Analisis Wacana Eko-Kritis Dokumen Climate Resilience Development Policy Indonesia: Pendekatan Sistem Transitivitas

Mad Yahya, Dr. Ni Gusti Ayu Roselani, M.A.

2024 | Tesis | S2 Linguistik

Tren studi penanganan krisis iklim yang semakin berkembang tidak hanya bertumpu pada upaya-upaya praktis tetapi juga mulai memperhatikan aspek-aspek normatif masyarakat melalui kajian-kajian sosial-humaniora khususnya studi analisis wacana eko-kritis. Studi analisis wacana eko-kritis pada isu-isu krisis iklim semakin berkembang sejalan dengan urgensi penanganan krisis iklim di berbagai negara. Dalam konteks Indonesia, upaya-upaya penanganan krisis iklim saat ini mengacu pada dokumen Kebijakan Pembangunan Berketahanan Iklim (PBI) 2020-2045 terbitan Kementerian PPN/Bappenas. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah bagaimana lingkungan direpresentasikan oleh pemangku kebijakan dalam wacana tata kelola iklim dokumen PBI. Menggunakan aplikasi korpus AntConc versi 4.2.2., penelitian ini mengkaji unsur-unsur lingual enam buku dokumen PBI yang terdiri dari 63.784 token. Metode kualitatif diaplikasikan untuk mengidentifikasi konkordansi yang dihasilkan dari kata-kata kunci environment (lingkungan), ecosystem (ekosistem), biodiversity (keanekaragaman hayati), habitat (habitat), land (lahan), soil (tanah), forest (hutan), nature (alam), dan world (bumi). Data berupa 279 klausa yang mengandung kata-kata kunci dianalisis menggunakan kerangka analisis wacana kritis Fairclough (2015) yang terdiri dari tiga tahap analisis yakni dimensi tekstual, praktik wacana, dan praktik sosial. Pendekatan analisis sistem transitivitas Halliday (2014) digunakan untuk menemukan pola-pola tekstual dokumen sementara teori ekolinguistik Stibbe (2021) yang mengacu pada ekosofi Living! digunakan untuk mengidentifikasi kualitas keberpihakan dokumen PBI terhadap pelestarian lingkungan. Hasil analisis makna eksperensial yang direpresentasikan melalui pola-pola sistem transitivitas teks menunjukkan lekatnya penggambaran dominasi manusia atas lingkungan melalui pengaburan tanggung jawab manusia sebagai aktor dalam proses material, tingginya sifat agentif partisipan-partisipan manusia, aktivasi partisipan-partisipan manusia, dan pasivasi partisipan-partisipan lingkungan. Dalam praktik kewacanaannya, wacana tata kelola iklim dokumen PBI memiliki pengaruh/kekuatan diskursif yang disebabkan oleh faktor-faktor situasional serta relasi institusional berbagai pihak selama proses pembuatan, distribusi, dan konsumsi dokumen. Meskipun dokumen PBI mempromosikan topik-topik pembangunan dan perlunya pelestarian ekologi dalam penanganan krisis iklim, karakteristik tekstual dokumen yang lekat dengan perspektif antroposentris menyebabkan dokumen tersebut belum sepenuhnya sejalan dengan ekosofi Living! (Stibbe, 2021). Dokumen PBI merupakan jenis wacana ambivalen yang masih memuat ideologi antroposentrisme dalam wacananya. Untuk menghindari ambivalensi wacana, dokumen-dokumen kebijakan perlu mempertimbangkan penggunaan bahasa yang lebih ekosentris. Penggunaan bahasa yang mengacu pada perspektif ekosentrisme dinilai dapat mempromosikan nilai-nilai pelestarian lingkungan yang lebih inklusif dalam wacana-wacana ekologi.

The current trend of climate crisis studies not only focuses on scientific efforts but also begins to pay attention to the normative aspects of society through social and humanities studies, especially ecocritical discourse analysis studies. The ecocritical discourse analysis on climate crisis issues is growing in line with the urgency of handling the climate crisis in various countries. In the Indonesian context, efforts to deal with the climate crisis currently refer to the 2020-2045 Climate Resilient Development Policy document published by Kementerian PPN/Bappenas. This study aims to examine how the environment is represented by policymakers in the climate governance discourse of PBI documents through the patterns of its text transitivity system. Applied the corpus application AntConc version 4.2.2, this study examined the linguistic elements of six books of PBI documents consisting of 63,784 tokens. A qualitative method was applied to identify concordances generated from the keywords environment, ecosystem, biodiversity, habitat, land, soil, forest, nature, and world. Data of 279 clauses containing keywords were analysed using Fairclough's (2015) critical discourse analysis framework which consists of three stages of analysis: textual dimensions, discourse practices, and social practices. Halliday's (2014) transitivity system analysis approach was used to find the textual patterns of the document while Stibbe's (2021) ecolinguistic theory referred to the Living! ecosophy was used to identify the quality of the PBI document's alignment with environmental conservation. The results of the analysis of experiential meaning represented through the patterns of the text transitivity system show the inherent depiction of human domination over the environment through the obscuring of human responsibility as an actor in the material process, the high number of human agentive traits, the activation of human participants, and the passivation of environmental participants. In its discursive practice, the climate governance discourse of PBI documents has discursive influence/power caused by situational factors and institutional relations of various parties during the process of document creation, distribution, and consumption. Although PBI documents promote development topics and the need for ecological preservation in handling the climate crisis, the textual characteristics of the documents, which are closely related to anthropocentric perspectives, mean that the documents are not fully in line with the Living! ecosophy (Stibbe, 2021). PBI documents are a type of ambivalent discourse that still contains anthropocentric ideology in its discourse. To avoid discourse ambivalence, policy documents need to consider using language that is more ecocentric. The use of language that refers to the perspective of ecocentrism is considered to be able to promote more inclusive environmental conservation values in ecological discourses.

Kata Kunci : Analisis Wacana Kritis Fairclough, dokumen Pembangunan Berketahanan Iklim, ekolinguistik, sistem transitivitas, wacana tata kelola iklim