi awal ASEAN dan PBB dalam mengelucidasi kepentingan signifikan terkait junta militer.

Kata Kunci: Kudeta Myanmar 2021, ASEAN, PBB, Konsensus Lima Poin, Resolusi 2669, Prinsip Politik, Kepentingan Ekonomi, Koordinasi Krisis, Keterbatasan Konstruktif

This comparative study examines causal relations between the Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) and the United Nations (UN) initial coordination challenges in response to the 2021 Myanmar coup. Using a constructivist perspective, it constructs and dissects the meaning of how ASEAN and the UN initially responded to the coup, as well as their challenges to immediate coordination. The researcher employs qualitative analysis to interpret their initial response by comparatively pinpointing and examining their modes of operation which filtered by members differing prioritization and intersected with their respective initiative, decision-making process, and degree of coordination that provides meaningful insights into the complexities between regional and global coordination to the coup. The researcher argues that ASEAN and the UN’s response was soft and submissive driven by normative frameworks, differing priorities, and a lack of integration among member states. Likewise, the division highlights the divergent and complex interplay of constructive constraints between political principles and economic interests among individual members amid security crises which the study probes as underlying factors contributing to the plausible rationale for ASEAN and UN's initial coordination deficit in elucidating significant interests subject to the military junta.

Keywords: Myanmar Coup 2021, ASEAN, UN, Five-Point Consensus, Resolution 2669, Political Principles, Economic Interests, Crisis Coordination, Constructive Constraints

Kata Kunci : Myanmar Coup 2021, ASEAN, United Nations, Five-Point Consensus, Resolution 2669, Political Principles, Economic Interests, Challenges to initial coordination, Constructive constraints